BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pertumbuhan dan
perkembangan manusia merupakan hal yang berurutan, proses yang dapat diprediksi
mulai dari masa pembentukan dan berlanjut sampai kematian. Seluruh manusia
mengalami kemajuan melalui fase pertumbuhan dan perkembangan yang akan dilalui
secara bertahap (Potter & Perry, 2005).
Pertumbuhan
merupakan bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler, yang
bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan mempergunakan satuan panjang
atau satuan berat. Sedangkan perkembangan anak ialah bertambahnya
kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks, dan bersifat kualitatif (Tanuwidjaya, 2002).
Pada
setiap tahap usia, dari bayi, anak-anak,remaja, dewasa dan orang tua akan
selalu ada perubahan pertumbuhan dan perkembangan. Ada yang masih dalam
pertumbuhan yang perlahan, ada yang dalam pertumbuhan yang cepat dan ada pula
dalam pertumbuhan menurun (Novella, 2001).
Pertumbuhan
manusia dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain usia, jenis kelamin,
nutrisi, faktor genetik, faktor lingkungan, hormon dan model bio psiko sosial
yang berpengaruh pada kekuatan intrinsik dan ekstrinsik. Lingkar kepala
misalnya adalah fungsi antara faktor genetik (biologik), kebiasaan makan
(psikologik) dan terpenuhinya makanan bergizi (sosial)pada anak (Soetjiningsih,
1998).
Penyimpangan
pertumbuhan dan perkembangan dapat terjadi apabila terdapat hambatan atau
gangguan dalam prosesnya sejak intrauterin hingga dewasa. Penyimpangan dapat
memberikan manifestasi klinis baik kelainan dalam pertumbuhan dengan atau tanpa
kelainan perkembangan (Narendra,2002).
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
teori proses pertumbuhan dan perkembangan?
2. Bagaimanakah
tahapan pertumbuhan dan perkembangan manusia?
1.3
Tujuan
Penulisan
1.3.1 Tujuan
umum
Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa
mampu menguraikan konsep dan teori pertumbuhan dan perkembangan manusia
sepanjang rentang kehidupannya.
1.3.2 Tujuan
khusus
Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa
mampu menguraikan konsep dan teori pertumbuhan dan perkembangan manusia
seperti:
1. Teori
pertumbuhan dan perkembangan
a. Proses
pertumbuhan dan perkembangan
b. Teori
pertumbuhan dan perkembangan biofisik
c.
Teori perkembangan
psikoanalitik/psikososial
d. Teori
perkembangan kognitif
e. Teori
perkembangan moral
2. Tahapan
pertumbuhan dan perkembangan manusia
a. Tahapan
konsepsi (kehidupan intrauterin)
b. Transisi
kehidupan intrauterin ke ekstrauterin
c.
Bayi baru lahir
d. Bayi
dan toodler
e. Pra
sekolah
f.
Usia sekolah dan remaja
g. Dewasa
awal dan tengah
h. Dewasa
lanjut
1.4
Metode
penulisan
Dalam penulisan laporan ini,
penulis menggunakan metode colaborative
learning dimana penulis melakukan diskusi di suatu kelompok kecil yang
disebut focus group discussion. Sebelum
diskusi dilakukan, setiap anggota dari kelompok mencari bahan yang sudah
ditentukan sehingga pada waktu diskusi masing-masing anggota kelompok telah
mempunyai bahan diskusi. Anggota kelompok memperoleh bahan diskusi dengan cara
studi pustaka dan beberapa sumber dari internet.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
2.1.
Teori Pertumbuhan dan
Perkembangan
2.1.1
Proses Pertumbuhan dan
Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan
manusia merupakan bentuk kompleks perpindahan yang mencakup perubahan dalam
proses boilogis, kognitif, dan sosioemosional (Santrock, 2007). Penurunan sifat
secara biologis dan faktor lingkungan memengaruhi proses ini. Perawat
mempergunakan pengetahuan proses ini dalam memilih terapi untuk meningkatkan
kemajuan pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
Proses biologis menghasilkan
perubahan dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik individu. Perubahan ini
merupakan hasil penurunan genetik dan pengaruh luar seperti makanan, olahraga,
tekanan, budaya, dan iklim (Berger, 2005). Tinggi badan dan berat badan,
perkembangan pergerakan motorik kasar dan halus, serta maturasi seksual yang
merupakan hasil dari perubahan hormonal selama masa pubertas adalah contoh
perubahan hasil proses biologi.
Proses kognitif terdiri atas
perubahan intelegensi, kemampuan untuk mengerti dan menggunakan bahasa, perkembangan
pikiran yang membentuk sikap, kepercayaan, dan tingkah laku individu (Berger;
santrock, 2007). Gen yang diturunkan dari orang tua, pengalaman hidup, dan
lingkungan memengaruhi perubahan yang terjadi dalam proses kognitif.
Mempelajari bagaimana ikut serta dalam suatu pembicaraan, permainan, dan
belajar saat akan menghadapi ujian, semuanya akan melibatkan proses kognitif.
Proses sosioemosional terdiri
atas keberagaman dalam kepribadian individu, emosi, dan hubungannya dengan
individu lain selama masa hidupnya (Santrock, 2007). Penurunan genetik dan
lingkungan individu berperan dalam perubahan ini. Tempramen atau tabiat
didefinisikan sebagai dasar biologis dari perkembangan kepribadian. Sebagian
besar orang tua menyadari bahwa bayinya memiliki kepribadian berbeda dan segera
bereaksi untuk mengubahnya (Hockenberry dan Wilson, 2008).
2.1.2
Teori Pertumbuhan dan
Perkembangan Biofisik
Perkembangan biofisik adalah
bagaimana tubuh kita secara fisik berkembang dan berubah. Penyelenggara
pelayanan kesehatan dapat mengukur dan membandingkan perubahan yang terjadi
sejak neonatus sampai dewasa dengan pertumbuhan normal. Teori perkembangan
biofisik menggambarkan proses maturasi secara biologis.
Teori perkembangan Gesell
melalui pengamatannya sejak tahun 1940-an, Gesell membuat teori tentang tingkah
normal yang dijadikan sebagai sumber informasi untuk perkembangan anak. Versi
terbaru dari uji Gesell terdiri atas empat kategori tingkah laku. Yaitu:
motorik, bahasa, adaptasi, dan pribadi sosial.
Penyelenggara kesehatan menilai
setiap subgroup dalam mencapai developmental quotient yang membedakan antara
infant normal dan abnormal (Santrock, 2007). Dasar teori perkembangan Gesell
adalah bahwa pola pertumbuhan (perkembangan) setiap anak mempunyai ciri khas
yang diatur oleh aktivitas genetik. Faktor lingkungan dapat mendukung,
mengubah, dan memodifikasi pola tersebut, tetapi tidak menyebabkan kemajuan
perkembangan (Gesell, 1948). Gesell menemukan pola maturasi sebagai suatu
rangkaian perkembangan manusia. Rangkaian perkembanagan terjadi dalam janin,
dimana ada urutan khusus perkembangan system organ (Crain, 1992).
Setelah lahir, anak-anak tumbuh
sesuai cetakan genetiknya dan memperoleh keterampilan sesuai tahapannya, namun
dengan kecepatannya masing-masing. Sebagai contoh dari adanya perkembangan biofisik,
yaitu pada usia pra-sekolah (usia 3 sampai 5 tahun), terjadi peningkatan
koordinasi otot besar dan halus sehingga mereka dapat beraktivitas, seperti
melompat dengan berganti kaki, berlari, menaiki dan menuruni tangga dengan mudah,
serta meniru gambar garis atau kotak.
2.1.3
Teori Perkembangan
Psikoanalitik / Psikososial
Teori
perkembangan psikososial menggambarkan pendiskripsian perkembangan seseorang
yang dilihat dari kepribadian, temperamen, dan emosi. Perkembangan ini
dipengaruhi oleh biologis seseorang dan lingkungan sekitarnya (Potter dan Perry
2009), terdapat beberapa teori perkembangan psikososial yang dikemukakan oleh
para ahli, diantaranya Sigmund Freud, Erik Erikson, dan Robert Gould.
1.
Teori Perkembangan Psikososial Menurut Sigmund Freud
(1856-1939)
Terdapat lima
model tahapan perkembangan psikoseksual dan tiap tingkatan ditandai dengan
kesenangan secara seksual pada beberapa bagian tubuh.Freud mempercayai bahwa
kepribadian dewasa merupakan hasil dari seorang individu menyelesaikan konflik
antara sumber kesenangan dan kenyataan (Berger, 2005; Santrock, 2007). Beberapa
tahapan tersebut, antara lain oral, anal, phallic, laten, dan genital.
a.
Tahap
1: Oral (Lahir sampai usia 12-18 bulan)
Kesenangan berada pada mulut
seperti menghisap jari, kepuasan oral merupakan hal yang sangat penting tetapi
juga merupakan kesenangan yang aneh. Akhir dari tahapan ini, bayi mulai
menyadari bahwa orangtuanya adalah sesuatu yang terpisah dari dirinya. Gangguan
dalam kemampuan fisik dan emosional orang tua (misalnya ikatan yang tidak
adekuat atau penyakit kronik) akan mempengaruhi perkembangan bayi.
b.
Tahap
2: Anal (Usia 12-18 bulan sampai 3 tahun)
Fokus kesenangan berubah ke
area anal. Anak-anak semakin tertarik pada sensasi kesenangan pada area anal. Sehingga perlu
dilakukan toilet training atau “pelatihan toilet” untuk menunda kesenangan
tersebut. Pada masa ini anak sudah menjadi individu yang mampu bertanggung
jawab atas beberapa kegiatan tertentu.
c.
Tahap
3: Phallic atau Oedipal (3-6 tahun)
Pada tahap ini organ genital
menjadi focus kesenangan. Menurut Freud, anak lelaki menjadi tertarik dengan
penis, anak wanita menyadari tidak memiliki penis, dikenal dengan istilah penis
envy. Tahap ini merupakan periode dimana anak befantasi mencintai orang tua
yang berbeda gender, dikenal dengan Oedipus atau Electra complex.
d.
Tahap
4: Laten (6-12 tahun)
Tahap yang ditandai
dengan rangsangan seksual yang menimbulkan energi untuk membangun hubungan
sosial yang produktif. Dalam
dunia pendidikan dan sosial anak, banyak yang harus dipelajari dan dikerjakan,
dimana anak membutuhkan energy dan usaha.
e.
Tahap
5: Genital (Masa puberitas-dewasa)
Ini merupakan tahap akhir
Freud. Pada periode ini anak mengalami ketertarikan seksual denagn individu
diluar dukungan keluarga. Konflik sebelumnya yang tidak terselesaikan timbul
saat remaja. Saat individu menyelesakan konflik, individu tersebut akan
mendapatkan kematangan hubungan seksual dewasa. Komponen kepribadian mausia
terbentuk melalui tahapan perkembangan Freud. Freud percaya bahwa fungsi
komponen tersebut adalah untuk mengatur tingkah laku. Komponen – komponen
tersebut id, ego, dan superego.
Tujuan teori Freud adalah
perkembangan keseimbangan antara keinginan mencari kesenanangan dan tekanan
sosial. Orang dewasa memilik suara hati kuat yang akan membatasi perolehan
kesenangan sesuai nilai – nilai sosial. Meskipun teori Freud banyak dikritik
karena adanya bias gender dan budaya, tetapi Freud telah memberika dasar untuk
observasi emosi dan tingkah laku bagi teoritikus lain.
2. Teori Perkembangan Psikososial
Menurut Erik Erickson (1902-1994)
Menurut
Erickson perkembangan manusia terjadi seumur hidup dan lebih berfokus terhadap
psikososial dibandingkan dengan psikoseksual. Ada delapan tahap perkembangan
Erikson, yaitu:
a. Kepercayaan vs Ketidakpercayaan
(lahir – usia 1 tahun)
Tahap ini
merupakan tahap terjadinya pembangunan rasa kepercayaan terhadap bayi/balita.
Pemberian pelayanan yang konsisten diperlukan agar mencapai keberhasilan pada
tahap ini (Hockenbery
dan Wilson, 2008). Pembentukan kepercayaan oleh perawat melalui dukungan
orang tua dapat menciptakan rasa percaya dan optimis pada si anak, serta
membantu orang tua dalam mengatasi tingkah laku anak ketika dipulangkan.
b. Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu
(1-3 tahun)
Pada tahap ini,
pertumbuhan pada balita lebih disempurnakan pada aktivitas kesehariannya,
seperti berjalan dan aktivitas di kamar mandi. Balita akan diberikan pilihan
aktivitas yang berkaitan dengan hubungan, keinginan, dan alat bermain.
Keterbatasan pilihan dan pemberian hukuman dapat menimbulkan perasaan malu dan
ragu. Sehingga perawat harus memberikan dukungan dan pemahaman pada tahap ini
agar balita dapat menciptakan rasa self-control atau pengendalian diri dan
ketekunan pada diri.
c.
Inisiatif
vs Rasa Bersalah (3-6 tahun)
Tahap dimana
anak-anak mulai mencoba hal baru dan berfantasi. Keterbatasan dalam mencapai
hal tersebut dapat menimbulkan frustasi dan rasa bersalah. Sehingga diperlukan
kerjasama dengan anak-anak atas tingkah laku mereka agar tidak menghambat
perkembangan anak dan dapat memberikan tujuan yang sesungguhnya kepada
anak-anak.
d. Industri vs inferioritas (6-11
tahun)
Anak-anak mulai
mempelajari alat-alat produktif dan belajar bekerja sama dengan kelompok seusia
mereka. Untuk menciptakan keterampilan terhadap hal-hal yang baru dipelajari,
mereka membutuhkan dukungan agar terciptanya pencapaian yang nyata dari hasil
kerja mereka. Sedangkan jika tidak adanya dukungan, anak-anak akan membangun
rasa rendah diri. Mnurut
Erickson sikap orang dewasa terhadap pekerjaan bergantung pada penyelesaian
tugas tersebut dengan baik.
e. Identitas vs Kebingungan Peran
(Puberitas)
Pada tahap ini,
para remaja akan mengubah cara hidupnya dalam masyarakat
sebagai individu yang bebas. Sehingga dalam prosesnya akan menimbulkan tuntutan
dan konflik dengan perkembangan identitas diri dan pemisahan diri dari
keluarga. Perawat harus dapat memberikan informasi dan membantu mengarahkan
remaja dalam keputusan rencana keperawatan yang dipilih. Erickson berpendapat
bahwa keberhasilan dalam menyelesaikan tahap ini akan menghasilkan kepatuhan
dan kesetiaan terhadap orang lain dan cita- citanya sendiri (Hockenberry dan
Wilson, 2008)
f.
Keintiman
vs Isolasi (Dewasa Muda)
Dewasa muda telah membangun
identitas dirinya, memperdalam rasa kasih sayang dan perduli terhadap orang
lain. Mereka mencari arti hubungan pertemanan dan mempererat hubungan dengan
orang lain. Erickson menggambarkan keakraban sebagai penemuan diri dan
selanjutnya kehilangan diri dalam orang lain (Santrock, 2007).
g. Generatifitas vs Pemikiran Terhadap
Pemikiran Diri Sendiri dan Stagnasi (Usia Pertengahan)
Tahap seseorang
untuk terlibat dalam kemajuan lingkungannya. Keberhasilan akan tercapai apabila
individu dapat berkonstribusi kepada generasi mendatang, dengan menjadi orang
tua atau keterlibatan dalam suatu komunitas. Ketidakmampuan berperan serta
dalam pengembangan generasi berikutnya akan menghasilkan stagnasi (Santrock,
2007)
h. Integritas Versus Keputusasaan
(Usia Tua)
Pada tahap ini
terjadi penurunan fisik dan sosial, termasuk status, seperti pensiun dan adanya
penyakit. Konflik dalam diri individu yang terjadi adalah pencarian makna
hidup. Banyak orang tua mengingat kembali hidup mereka untuk mengevaluasi diri
mereka sendiri. Kepuasan atau kebahagiaan diperoleh jika mereka mencapai apa
yang diharapkan sedangkan rasa putus asa akan timbul jika mereka tidak dapat
mencapai yang mereka inginkan (Berger,
2005).
3. Teori Perkembangan Psikososial
Menurut Robert Gould
Gould menemukan bahwa individu
dewasa membuka pertahanannya yang terdapat pada masa anak-anak, hal ini
menandakan terbentuknya kesadaran dewasa. Terdapat beberapa pokok perkembangan yaitu :
a. Terjadi pada
usia 20-an, dimana seseorang akan melepaskan diri dari orang tua dalam proses
menuju kedewasaan.
b. Pada usia 30-an
awal, tahap ini merupakan tahap penerimaan diri sendiri dalam pencapaian tujuan
hidup.
c.
Pada usia pertengahan 30-an sampai akhir usia 30
tahun, terjadi konflik pada diri sendiri tentang keputusan yang sudah diambil.
d. Pada usia
40-an, adanya kemunduran kepercayaan diri dan keoptimisan diri
e. Pada usia
50-an, terjadi penurunan perhatian terhadap kesejahteraan anak dan peningkatan
rasa cinta terhadap pasangan. Perawat pada tahap ini berperan untuk membantu
klien dalam perkembangan diri dan hubungan sosial klien.
Teori bertingkat menganggap
bahwa semua individu akan mengalami kemajuan kehidupan dan berfokus pada
pengembangan tugas pada batasan usia tertentu (Santrock, 2007). Pandangan ini
mempertimbangkan keadaan kepribadaian individu (Kesehatan dan dukungan
keluarga), bagaimana individu memandang dan menilai perubahan, serta konteks
sejarah dan sosial dimana individu tinggal. Peneliti telah mengemukakan
beberapa teori yang berhubungan dengan usia, budaya, gender, ethnic,
stabilitas, dan perubahan untuk membantu kita menghargai perkembangan dinamis
yang terjadi selama masa dewasa.
2.1.4
Teori Perkembangan Kognitif
Jika teori psikoanalitik atau
psikososial berfokus pada pikiran bawah sadar dan emosi individu, kognitif
lebih menekankan pada bagaimana individu belajar berfikir dan memahami
dunianya. Sama seperti perkembangan kepribadian, teoritikus kognitif telah
melakukan eksplorasi pada masa anak-anak dan masa dewasa.
Teori pengembangan kognitif
Jean Piagert menyebutkan empat periode yang berhubungan dengan usia dan
mengemukakan kategori khusus tentang pengenalan dan pemahaman (Santrock, 2007).
Menurut Piagert inddividu berpindah dari satu tahap ketahap lainnya untuk
mendapatkan keseimbangan kognitif atau keseimbangan mental yang stabil.
1. Periode I: Motosensorik (Lahir
Sampai Usia 2 Tahun)
Selama masa perkembangan, bayi
membangun pola tindakan atau skema reaksi terhadap lingkungan (Berk, 2003).
Skema ini termasuk memukul, melihat, menggenggam atau menendang.
2. Periode II: Pra-operasional
(2-7 Tahun).
Ini merupakan waktu ketika
anak-anak belajar berfikir dengan menggunakan simbol-simbol dan gambaran
mental. Pada masa ini anak masih egosentrik, anak anak melihat objek dan orang
hanya dari sudut pandang mereka sendiri. Anak-anak percaya bahwa setiap orang
menjalani dunianya sama seperti yang dialami mereka. Intervensi keperawatan
selama periode ini akan memperkenalkan penggunaan permainan sebagai cara anak
untuk mengerti peristiwa-peristiwa disekitarnya.
Perkembangan bahasa dapat
memperluas kemampuan berfikir tentang masa lampau dan masa depan. Bahasa mulai menggambarkan
logika, karna logika tersebut menggambarkan proses berfikir.
3. Periode III: Operasi
Konkret (7-11 Tahun)
Anak –anak mulai mempunyai
kemampuan untuk melakukan operasi mental. Sebagai contoh, anak akan memikirkan
tindakannya terlebih dahulu sebelum melakukannya. Pada tahap awal anak dapat
menghitung sampai angka sepuluh, tetepi sekarang anak dapat menghitung setiap
angka yang ditampilkan. Reversibilitas merupakan karakteristik utama dari
pemikiran operasi kongkret.
Anak-anak juga dapat mengelompokkan
objek sesuai dengan dimensi kualitatif mereka, yang dikenal sebagai seriation.
Pencapaian lain dalam tahap ini adalah konservasi, atau kemampuan untuk melihat
objek atau jumlah sebagai sesuatu yang sama meskipun terjadi perubahan dalam
penampilan fisiknya (Berk, 2003., Singer dan Revenson, 1996).
4. Periode IV: Operasi formal
(Usia 11 Tahun Sampai Dewasa)
Selama tahap ini pola pikir
individu berpindah kepada hal yang bersifal abstrak dan teoritis. Remaja dan
dewasa muda mulai berfikir tentang hal-hal seperti perdamaian dunia, mencari
keadilan dan makna hidup. Peningkatan kemampuan kognitif memampukan remaja
melakukan lebih jauh pencapaian penyelesaian masalah, termasuk masa depan
mereka termasuk. Kematangan pola pikir, dan kedalaman pemahaman semakin
meningkat seiring dengan pengalaman. Menurut Piagert, tahap ini merupakan tahap
akhir dari perkembangan kognitif.
Penelitian tentang perkembangan
kognitif pada masa dewasa dimulai sejak tahun 1970 dan terus berlanjut sampai
sekarang. Piaget telah mengemukakan bahwa pemikiran operasi formal dimulai saat
remaja dan pada dasarnya orang dewasa juga menggunakannya. Meskipun, penelitian
menunjukkan bahwa beberapa individu tidak mencapai pemikiran operasi formal
sampai dewasa, dan beberapa orang dewasa tidak pernah membangun periode operasi
formal (Santrock, 2007). Orang dewasa mengikutsertakan emosi, logika,
praktik dan fleksibilitas dalam mengambil keputusan.
William Perry adalah salah satu
orang pertama yang mengembangkan teori kognitif orang dewasa. Dia mempelajari
mahasiswa-mahasiswa dan mendapatkan bahwa lanjutan perkembangan kognitif
mengikutsertakan peningkatan fleksibilitas kognitif.
K. Warner Schaie, seorang
professor ilmu perkembangan ilmu manusia di Pennsylvania State University,
menyimpulkan bahwa kita tidak dapat membangun cara yang lebih kompleks untuk
mendapatkan informasi, dibandingkan yang telah dikemukakan oleh Piaget, tetapi
orang dewasa melakukan perubahan pada cara mereka menggunakan pengetahuan.
Schaie percaya bahwa penekanan bergeser dari pencapaian pengetahuan atau
keterampilan menjadi penggunaan pengetahuan untuk pencapaian tujuan.
2.1.5
Teori Perkembangan Moral
Perkembangan moral menunjukkan
perubahan cara berpikir individu, emosi, dan tingkah laku yang mempengaruhi
kepercayaan tentang mana yang benar dan mana yang salah. Hal ini mencakup
komponen interpesonal dan intrapersonal yang menentukan bagaimana kita
berinteraksi dengan orang lain (Santrock, 2007).
1. Teori Perkembangan Moral Jean
Piaget
Piaget melakukan pengamatan dan
wawancara anak-anak, dia mempelajari bagaimana cara mereka berpikir tentang
aturan-aturan dan masalah-masalah moral. Teori perkembangan Piaget memasukkan
dua tahap yang terjadi antara usia empat dan sepuluh tahun.
a. Tahap moralitas heteronomous,
terjadi antara usia empat sampai tujuh tahun dan ditandai dengan suatu
keyakinan bahwa peraturan tidak bisa diubah dan jika melanggarnya akan segera
diadili. Anak kecil sulit menerima kalau peratuaran dalam permainan dapat
diubah atau hukuman tidak akan segera berlaku setelah ada pelanggaran
(Santrock, 2007).
b. Tahap moralitas otonom, anak
mengerti bahwa individu yang membuat peraturan dan dapat merubahnya. Pada tahap
ini anak-anak mengetahui bahwa tujuan memengaruhi tingkah laku. Menurut Piaget,
melalui hubungan dengan teman sebayanya anak-anak dapat membangun pertimbangan
moralnya. Dalam kelompoknya anak-anak dapat mengemukakan ketidak setujuannya
dan kemudian mencapai penyelesaian. Hubungan orang tua anak yang tidak seimbang
akan memengaruhi perkembangan moralitas anak (Santrock, 2007).
2. Teori Perkembangan Moral
Lawrence Kohlberg
Teori perkembangan ini
merupakan pengembangan dari teori kognitif Piaget. Dia mewawancarai anak-anak,
remaja, dan orang dewasa kemudian mendapatkan bahwa pertimbangan moral dibangun
secara bertahap (Berger, 2005). Dari serangkaian dilema moral Kohlberg
mengidentifikasi enam tahap perkembangan moral dalam tiga tingkat (Kohlberg,
1981).
a. Tingkat I: Pertimbangan
Prakonvensional
Pada tingkat satu, pertimbangan
prakonvensional individu menunjukkan pertimbangan moralnya berdasarkan
pengalaman pribadinya. Hal ini sangat berhubungan dengan tahap pertama teori
Piaget, dimana alasan moral individu melakukan tindakan yang bekaitan dengan
konsekuensi yang akan diterimanya. Konsekuensi ini bisa berupa hukuman atau
penghargaan.
1) Tahap 1: Orientasi terhadap
Hukuman dan Kepatuhan
Pada tahap ini respon anak
terhadap dilema moral adalah dalam bentuk kepatuhan mutlak terhadap orang yang
berkuasa. Seorang anak pada tahap ini berpendapat, “Saya harus menaati
peraturan: Jika tidak akan dihukam.” Menghindari hukuman atau meragukan rasa
hormat kepada orang yang berkuasa merupakan karakteristik motivasi tingkah laku
anak. Seorang anak akan tiba dirumah tepat waktu untuk makan malam karena
menurut orang tua anak memerlukan hal itu.
2) Tahap 2: Orientasi Relativitas
Alat
Tahap dimana anak mengenali
lebih dari satu pandangan yang benar, seorang guru memiliki satu pandangan yang
berbeda dari orang tua anak. Anak menerima hukuman bukan karena melakukan
kesalahan ( seperti pada Tahap 1), tetapi karena menghindari sesuatu
(Taffell, 2002).
Anak-anak pada tahap ini akan
mematuhi peraturan yang dibuat orang tuanya tentang kapan waktunya berada di
rumah untuk makan malam, mereka tidak ingin waktu istirahat mereka menjadi
terbatas karena anak datang telat.
b. Tingkat II: Pertimbangan
Konvensional
Pada tingkat II pertimbangan
konvensional, individu memandang pertimbangan moral berdasarkan kepribadian dan
dengan harapan masyarakat atas dirinya. Individu ingin memenuhi harapan
keluarga, kelompok, atau negara dan juga membangun royalitas dan mengelola
secara aktif, mendukung serta menilai sesuatu.
Perawat mengamati saat anggota
keluarga membuat keputusan kepada orang yang dicintainya. Individu sering
bermasalah dengan dilema moral seperti ini. Dukungan saat berduka cita akan
melibatkan pemahaman pada tingkat pengambilan keputusan moral tiap anggota
keluarga.
1) Tahap 3 : Orientasi menjadi
Anak yang Baik
Individu ingin diterima dan menjaga
kepercayaan dari kelompok seusianya.”Menjadi Baik “ beararti memiliki motivasi
yang baik, menunjukan perhatian kepada sesama, dan menjaga hubungan melalui
kepercayaan, loyalitas, penghargaan, dan rasa terima kasih. Pihak lain lebih
menyukai dengan istilah “menjadi kesenangan”. Sebagai contoh, seseorang yang
berada pada tahap ini tinggal disekolah sesudah pelajaran selesai dan melakukan
pekerjaan untuk mendapatkan izin dari gurunya.
2) Tahap 4: Orientasi Hubungan
Masyarakat
Selama tahap 4 individu mengembangkan
fokusnya dari suatu hubungan dengan sesamanya menjadi perhatian kepada
masyarakat. Keputusan moral diperhitungkan dalam perspektif masyarakat. Tingkah
laku yang benar adalah melakukan tugasnya, menunjukan rasa hormat terhadap
orang yang berkuasa, dan menjaga nilai-nilai sosial. Remaja memilih untuk tidak
menghadiri pesta yang menyediakan minuman keras bukan karena mereka takut
ditangkap, tetapi karena mereka menyadari kalau itu salah.
c.
Tingkat
III : Pertimbangan Pasca-konvensional
Individu menemukan keseimbangan
antara hak dan kewajiban dasar manusia, kaidah-kaidah masyarakat, serta
peraturan pada tingkat pertimbangan pasca-konvensional. Individu berpindah dari
keputusan moral berdasarkan kewenangan atau sesuai dengan kelompok menjadi
nilai-nilai dan prinsip moral mereka sendiri. Individu pada tahap ini mulai
melihat apa yanga disukai oleh masyarakat. Prinsip dan idealisme moral menjadi
yang lebih menonjol pada tingkat ini (Berger, 2005).
1) Tahap 5 : Orientasi Kontrak
Sosial
Setelah mencapai tahap 5 individu
mematuhi hukum sosial tetapi juga mengenali kemungkinan perubahan hukum untuk
memperbaiki masyarakat. Individu juga mengenali bahwa kelompok sosial yang
berbeda memiliki nilai-nilai yang berbeda, tetapi memercayai bahwa semua
individu mempunyai hak-hak dasar, seperti kemerdekaan dan kehidupan. Individu
pada tahap ini lebih memikirkan apa yang dinilai masyarakat, bukan lagi apa
yang dinilai kelompok, seperti yang terjadi pada tahap 4.
2) Tahap 6 : Orientasi Prinsip
Etika Universal
Tahap ini merupakan “Hak”
keputusan kata hati sesuai prinsip etik pemilihan diri. Prinsip ini bersifat
abstrak dan membandingkan dengan logika umum, universal, dan konsistensi
(Kohlberg, 1981). Sebagai contoh, prinsip keadilan membutuhkan individu yang
bersikap adil terhadap sesamanya, menghormati martabat semua individu,
dan membantu individu untuk menghargai keputusan semua orang. Tahap 5
menekankan pada hak-hak dasar dan proses demokratis, sedangkan tahap 6
menekankan hanya pada prinsip-prinsip keadilan yang sesuai.
Penemuan ini memberi kesan
bahwa desain penelitian Kohlberg tidak memperbolehkan cara untuk mengukur semua
yang tumbuh dalam budaya yang berbeda. Kohlberg juga mendapat kritik tentang
adanya bias usia atau gender. Carol Gilligan, teman sejawat mengkritik Kohlberg
tentang bias gender (Santrock, 2007). Dia percaya bahwa Kohlberg membangun
teorinya berdasarkan perspektif keadilan yang berfokus pada hak individu.
Sebaliknya penelitian Gilligan melihat perkembangan moral dari sudut pandang
pelayanan yang memandang individu dalam komunikasi interpersonal mereka,
hubungan, dan perhatian terhadap orang lain (Santrock, 2007). Menurutnya,
wanita bisa bersifat penuh kasih sayang sehingga sulit mengambil keputusan
berdasarkan keadilan saja (Berger, 2005). Peneliti – peneliti lain telah
menilai teori Gilligan dalam penelitian dengan anak-anak dan tidak menamukan
bukti untuk mendukung perbedaan gender (Berger, 2005; Santrock, 2007).
2.2.
Tahapan Pertumbuhan Dan
Perkembangan Manusia
2.2.1
Tahapan konsepsi (kehidupan
intrauterine)
Selama periode prenatal
(kehidupan intrauterin), embrio tumbuh dari sel tunggal menjadi fisiologis.
Seluruh sistem organ utama berkembang dalam uterus, dengan beberapa fungsi
sebelum lahir. Kondisi psikososial juga mulai terbentuk selama masa gestasi. Periode
gestasi seringkali dibagi menjadi tiga periode yang disebut trimester. Karena
perkembangan dari bayi atau fetus, berada dalam tahapan perkembangan yang
berbeda dalam setiap trimester.
Waktu trimester pertama terjadi
selama 3 bulan pertama kalender. Di trimester ini terjadi diferensiasi sel dan
pembentukan atau perkembangan organ yang terjadi pada kecepatan dan waktu yang
berbeda-beda, dan setiap organ sangat
rentan terhadap gangguan dari lingkungan. Kemudian organ-organ tersebut
berkembang menjadi sistem organ yang terus berkembang pada trimester kedua pada
bulan ke-3 sampai ke-6.
Pada akhir bulan keenam,
kebanyakan sistem organ lengkap dan dapat berfungsi. Oleh karena itu janin
dipertimbangkan dapat hidup jika diberikan dukungan lingkungan yang intensif.
Jari-jari tangan dan kaki berkembang, dasar awal fungsi ginjal, dan jenis
kelamin janin dapat ditentukan.
Janin terbungkus dengan
substansi yang menutupi kulit dan rambut-rambut yang halus (lanugo) yang hampir
menutupi seluruh tubuh. Denyut jantung janin dapat terdengar pada auskultasi
dengan stetoskop, dan ibu menjadi waspada terhadap gerakan janin.
Pada trimester ketiga, kulit
janin menebal dan lanugo mulai hilang, tubuh janin menjadi lebih bulat dan
penuh. Otak pun mulai tumbuh dan sistem saraf pusat telah menetapkan jumlah
total neuron dan menghubungkan antara neuron serta mielinasi serat saraf yang
berlangsung dalam waktu yang cepat. Janin yang normal secara fisik mampu untuk
membuat peralihan dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin.
2.2.2
Transisi kehidupan intrauterine
ke ekstrauterine
Perubahan fisiologis pada bayi
baru lahir merupakan suatu proses adaptasi dengan lingkungan luar atau di kenal
dengan kehidupan ekstra uteri. Sebelum nya bayi cukup hanya beradaptasi dengan
kehidupan intra uteri. Perubahan fisiologis bayi baru lahir, diantaranya
sebagai berikut :
1. Sistem pernapasan
Perubahan sisitem ini di awali
dari perkembangan organ paru itu sendiri dengan perkembangan struktur bronkus,
bronkiolus, serta alveolus yang terbentuk dalam proses kehamilan sehingga dapat
menentukan proses pematangan dalam sistem pernapasan.
Proses perubahan bayi baru
lahir adalah dalam hal pernapasan yang dapat di pengaruhi oleh keadaan hipoksia
pada akhir persalinan dan rangsangan fisik ( lingkungan) yang merangsang pusat
pernapasan medula oblongata di otak. Selain itu juga jadi tekanan rongga dada karena
kompresi paru selama persalinan,sehingga merangsang masuknya udara ke dalam
paru,kemudian timbulnya pernapasan dapat terjadi akibat interaksi sistem
pernapasan itu sendiri dengan sisitem kardiovaskuler dan susunan saraf pusat.
Selain itu adanya surfaktan dan
upaya resfirasi dalam pernapasan dapat berfungsi untuk mengeluarkan cairan
dalam paru serta mengembangkan jaringan alveolus paru agar dapat berfungsi.
Surfaktan tersebut dapat mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu
menstabilkan diding alveolus untuk mencegah kolaps ( Betz dan Sowden, 2002 ).
a. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik
tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang kemudian bercabang kembali
membentuk struktur percabangan bronkus, proses ini terus berlanjut sampai sekitar
usia 8tahun, sampain jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang,
walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan nafas selama trimester dua dan
trimester tiga. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hudip
BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini di sebabkan karena keterbatasan permukaan
alveolus, ketidak matangan sistem kaviler, paru-paru yang tidak tercukupinya
jumlah surfaktan.
b. Awal adanya nafas
Faktor-faktor
yang berperan pada rangsangan napas
pertama bayi adalah :
1) Hipoksia pada akhir persalinan
dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di
otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada,
yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan, yang merangsang
masuknya udara, ke dalam paru-paru secara mekanis.
3) Interaksi antara sistem
pernafasan, kardiovaskuler, dan susunan saraf pusat menimbulkan pernafasan yang
teratur dan berkesinambungan serta denyut yang di perlukan untuk kehidupan.
4) Penimbunan karbondioksida (
CO2) Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang
pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi
gerakan nafas janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah
frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
5) Perubahan suhu Keadaan dingin
akan merangsang pernafasan.
c.
Surfaktan
dan upaya resfirasi untuk bernafas
Upaya
pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1) Mengeluarkan cairan dalam
paru-paru
2) Mengembangkan jaringan alveolus
paru-paru untuk pertama kali Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat
surfaktan ( lemak lesitin/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke
paru-paru. Produksi surfaktan di mulai pada 20 minggu kehamilan, yang jumlahnya
meningkat sampai paru-paru matang ( sekitar 30-34 minggu kehamilan).
Fungsi
surfaktan adalah untuk mengurangi tekan permukaan paru dan membantu untuk
menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasaan.
Tidak
adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernapas. Peningkatan
kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Bebagai
peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi uyang sebelumnya sudah terganggu.
d. Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai
cairan di paru-parunya. Pada saat beyi melewati jalan lahir selama persalinan,
sekitar sepertiga cairan ini di peras keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang
di lahirkan secara SC kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat
menderita paru-paru basah dalam jangka waktu yang lebih lama. Dengan beberapa
kali tarikan nafas yang pertama udara memenuhi ruangan trakhea dan brokus BBL.
Sisa cairan di paru-paru di keluarkan dari paru-paru dan di serap oleh pembuluh
limpe dan darah.
e. Fungsi sistem pernafasan dan
kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan
faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara.
Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi.
Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna
menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan
oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan darah paru-paru
akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan
cairan paru-paru dan akan merangsang
perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
2. Sistem peredaran darah
Pada sistem peredaran darah,
terjadi perubahan fisiologis pada bayi baru lahir, yaitu setelah bayi itu lahir
akan terjadi proses pengantaran oksigen ke seluruh jaringan tubuh, maka terdapat
perubahan,yaitu penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan penutupan
duktus ateriosus anatara arteri paru dan aorta.
Perubahan ini terjadi akibat
adanya tekanan pada seluruh sistem pembuluh darah,dimana oksigen dapat
menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tenaga dengan cara meningkatkan atau
mengurangi resistensi. Perubahan tekanan sistem pembuluh darah dapat terjadi
saat tali pusat di potong, resistensinya akan meningkat dan tekanan atrium
kanan akan menurun karena suplai darah ke atrium kanan berkurang yang dapat
menyebabkan volume dan tekanan atrium kanan juga menurun.
Proses tersebut membantu darah
mengalami proses oksigenasi ualng, pada saat terjadi pernafasan pertama dapat
menurunkan resistensi dan meningkatkan atrium kanan. Kemudian oksigen pada
pernapasan pertama dapat menimbulkan relaksi dan terbukanya sistem pembuluh
darah paru yang dapat menurunkan resistensi pembuluh darah paru. Terjadinya
peningkatan sirkulasi paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan
pada atrium kanan, dengan meningkatkan tekanan pada atrium kanan akan terjadi
penurunan atrium kiri, foramen ovale akan menutup, atau dengan pernafasan kadar
oksigen dalam darah akan meningkat yang dapat menyebabkan duktus arteriosus
mengalami kontriksi dan menutup. Perubahan lain adalah menutupnya vena
umbilikus, dutus venosus, dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup
secara fungsional dalam beberapa menit setelah tali pusat di klem dan penutupan
jaringan fibrosa membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan (Betz dan Sowden, 2002).
Adapun perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi adalah sebagai berikut :
Sirkulasi
darah fetus
a. Struktur tambahan pada
sirkulasi fetus
1) Vena umbilikalis : membawa
darah yang mengalami deoksigenasi darin plasenta ke permukaan dalam hepar.
2) Ductus venosus : meninggalkan
vena umbilikalis sebelum mencapai hepar dan mengalihkan sebagian besar darah
baru yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
3) Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan darah
lewat atrium dextra ke dalam vebtriculue
sinistra.
4) Ductus arteriosus: merupakan
bypass yang terbentang dari ventriculuc dexter dan aorta desendens.
5) Arteri hypogastrika: dua
pembuluh darah yang mengembalikan darah dari vetus ke plasenta. Pada fenikulus
umbilicalis, arteri ini di kenal sebagai arteri umbilikalis. Di dalam tubuh
fetus arteri tersebut di kenal sebagai arteri hypogastika.
b. Sistem sirkulasi fetus
1) Vena umbilikalis : membawa
darah yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena hepatika
meninggalkan hepar dan mengembalikan
darah ke vena cava inferior.
2) Ductus venosus : adalah
cabang-cabang dari vena umbilikalis dan mengalirkan sejumlah besar darah yang
mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
3) Vena cava inferior : telah
mengalirkan darah yang telah beredar dan ekstremitas inferior dan badan fetus, menerima darah dari vena
hepatica dan ductus venosus dan membawanya
ke atrium dextrum.
4) Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian besar darah
yang mengalami oksigenasi dalam ventriculus dextra untuk menuju ke atrium
sistra, dari sini darah melewati valvula mitralis ke ventriculuc sinister dan
kemudian melalui aorta asuk ke dalam cabang ascendensnya untuk memasok darah
bagi kepala dan ekstremitas superior. Dengan demikian hepar jantung dan
cerebelum menerima darah baru yang mengalami oksigenasi.
5) Vena cava superior :
mengembalikan darah dari kepala dan ekstremitas superior ke atrium dextrum.
Daerah ini bersama sisa cairan yang di bawa vena cava inferior melalui valvula
tricuspidalis masuk ke dalam ventriculus.
6) Arteria pulmonaris: mengalirkan
darah campuran ke paru-paru yang non fungsional, yang hanya memerlukan nutrien
sedikit .
7) Ductus arteriosus: mengalirkan
sebagian besar darah dari vena ventrikulus dexter ke dalam aorta desenden untuk
memasok darah bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas interior.
8) Arteria hipogastrika: merupkan
lanjutan dari arteria iliaca interna, membawa darah kembali ke plasenta dengan
mengandung lebih banyak oksigen dan nutrien yang di pasok dari peredaran darah
maternal.
Perubahan pada saat lahir
1) Penghentian pasokan darah dari
plasenta
2) Pengembangan dan pengisian
udara pada paru-paru
3) Penutupan poramen oval
4) Fibrosis
5) Vena umbilicalis
6) Ductus venosus
7) Arteriae hypogastrica
8) Ductrus arteriosus
3. Sistem Pengaturan tubuh,
Metabolisme Glukosa, Gastrointestinal, dan Kekebalan Tubuh
a. Sistem Pengaturan Tubuh
Ketika bayi lahir dan langsung
berhubungan dunia luar ( lingkungan ) yang lebih dingin, maka dapat menyebabkan
air ketuban menguap melalui kulit yang dapat mendinginkan darah bayi.pada saat
lingkungan dingin, terjadi pembentukan suhu tanpa melalui mekanisme menggigil
yang merupakan cara untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya serta hasil
penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Adanya timbunan lemak tersebut
menyebabkan panas tubuh meningkat, sehingga terjadilah proses adaptasi. Dalam
pembakaran lemak, agar menjadi panas, bayi menggunakan kadar gluksa.
Selanjutnya cadangan lemak tersebut akan habis dengan adanya stres dingin dan
bila bayi kedinginan akan mengalami proses hipoglikemia, hipoksia, dan
asidosis.
b. Metabolisme Glukosa
Setelah tali pusat di ikat atau
di klem, maka kadar glukosa akan di pertahankan oleh si bayi itu sendiri serta
mengalami penurunan waktu yang cepat 1-2 jam. Guna mengetahui atau memperbaiki
kondisi tersebut, maka di lakukan dengan menggunakan air susu ibu ( ASI),
penggunaan cadangan glikogen ( glikogenolisis), dan pembuataan glukosa dari
sumber lain khususnya lemak (glukoneogenesis). Seorang bayi yang sehat akan
menyimpan glukosa sebagai glikogen dalam hati.Koreksi penurunan kadar gula darah
dapat di lakukan dengan 3 cara :
1) Melalui penggunaan ASI
2) Melalui penggunaan cadangan
glikogen
3) Melalui pembuatan glukosa dari
sumber lain terutama lemak.
4. Sistem Gastrointestinal
Proses menghisap dan menelan
sebelum lahir sudah di mulai. Refleks gumoh dan batuk sudah terbentuk ketika
bayi lahir.kemampuan menelan dan mencerna makananmasih terbatas, mengikat
hubungan esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang dapat menyebabkan
gumoh dan kapasitasnya sangat terbatas kurang lebih 30cc.
5. Sistem Kekebalan Tubuh
Perkembangan sistem imunitas
pada bayi juga mengalami proses penyesuaian dengan perlindugan oleh kulit
membran mukosa, fungsi saluran nafas, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan
usus, serta perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung. Perkembangan
kekebalan alami pada tingkat sel oleh sel darah akan membuat terjadinya sistem
kekebalan melalui pemberian kolostrum dan lambat laun akan terjadi kekebalan
sejalan dengan perkembangan usia ( Jane Ball, 1999).
Bayi dilahirkan dengan beberapa
kemampuan melawan infeksi. Lini pertama dalam pertahanan adalah: kulit dan
membran mukosa yang melindungi dari invasi mikro-organisme. Lini kedua adalah
elemen sel pada sistem imunologi yang menghasilkan jenis-jenis sel yang mampu
menyerang fatogen seperti neurofil, monosit, ensinofil. Lini ke tiga adalah
susunan spesifik dari antibodi ke antigen, proses ini membutuhkan pemaparan
dari agen asing sehingga anti body dapat di hasilkan. Bayi umumnya tidak dapat
mengahsilkan Ig ( ImunoGlobin) sendiri samapai usia 2 bulan. Bayi menerima dari
imun ibu yang berasal dari sirkulasi plasenta dan ASI. Bila ibu memiliki anti
body terhadap penyakit menular tertentu, anti body tersebut mengalir ke bayi
melalui plasenta. Diantara anti bodi tersebut mungkin adalah anti body terhadap gondok,difteri, dan
campak. Imunitas pasif ini berakhir
dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan.
5. Sistem pencernaan
Kemampuan bayi
untuk mencerna, menyerap dan metabolisme bahan makanan sudah adekuat tetapi
terbatas pada fungsi-fungsi tertentu. Terdapat enzim untuk mengkatalisasi
protein dan karbohidrat sederhana ( Monosakarida dan Disakarida ) tetapi untuk
karbohidrat kompleks yang belum terdapat :
a. Mulut
Bibir bayi baru
lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris. Lidah tidak boleh
memanjang atau menjulur diantara bibir. Jaringan penunjang melekatkan ke sisi
bawah lidah. Atap dari mulut (langit-langit keras) harus tertutup, dan harus
terdapat uvula (langit-langit lunak). Kadang- kadang terdapat tonjolan putih
kecil yang sepanjang langit-langit keras, yang di sebut “ Epsteins Pearls “,
tempat menyatunya bagian langit-langit keras. Tonjolan tersebut akan hilang
sendirinya. Beberapa kelenjar saliva berfungsi pada saat lahir,
kebanyakan belum mensekresi saliva samapi dengan umur 2-3 bulan.
b.
Lambung
Pada saat
lahir, kapasitas lahir antara 30-60 ml dan meningkat dengan cepat sehingga pada
hari ke tiga dan keempat, kapasitanya mencapai 90ml. Bayi membutuhkan makan
yang jumlahnya sedikit tapi frekuensinya sering. Lambung bayi akan kosong dalam
waktu 2-4 jam. Bayi di berikan susu formula dari botol atau dengan ASI payu
dara ibunya. Pada bayi yang di beri ASI, karena di berikan ASI, maka bayi akan
menghisap puting atau udara. Hal ini akan menimbulkan rasa kenyang yang palsu
karena lambung penuh. Maka harus di sendawakan sehingga bayi akan minum susu
elbih banyak
c.
Usus
Usus pada bayi
jika di bandingkan dengan panjang tubuh bayi terlihat sangat panjang. Feses
pertama bayi adalah hitam kehijauan, tidak berbau, substansi yang
kental/lengket yang di sebut mekonium. Yang biasanya keluar dalam 24 jam
pertama. Feses ini mengandung sejumlah cairan amnion, vernix, sekresi saluran
pencernaan, empedu, lanugo, dan zat sisa dari jaringan tubuh. Feses transisi
yang berwarna hijau kecoklatan keluar selama 2-3 hari. Feses pada bayi yang
menyusu pada hari ke 4 adalah hijau kekuningan/kuning emas, berair atau encer,
dan bereaksi terhadap asam. Feses dari bayi yang menyusu formula, biasanyau
berwarna kuning terang/kuning pucat, berbau, berbentuk garing agak keras netral
samapi sedikit alkali. Normalnya defekasi pertama dalam waktu 24 jam.
6. Sistem Ginjal dan Keseimbangan
Cairan
Pengeluaran
urine pada janin terjadi pada bulan ke empat. Sementara itu, pada saat lahir
fungsi ginjal bayi sebanding dengan 30% sampai 50% dari kapasitas dewasa dan
belum cukup matur untuk memekatkan urin. Artinya, pada semua bayi semua
struktur ginjal sudah ada tetapi kemampuan ginjal untuk mengosentrasikan urine
dan mengatur kondisi cairan setra fluktuasi elektrolit belum maksimal. Namun
demikian, urin terkumpul dalam kandung kemih bayi biasanya dalam waktu 24 jam
pertama kelahirannya. Volume pengeluaran urine total per 24 jam pada bayi baru
lahir sampai dengan akhir minggu pertama adalah sekita 200-300 ml, dengan
frekunsi 2-6 kali hingga 20 kali/hari. Penting untuk mencatat saat berkemih
pertama kali bila terjadi anuria harus dilaporkan, karena hal ini mungin
menandakan anomali kongenital dari sistem perkemihan. Berat badan bayi biasanya
turun 5%-15% pada hari ke empat sampai ke lima. Hal ini salah satu peningkatan
buang air besar, pemasukan kurang dan metabolisme meningkat. Setelah hari
kelima berat badab bayi biasanya meningkat kembali.
Mengenai
keseimbangan cairan dan elektrolit, terjadi pada volume total pada tubuh,
volume cairan ekstra sel pada masa transisi janin ke fase pasca lahir. Pada
masa janin, cairan ekstraseluler lebih banyak daripada cairan intraseluler.
Namun, hal ini segera berganti pada pasca natal. Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh karena pertumbuhan yang membutuhakan cairan ekstraseluler
7. Sistem Adaptasi Perubahan Kulit
Semua struktur kulit bayi sudah
terbentuk pada saat lahir, tetapi masih belum matang . epidermis dan Dermis
tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Verniks caseosa juga melapisi epidermis dan berfungsi sebagai lapisan
pelindung. Verniks caseosa berbentuk seperti keju yang di sekresi oleh kelenjar
sebasea dan sel-sel epitel. Pada saat lahir beberapa bayi di lapisi oleh
verniks caseosa yang tebal, sementara yang lainnya hanya tipis saja pada
tubuhnya. Hilangnya pelindungnya yaitu verniks caseosa meningkatkan deskumasi
kulit ( pengelupasan ), verniks biasanya menghilang dalam 2-3 hari. Pada bayi
baru lahir seringkali terdapat bintik putih khas terlihat di hidung, dahi dan
pipi bayi yang di sebut milia. Bintik ini menyumbat kelenjar sebasea yang belum
berfungsi. Setelah sekitar 2 minggu, ketika kelenjar sebasea mulai bersekresi
secara bertahap tersapu dan menghilang.
Rambut halus atau lanugo dapat
terlihat pada wajah, bahu, dan punggung, dan biasanya cenderung menghilang
selama minggu pertama kehidupan. Pelepasan kulit ( deskuamasi ) secara normal
terjadi selama 2-4 minggu pertama kehidupan. Mungkin terlihat eritema toksikum
( ruam kemerahan ) pada saat lahir, yang bertahan sampai beberapa hari. Ruam
ini tidak menular dan kebanyakan mengenai bayi yang sehat. Terdapat berbagai
tanda lahir ( nevi ) yang bersifat sementara ( biasanya di sebabkan pada saat
lahir) maupun permanen ( biasanya karena
kelainan struktur pikmen, pembuluh darah, rambut atau jaringan lainnya).
Pada kulit dan sklera mata bayi
mungkin di temukan warna kekuningan yang di sebut ikteri. Ikteri di sebabkan karena
billirubin bebas yang berlebihan dalam darah dan jaringan, sebagai akibatnya
pada sekitar hari ek dua atau ke tiga, terjadi hampir 60% hari ke 7
biasanyamenghilang. Ikteri ini di sebabkan ikterik fisiologis atau ikterik
neonatorum.
8. Sistem pensyarafan
Sistem persyarapan bayi cukup
berkembang untuk bertahan hidup tetapi belum terintegrasi secara sempurna.
Pertumbuhan otak setelah lahir mengikuti pola pertumbuhan cepat, yang dapat di
prediksi selama priode bayi samapi awal masa kanak-kanak. Pada akhir tahun
pertama, pertumbuhan sereblum yang di mulai pada usia kehamilan pada sekitar 30
minggu, berakhir. Hal inilah yang mungkin jadi penyebab mengapa otak rentan
terhadap trauma nutrisi dan trauma lain selama masa bayi. Fungsi tubuh dan
respon-respon yang di berikan sebagian besar di lakukan oleh pusat yang lebih
rendah dari otak dan refleks-refleks dalam midula spinalis.
2.2.3
Tahap Bayi baru lahir (Infancy): Sejak lahir hingga
usia 18 bulan
Periode ini mencakup beberapa periode perkembangan yang pendek. Pertama adalah
infancy (orok), yaitu selama 12 minggu sejak lahir. Dalam tahap ini terjadi dua
fase yang sangat berbeda.
1.
Fase Partunal
Selama 30 menit setelah kelahiran, bayi tidak berusaha menyesuaikan diri
dengan lingkungan. Ia masih merasa bersatu dan tergantung 100% pada ibunya.
2.
Fase Neonatal
Setelah plasenta dipotong, bayi secara otomatis berdiri sendiri sebagai
individu dan mempunyai sedikit kebebasan dibanding saat-saat sebelumnya.
Periode ini merupakan
periode terpenting bagi kehidupan manusia. Dalam masa ini individu mengalami
masa-masa penyesuaian diri yang amat radikal karena dihadapkan seketika pada
satu situasi dan kondisi yang amat berlainan dengan situasi dan kondisi dalam
perut ibunya. Temperatur lingkungan berubah, demikian juga cara makan dan pembuangan
sisa makanan.
Perilaku bayi pada periode
ini masih bersifat sembarangan, hampir tanpa arti dan kurang terkendali.
Perilaku seperti ini disebut masa activity. Akan tetapi bayi juga menunjukkan
perilaku-perilaku spesifik, termasuk beberapa jenis refleks yang terjadi bila
ada rangsangan dari luar. Gerak
refleks bawaan lahir meliputi:
1. Mengisap - segera setelah lahir, bayi
anda akan mulai mencari dan melekat pada payudara atau dot untuk makan.
2. Mengeluarkan makanan - refleks
mengeluarkan objek dari kerongkongan untuk menghindarkan bayi dari tersedak.
3. Genggaman yang kuat, taruh jari anda
dalam telapak tangannya dan rasakan cengkeramannya.
4. Refleks moro - pada saat terkejut bayi
akan tersentak ditandai dengan merentangkan kedua tangannya dan membuka genggamannya
(terutama jika tidak ada pegangan).
5. Naluri untuk melangkah - jika anda
meletakkan kaki bayi pada permukaan solid sambil menopang tubuhnya, akan
kelihatan bayi anda melangkah.
Periode selanjutnya adalah
babyhood (bayi). Inilah masa-masa pembentukan dasar-dasar kepribadian individu.
Periode ini adalah usia terjadinya perubahan dan pertumbuhan yang amat cepat,
sekaligus berkurangnya ketergantungan anak pada ibunya dan awal munculnya
individualitas. Pada usia-usia awal ini individu mulai mengenal orang lain
diluar dirinya dan ibunya dan harus menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungan (sosialisasi).
Ciri menonjol lain dalam
usia ini adalah keingintahuan yang besar sekali. meskipun koordinasi otot dan
kekuatan fisik belum sempurna, tetapi bayi sudah sejak dini melakukan berbagai
percobaan dengan lingkungan, baik dengan cara menggigit, meraba-raba, mencium,
membanting, atau melempar sesuatu.
1. Perkembangan
indera penglihatan bayi 1 bulan
Pada beberapa hari pertamanya mata bayi
akan lebih sering tertutup tapi segera matanya akan mulai lebih sering terbuka.
Bayi baru lahir hanya bisa melihat dengan jelas pada jarak dekat sekitar 25cm.
Yang berarti bayi anda bisa melihat wajah anda saat menyusui, bahkan akan lebih
suka menatap wajah anda dibandingkan objek lainnya karena pada dasarnya bayi
lebih tertarik dengan wajah manusia. Mereka juga lebih menyukai objek berbentuk
bulat dengan gelap dan terang yang kontras serta memiliki garis luar yang tajam
karena lebih mudah dilihat.
Matanya juga mungkin terlihat juling
pada saat ia mencoba fokus pada objek. Ini merupakan hal yang normal karena
syaraf pengontrol mata bayi belum sepenuhnya berkembang. Namun jika hal ini
berlanjut sampai usia 3 atau 4 bulan segera berkonsultasi dengan dokter anak
anda karena ini mungkin merupakan tanda mata juling dan harus ditangani dengan
segera.
2. Perkembangan
indera pendengaran
Walaupun pendengaran bayi belum
berfungsi sempurna namun bayi baru lahir sudah bisa mengenali suara terutama
suara sang bunda yang didengarnya tiap hari dalam kandungan. Mereka terutama
bereaksi pada suara lembut berirama tinggi dengan ritme yang lambat menenangkan.
Bayi juga memiliki kemampuan untuk memblokir suara-suara yang mengganggunya
agar bisa memperoleh istirahat yang cukup dan melindungi diri dari penggunaan
panca indera yang berlebihan. Namun, jika bayi anda sepertinya tidak merespon
pada suara apapun konsultasikan dengan dokter anak anda.
3.
Perkembangan indera perasa bayi usia 1 bulan
Seperti kebanyakan anak yang lebih
besar, bayi lebih menyukai rasa manis. Tapi indera perasanya belum cukup matang
untuk membedakan asam dan pahit. Sedangkan indera penciumannya sudah berkembang
sempurna dan sudah bisa membedakan bau puting ibu dan bau asi dalam beberapa
hari pertama kehidupannya.
Periode ini
disebut juga dengan tahapan sensorik oral, karena orang biasa melihat bayi
memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya. Sosok Ibu memainkan peranan
terpenting untuk memberikan perhatian positif dan penuh kasih kepada anak,
dengan penekanan pada kontak visual dan sentuhan. Jika periode ini dilalui
dengan baik, bayi akan menumbuhkan perasaan trust (percaya) pada lingkungan dan
melihat bahwa kehidupan ini pada dasarnya baik. Sebaliknya, bila gagal di
periode ini, individu memiliki perasaan mistrust (tidak percaya) dan akan
melihat bahwa dunia ini adalah tempat yang mengecewakan dan penuh frustrasi. Perkembangan fisik bayi mempunyai
karakteristik seperti berikut :
1. Perkembangan Fisik
a. Pada tahun pertama pertumbuhan fisik
sangat cepat sedangkan pada tahun kedua sudah mulai mengendur.
b. Pola perkembangan bayi laki-laki dan
bayi perempuan sama.
c.
Tinggi
badan secara proporsional lebih lambat dari pertumbuhan berat badan pada tahun
pertama dan lebih cepat pada tahun kedua.
d. Pertumbuhan otak tampak dengan
bertambah besarnya ukuran tengkorak kepala.
e. Organ keindraan berkembang dengan cepat
selama masa bayi dan sanggup berfungsi dengan memuaskan sejak bulan-bulan
pertama dari kehidupan. Alat indra lainnya yang juga berkembang adalah
pendengaran dan penciuman.
f.
Fungsi-fungsi
fisiologis. Masa bayi merupakan masa dasar pembinaan pola-pola seperti makan,
tidur, dan buang air harus terbentuk.
g. Perkembangan penguasaan otot-otot.
Perkembangan penguasaan otot-otot mengikti pola yang jelas dan dapat diduga
yang ditentukan oleh hukum arah perkembangan. Menurut hukum ini, penguasaan
atau pengendalian otot-otot bergerak melalui tubuh dari arah kepala munuju
kaki.
2. Perkembangan
Intelegensi
Sejak tahun pertama dari usia bayi,
fungsi intelegensi sudah mulai tampak dalam bertingkah lakunya, umpamanya dalam
bertingkah laku motorik dan berbicara. Anak yang cerdas menunjukan
gerakan-gerakan lancar, serasi, dan berkoordinasi dan cepat dalam perkembangan
bahasanya. Sedangkan anak yang kurang cerdas, gerakan-gerakannya kaku, dan
kurang terkoordinasi.
Dilihat dari perkembangan kognitifnya,
menurut Piaget, usia bayi (tahun pertama) ini berada pada periode sensorimotor.
Bayi mengenal objek-objek yang berada disekelilingnya melalui system
pengindraan (penglihatan dan pendengaran dan indra lainnya) serta gerakan
motoriknya (refleks, seperti mengenyot dan menggerakkan kepala ke arah
rangsangan). Meskipun ketika baru dilahirkan seorang bayi sangat bergantung dan
tidak berdaya, tetapi sebagian alat-alat indranya sudah langsung bisa berfungsi
seperti mengenyot dan menghisap susu ibu.
3.
Perkembangan Emosi
Pada usia 0-8 minggu kehidupan bayi
sangat dikuasai oleh emosi (impulsif) dan emosinya sangat bertalian
dengan indrawinya (fisik) dengan kualitas perasaan; senang dan tidak senang.
Misalnya bayi senyum atar tidur pulas kalau merasa kenyang, hangat, dan nyaman.
Dan dia menangis kalau lapar, haus, dingin atau sakit.
Pada usia 8 minggu hingga 1 tahun,
perasaan psikis sudah mulai berkembang. Anak tersenyum (senang) jika melihat
mainan yang didapatinya, atau melihat orang yang telah dikenalnya. Dan
sebaliknya ia akan tidak senang jika melihat orang yang tidak dikenalnya atau
menangis. Pada fase ini terjadi penguraian yaitu dari perasaan senang dan tidak
senang jasmaniah menjadi perasaan-perasaan marah, jengkel, terkejut, dan takut.
Pada usia 1,0 tahun-3,0 tahun
gejala-gejala perkembangan emosi bayi adalah sebagai berikut:
a. Emosinya sudah mulai terarah pada
sesuatu (orang, benda, dan lainnya)
b. Sejajar dengan perkembangan bahasa yang
sudah dimulai pada usia 2 tahun maka ia sudah dapat menyatakan perasaannya
dengan bahasa.
c.
Sifat-sifat
perasaan anak pada masa ini adalah labil (mudah berubah) terkadang menangis
tetepi segera tertawa dan mudah terpengaruhi.
4.
Perkembangan Bahasa
Ada tiga bentuk pra-bahasa yang normal
muncul dalam pola perkembangan bahasa, yakni menangis, mengoceh dan isyarat.
Menangis adalah lebih penting karena merupakan dasar bagi perkembangan bahasa
pada bayi. Isyarat dipakai bayi sebagai pengganti bahasa sedangkan pada orang
dewasa isyarat sebagai pelengkap bahasa. Oleh karena bahasa dipelajari melalui
proses meniru maka bayi perlu memperolah model atau contoh yang baik supaya
dapat meniru kata-kata yang baik.
Bahasa bayi mengalami perkembangan
dalam beberapa tahap seiring dengan berkembangnya intelegensinya, secara umum
tahap-tahap bahasa itu antara lain; tahap permulaan, Stadium Purwoko (6-12
bulan) atau masa meraban yakni tahap mengeluarkan bermacam-macam suara
yang tidak berarti, misalnya ba-ba, ma-ma.dsb. selanjutnya adalah tahap pertama
Stadium Kalimat Satu Kata (12-16 bulan), pada masa ini anak sudah dapat
mengucapkan mama, papa, mamam, dsb yang merupakan sebuah kalimat tetapi tidak
lengkap atau single word sentence.
Selanjutnya adalah tahap Kedua Stadium
Nama (16-24 bulan), yang mana anak sudah mulai timbul kesadaran bahwa setiap
orang atau benda mempunyai nama sehingga disebut Stadium Nama.
5.
Perkembangan Bermain
Bermain atau setiap kegiatan yang
menimbulkan kesenangan, dimulai dalam bentuk sederhana pada masa bayi. Bermain
pada masa ini terutama terdiri dari gejala-gejala gerakan motorik yang tidak
menentu dan perangsangan organ-organ keindraan. Permainan pada masa bayi
bersifat bebas dan spontan yang ditandai dengan tidak adanya aturan-aturan dan
lebih bersifat sendiri daripada dengan orang lain.
Piaget menjelaskan bahwa,” bermain
terdiri atas tanggapan yang diulang sekedar untuk kesenangan fungsional. Pada
masa bayi mencapai usia tiga bulan, umumnya penguasaan tangan telah sedemikian
berkembang dan telah memungkinkan si bayi untuk bermain dengan boneka atau
mainan lainnya. Pada usia dua tahun selanjutnya permainan sudah mulai teratur
dan boneka atau mobil-mobilan dipakai untuk berbagai macam permainan. Cirri
khas nya pada masa ini adalah permainannya banyak melibatkan berjalan, melempar
mainan dan memungutnya kembali
6.
Perkembangan kepribadian
Pada masa ini masih berkembang sikap
egosentris (keAkuan). Ini berarti bahwa anak memandang segala sesuatu dilihat
dari sudut pandang sendiri, dan di tujukan untuk kepentingan dirinya sendiri,
tidak menghiraukan kepentingan orang lain. Ia adalah raja (ratu) yang
kebutuhannya harus terpenuhi. Sikap egosentris ini mempengaruhi sikap
sosialnya, seperti, orang sekitarnya harus melayaninya, permintaannya harus
dipenuhi.
Sikap-sikap yang tampaknya tidak baik
ini merupakan pilaku wajar atau normal bagi perkembangan usia bayi karena masa
ini masih sangat rentan dikuasai oleh nalurinya (bersifat inpulsif), dan
kemampuan berpikirnya belum cukup berkembang. Tugas perkembangan
pokok bagi bayi adalah memperoleh atau mengembangkan sikap percaya dan
mengatasi atau menghindari diri dari sikat tidak percaya tersebut. Ketercapaian
sikap tersebut amat dipengaruhi kondisi lingkungan sekitar.
Lingkungan pertama bagi anak adalah orang tuanya, terutama ibunya. Jika
seorang bayi diberi perhatian, pemeliharaan, pemberian kasih sayang yang cukup
seperti senyuman, belaian, maka cenderung anak akan mengembangkan sikap positif
terhadap ibunya dan lingkungannya. Sikap ini menjadi dasar perkembangan
kepribadian anak secara normal.
7.
Perkembangan moral
Seorang anak yang dilahirkan belum
memiliki tentang apa yang baik atau tidak baik. Pada masa ini tingkah laku anak
(bayi) hampir semuanya didominasi oleh dorongan naluriah belaka (impulsive).
Oleh karena itu, tingkah laku anak belum bisa dinilai sebagai tingkah laku
bermoral atau tidak bermoral. Pada masa ini anak cenderung mengulangi perbuatan
yang menyenangkan, dan tidak mengulangi perbuatan yang tidak menyenangkan.
Dengan melihat kecenderungan prilaku
anak tersebut maka untuk menanamkan konsep-konsep moral pada anak, ada baiknya
dilakukan beberapa hal seperti memberi pujian, ganjaran, atau dicim, dipeluk,
dan diberi kata-kata pujian apabila ia melakukan sesuatu yang baik. Sehingga
menjadi faktor penguat agar tindakan baiknya dapat dilakukan kembali. Dan
sebaliknya, memberi ia hukuman atau memberikan sesuatu yang mendatangkan
perasaan yang tidak senang agar ia tidak mengulangi perbuatan itu lagi.
Jika perlakuan pada anak dilakukan
secara teratur maka akan tertanam pada diri anak tentang pengertian atau konsep
moral. Anak akan mengerti bahwa suatu perbuatan yang mendapat pujian adalah
baik dan perbuatan yang mendapat hukuman adalah dilarang.
8.
Perkembangan kesadaran beragama
Menurut Arnold Gessel, anak pada usia
bayi sudah mempunyai perasaan ketuhanan. Perasaan ini sangat memegang peranan
penting dalam diri pribadi anak. Perasaan ketuhanan pada masa ini adalah fundamen
bagi perkembangan perasaan ketuhanan pada periode selanjutnya. Seiring dengan
perkembangan kognisi, emosi, dan bahasa anak maka untuk membantu perkembangan
kesadaran beragamanya, orang tua sebagai lingkungan pertama seyogyanya
melakukan hal-hal seperti, mengenalkan konsep-konsep atau nilai-nilai agama
kepada anak melalui bahasa seperti membacakan bismillaahirrahmaanirrahim
pada saat memulai memberi makan atau mandi dan membacakan alhamdulillah sesudahnya. Dan pada saat tidurnya hendaknya
membiasakan mengucapkan kalimah-kalimah toyyibah (zikir).
Memperlakukan anak dengan kasih sayang
karena pada usia ini belum berkembang pemahaman kasih sayang Tuhan. Melalui
kasih sayang orang tua nya ia akan percaya pada apa yang disampaikan kepadanya
dan ia akan yakin bahwa agama itu sesuatu yang menyenangkan. Kemudian
memberikan contoh dalam mengerjakan ajaran agama secara baik dan kontinuitas
seperti mengajak sholat berjama’ah berdo’a dan sebagainya.
Banyak studi
tentang bunuh diri dan usaha bunuh diri yang menunjukkan betapa pentingnya
pembentukan keyakinan di tahun-tahun awal kehidupan ini. Di awal kehidupan ini
begitu penting meletakkan dasar perasaan percaya dan keyakinan bahwa tiap
manusia memiliki hak untuk hidup di muka bumi, dan hal itu hanya bisa dilakukan
oleh sosok Ibu, atau siapapun yang dianggap signifikan dalam memberikan kasih
sayang secara tetap.
2.2.4
Tahap Bayi Dan Toodler: 12 Bulan Hingga 3 Tahun
Anak usia toddler adalah anak
usia 12 – 36 bulan ( 1 – 3 tahun ) pada periode ini anak berusaha mencari tahu
bagaimana sesuatu bekerja dan bagaimana mengontrol orang lain melalui
kemarahan, penolakan, dan tindakan keras kepala. Hal ini merupakan periode yang
sangat penting untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan intelektual secara
optimal ( Perry, 1998 ).
Selama tahapan
ini individu mempelajari ketrampilan untuk diri sendiri. Bukan sekedar belajar
berjalan, bicara, dan makan sendiri, melainkan juga mempelajari perkembangan
motorik yang lebih halus, termasuk latihan yang sangat dihargai: toilet training. Di masa ini, individu
berkesempatan untuk belajar tentang harga diri dan otonomi, seiring dengan
berkembangnya kemampuan mengendalikan bagian tubuh dan tumbuhnya pemahaman
tentang benar dan salah. Salah satu ketrampilan yant muncul di periode adalah
kemampuan berkata TIDAK. Sekalipun tidak menyenangkan orang tua, hal ini
berguna untuk pengembangan semangat dan kemauan.
Di sisi lain,
ada kerentanan yang bisa terjadi dalam periode ini, khususnya berkenaan dengan
kegagalan dalam proses toilet training atau mempelajari skill lainnya, yang
mengakibatkan munculnya rasa malu dan ragu-ragu. Lebih jauh, individu akan
kehilangan rasa percaya dirinya.
1.
Pertumbuhan
dan perkembangan fisik
Pertumbuhan adalah suatu proses
alamiah yang terjadi pada individu, yaitu secara bertahap, berat dan tinggi
anak senakin bertambah dan secara simultan mengalami peningkatan untuk
berfungsi baik secara kognitif, psikososial, maupun spiritual. ( Supartini,
2000 ).
Anak usia toddler memiliki
karakteristik tersendiri dalam berbagai ranah pertumbuhan dan perkembangannya.
Pertumbuhan dan perkembangan biologis. Secara umum pertumbuhan baik dari segi
berat maupun tinggi badab berjalan cukup stabil atau lambat. Rata – rata
bertambah sekitar 2,3 kg/ tahun, sedangkan tinggi badan bertambah sekitar 6 – 7
cm / tahun ( tungkai bawah lebih dominant untuk bertambah dibanding
anggota tubuh lainnya ). Hampir semua fungsi tubuh sudah matang dan stabil
sehingga dapat beradaptasi dengan berbagai perubahan dan stress, sehingga saat
inisudah bisa diajarkan toilet training.
2. Motorik Kasar
Perkembangan kemampuan motorik kasar
adalah kemampuan yang berhubungan dengan gerak-gerak kasar yang melibatkan
sebagian besar organ tubuh seperti berlari, dan melompat. Perkembangan motorik
kasar ini sangat dipengaruhi oleh proses kematangan anak juga bisa berbeda.
Pada fase ini perkembangan motorik
sangat menonjol. Motorik kasar anak umur 15 bulan antara lain sudah bisa
berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain. Anak usia 18 bulan sudah mulai
berlari tapi masih sering jatuh, menarik-narik mainan, mulai senang naik tangga
tetapi masih dengan bantuan. Pada anak usia 24 bulan berlari sudah baik, dapat
naik tangga sendiri dengan kedua kaki tiap tahap. Sedangkan pada anak usia 36
bulan sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan, memakai baju dengan
bantuan, mulai bisa naik sepeda beroda tiga.
3. Motorik Halus
Kemampuan motorik adalah kemampuan yang
berhubungan ketrampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi
mata-tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui
kegiatan dan rangsangan yang kontinue secara rutin. Seperti bermain puzzle,
menyusuun balok, memasukkan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya, membuat
garis, melipat kertas, dan sebagainya.
Motorik halus pada anak usia 15 bulan
antara lain sudah bisa memegangi cangkir, memasukkan jari ke lubang, membuka
kotak, melempar benda. Pada anak usia 18 bulan sudah bisa makan dengan
menggunakan sendok, bisa membuka halaman buku, belajar menyususun
balok-balok. Anak usia 24 bulan sudah bisa membuka pintu, membuka kunci,
menggunting sederhana, minum dengan menggunakan gelas atau cangkir, sudah dapat
menggunakan gelas atau cangkir, sudah dapat menggunakan sendok dengan baik.
Sedangkan pada anak usia 36 tahun sudah bisa menggambar lingkaran, mencuci
tangan nya sendiri, menggosok gigi.
Anak pada usia 2 – 3 tahun memiliki
beberapa kesamaan karakteristik dengan masa sebelumnya. Secara fisik anak masih
mengalami pertumbuhan yang pesat. Beberapa karakteristik khusus yang dilalui
anak usia 2 – 3 tahun antara lain: anak sangat aktif mengeksplorasi benda –
benda yang ada di sekitarnya. Ia memiliki kekuatan observasi yang tajam dan
keinginan belajar yang luar biasa. Eksplorasi yang dilakukan oleh anak terhadap
benda – benda apa saja yang ditemui merupakan proses belajar yang sangat
efektif. Motivasi belajar anak pada usia tersebut menempati grafik tertinggi
dibanding sepanjang usianya bila tidak ada hambatan dari lingkungan.
4. Bahasa
Perkembangan bahasa anak usia toddler
secara umum pemerolehan bahasa anak usia 1– 3 tahun merupakan proses yang
bersifat fisik dan psikis. Secara fisik kemampuan anak dalam memproduksi
kata-kata ditandai oleh perkembangan bibir, lidah, dan gigi mereka yang sedang
tumbuh. Pada tahap tertentu pemerolehan bahasa (kemampuan mengucapkan dan memahami
arti kata juga tidak lepas dari kemampuan mendengarkan, melihat dan mengartikan
symbol – simbol bunyi dengan kematangan otaknya). Sedangkan secara psikis,
kemampuan memproduksi kata – kata dan variasi ucapan sangat ditentukan oleh
situasi emosional anak saat berlatih mengucapkan kata – kata.
Pada usia ini anak mulai mengembangkan
kemampuan berbahasa. Diawali dengan berceloteh, kemudian satu dua kata dan
kalimat yang belum jelas maknanya. Anak terus belajar dan berkomunikasi,
memahami pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan pikiran.
Pada anak usia 13 bulan, anak sudah
mulai dapat mengucapkan kata – kata sederhana seperti “mama” atau “papa”. Pada
usia 17 bulan, umumnya anak sudah dapat mengucapkan kata ganti diri dan
merangkainya dengan beberapa kata sederhana dan mengutarakan pesan – pesan
seperti, “ Adik mau susu.” . Pada anak usia 18 – 23 bulan, anak mengalami
perkembangan yang pesat dalam mengucapkan kata – kata. Perbendaharaan kata anak
– anak pada usia ini mencapai 50 kata. Selain itu anak sudah mulai sadar bahwa
setiap benda memiliki nama sehingga hal ini mendorongnya untuk melancarkan
kemampuan bahasanya dan belajar kata – kata baru lebih cepat.
5. Pola Tidur
Total jumlah jam tidur
dikurangi selama tahun kedua, menjadi ± 12 jam / hari. Sebagian toddler tidur
siang setiap harinya berakhir sampai pada tahun kedua atau ketiga. Masalah
tidur biasanya karena takut atau berpisah dengan orang tua.
6. Kesehatan Gigi
Gigi primer sejumlah 20 lengkap
pada usia 2,5 tahun. Kunjungan pemeriksan gigi yang pertama sebaiknya bukan
karna traumatik dan dilakukan sebelum toddler berusia 2,5 tahun.
7. Perkembangan Kognitif
Fase sensorik motorik antara
usia 12-24 bulan meliputi dua tahap yaitu reaksi sirkular ketiga usia 12-18
bulan meliputi pengalaman tial dan error dan eksplorasi kekerasan hati.
Kombinasi mentalusia 18-24 bulan , selam toddler mulai diberi perlengkapan baru
untuk menyelesaikan tugas melalui kombinasi mental. Subtahap prekonseptual dari
fase preoperasional, usia 2-4 tahun. Anak menggunakan pikirannya untuk
mengingat kembali , menggambarkan keadaan sekarang , dan mengantisipasi keadaan
yang akan datang. Selama fase ini toddler :
a. Membentuk konsep yang lengkap
atau berlogika sepeti orang dewasa.
b. Membuat klasifikasi yang
sederhana.
c.
Menggabungkan
satu kejadian dengan kejadian yang bersamaan.
d. Menunjukkan pemikiran yang
egosentrik.
8. Perkembangan Psikososial
Anatomi vs ragu dan malu.
Istilahnya "to hold on , to let go ". Toddler telah dikembangkan rasa
percaya dirinya dan siap untuk diberi kebebasan untuk menyatakan tentang
dirinya atau mengontrol hubungan terhadap teman dekatnya, tergantung dan otonomi.
Toddler mulai belajar ketrampilan sosial yaitu:
a. Individual (membedakan dirinya
dengan yang lainnya ).
b. Berpisah dengan orang tuanya.
c.
Kontrol
terhadap fungsi tubuhnya.
d. Berkomunikasi dengan kata-kata.
e. Berperilaku sosial yang pantas.
f.
Interaksi
egosentrik dengan yang lain.
Toddler
belajar menunda kesenangan yang diinginkan. Toddler sering mengatakan
"tidak". Kata "ya" digunakan untuk menunjukkan
ketergantungannya. Perasan ragu dan malu dapat berkembang jika ia tegantung
pada saat–saat tertentu. Dimana ia dapat menggunakan ketrampilan barunya atau
jika ia merasa tidak mampu ketika mencoba keterampilan yang baru. Umumnya
ketakutan toddler meliputi :
a. Kehilangan orang tua (
kecemasan untuk berpisah )
b. Cemas terhadap orang-orang yang
baru
c.
Suara
yang keras, seperti vacum cleaner
d. Pergi tidur
e. Binatang yang besar
Dukungan
emosi, kenyamanan, dan pemberian contoh yang sederhana dapat mengurangi ketakutan
pada toddler.
2.2.5
Tahap Pra sekolah: 3 hingga 5 tahun
Pada periode
ini, individu biasanya memasukkan gambaran tentang orang dewasa di sekitarnya
dan secara inisiatif dibawa dalam situasi bermain. Anak laki-laki bermain
dengan kuda-kudaan dan senapan kayu, anak perempuan main “pasar-pasaran” atau
boneka yang mengimitasi kehidupan keluarga, mobil-mobilan, handphone mainan,
tentara mainan untuk bermain peran, dsb.
Sesuai dengan
konsep Freudian, di masa ini anak (khususnya laki-laki) juga sedang berjuang
dalam identitas gender-nya yang disebut “oedipal struggle”. Kita sering melihat
anak laki-laki yang bermain dengan alat kelaminnya, saling menunjukkan pada
sesama anak laki-laki, atau bahkan menunjukkan pada anak perempuan sebaya.
Kegagalan melalui fase ini menimbulkan perasaan bersalah. Hubungan yang
signifikan di periode ini adalah dengan keluarga inti (ayah, ibu, dan saudara).
Masa kanak-kanak dini atau anak
usia pra-sekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-6 tahun, ketika
anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai perempuan atau laki-laki,
dapat mengatur diriya sendiri dan mengenal bebrapa hal yang dianggap berbahaya.
Secara umum, aspek-aspek perkembangan pada usia anak pra sekolah ini dapat
diuraikan sebagai berikut:
1.
Perkembangan fisik
Perkembangan fisik merupakan
dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Seiring meningkatnya pertumbuhan
tubuh, baik menyangkut berat badan dan tinggi, maupun tenaganya, memungkinkan
anak untuk lebih mengembangkan keterampilan fisiknya dan eksplorasi terhadap
lingkungan tanpa bantuan orang tua. Pada usia ini banyak perubahan fisiologis
seperti pernapasan yang menjadi lebih lambat dan dalam serta denyut jantung
lebih lama dan menetap.
Proporsi tubuh juga berubah
secara dramatis seperti pada usia 3 tahun, rata-rata tingginya sekitar 80-90 cm
dan beratnya sekitar 10-13 kg, sedangkan pada usia 5 tahun tingginya dapat
mencapai 100-110 cm. Tulang kakinya tumbuh dengan cepat dan tulang-tulang
semakin besar dan kuat, pertumbuhan gigi semakin komplit. Untuk perkembangan
fisik anak sangat diperlukan gizi yang cukup seperti protein, vitamin, dan
mineral dsb.
2.
Perkembangan intelektual
Menurut Piaget, perkembangan
kognitif pada usia ini berada pada periode preoperasional,
yaitu tahapan dimana anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis.
Periode ini juga ditandai dengan berkembangnya representasional atau symbolic function yaitu kemampuan
menggunakan sesuatu untuk mempresentasikan sesuatu yang lain menggunakan
simbol-simbol seperti bahasa, gambar, isyarat, benda, untuk melambangkan
sesuatu atau peristiwa.
Melalui kemampuan diatas, anak
mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal. Ia dapat menggunakan
kata-kata, benda untuk mengungkapkan lainnya atau suatu peristiwa.
3.
Perkembangan emosional
Pada usia 4 tahun, anak sudah
mulai menyadari akunya, bahwa akunya (dirinya) berbeda dengan Aku (orang lain
atau benda). Kesadaran ini diperoleh dari pengalaman bahwa tidak semua
keinginannya dapat dipenuhi orang lain. Bersamaan dengan itu berkembang pula
perasaan harga diri. Jika lingkungannya tidak mengakui harga dirinya seperti
memperlakukan anak dengan keras, atau kurang menyayanginya maka dalam diri anak
akan berkembang sikap-sikap keras kepala, menentang, atau menyerah dengan
terpaksa.
Beberapa emosi umum yang
berkembang pada masa anak yaitu, takut (perasaan
terancam), cemas (takut
karena khayalan), marah (perasaan
kecewa), cemburu (merasa
tersisihkan), kegembiraan (kebutuhan
terpenuhi), kasih sayang (menyenangi
lingkungan), phobi (takut
yang abnormal), ingin tahu (ingin
mengenal).
4.
Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa anak
pra-sekolah, dapat diklasifikasikan kedalam dua tahap (sebagai kelanjutan dari
dua tahap sebelumnya).
a. Masa Ketiga (2,0-2,6 tahun)
bercirikan:
1) Anak sudah mulai bisa menyusun
kalimat tunggal yang sempurna.
2) Anak sudah mampu memahami
memahami tetang perbandingan.
3) Anak banyak menanyakan tempat
dan nama; apa, dimana, darimana, dsb.
4) Anak sudah mulai menggunakan
kata-kata berawalan dan berakhiran.
b. Tahap Keempat (2,6-6,0 tahun)
bercirikan:
1) Anak sudah menggunakan kalimat
majemuk beserta anak kalimatnya.
2) Tingkat berpikir anak sudah
lebih maju
3) Anak banyak bertanya tentang
waktu, sebab akibat melalui pertanyaan kapan, mengapa, bagaimana, dsb.
5.
Perkembangan sosial
Pada usia anak pra-sekolah
(terutama mulai usia 4 tahun), perkembangan sosial anak sudah tampak jelas,
karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya. Tanda-tanda
perkembangan sosial pada tahap ini adalah:
a.
Anak
mulai mengetahui aturan-aturan (lingkungan keluarga/lingkungan bermain).
b.
Sedikit-sedikit
anak sudah mulai tunduk pada peraturan.
c.
Anak
makin menyadari akan kepentingan diri dan kepentingan orang lain.
d.
Anak
sudah bisa bersosialisasi (bermain) dengan anak-anak yang lain (peer group)
Perkembangan
sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim sosio-psikologis keluarga. Anak akan
mampu menyesuaikan diri dengan keharmonisan, kerjasama dan berkomunikasi serta
konsisten pada aturan bila lingkungan keluarga bersuasana kondusif.
6.
Perkembangan bermain
Usia anak pra-sekolah dapat
dikatakan sebagai masa bermain, karena setiap waktunya diisi dengan kegiatan
bermain. Terdapat beberapa macam permainan anak seperti:
a. Permainan
fungsi (permainan
gerak),ex: meloncat-loncat, berlarian dsb.
b. Permainan
fiksi, ex:
kuda-kudaan, perang-perangan dsb
c.
Permainan reseptif atau
apresiatif, ex: mendengar cerita, dongeng dsb
d. Permainan
konstruksi, ex: membuat kue dari tanah, membuat
rumah-rumahan dsb
e.
Permainan prestasi, ex:
sepak bola,
basket, dsb.
Secara
psikologis dan pedagogis, bermain mempunyai nilai-nilai yang sangat berharga
bagi anak, diantaranya:
a.
Anak
memperoleh perasaan senang, puas, bangga dsb
b.
Anak
dapat mengembangkan rasa percaya diri, tanggung jawab.
c.
Anak
dapat berimajinasi secara luas dan berkreatifitas.
d.
Anak
dapat mengenal aturan bermain
e.
Anak
dapat memahami bahwa dirinya dan orang lain sama-sama mempunyai kelebihan dan
kekurangan.
f.
Anak
dapat mengembangkan sikap sportif, tenggang rasa atau toleransi.
7.
Perkembangan kepribadian
Masa
anak-anak awal ini lazim disebut masa Trotzalter
atau periode perlawanan atau masa krisis pertama. Krisis ini terjadi karena ada
perubahan yang signifikan dalam dirinya, yaitu dia mulai sadar akan Aku-nya,
dia menyadari bahwa dirinya terpisah dari lingungannya atau
orang lain, dia suka menyebut nama dirinya apabila bericara dengan orang lain.
Dengan kesadaran ini anak menemukan bahwa ada dua pihak yang berhadapan yaitu Aku-nya dan orang
lain (orang tua, saudara, teman). Dia sadar bahwa tidak semua keinginannya akan
dipenuhi orang lain atau diperhatikan kepentingannya.
Pertentangan
didalam diri anak ini dapat menyebabkan ketegangan sehingga tidak jarang anak
meresponsnya dengan sikap membandel atau keras kepala. Bagi usia anak, sikap
membandel ini merupakan suatu kewajaran, karena perkembangan pribadi mereka
sedang bergerak dari sikap dependen (membutuhkan perawatan) ke independent
(bebas). Oleh karena itu agar tida berkembang sikap membandel anak yang kurang
terkontrol orang tua harus menghadapinya secara bijaksana dan penuh kasih
sayang.
8.
Perkembangan moral
Pada
masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok
sosialnya (orang tua, saudara, dan teman sebaya) melalui pengalaman
berinteraksi dengan orang lain. Melalui proses berinteraksi ini anak belajar
memahami tentang kegiatan atau prilaku yang baik, buruk, dilarang, disetujui,
dsb. Maka berdasarkan pemahaman iti, anak harus senantiasa dilatih dan
dibiasakan bagaimana seharusnya bertingkah laku yang baik.
Pada
saat mengenalkan konsep-konsep baik buruk, benar salah, orang tua hendaknya
memberikan penjelasan tentang alasannya, seperti; mengapa harus gosok gigi
sebelum tidur, mengapa harus mencuci tangan sebelum makan, mengapa tidak boleh
membuang sampah sembarangan. Hal ini diharapkan akan mengembangkan self-control
atau self
discipline (kemampuan mengendalikan diri) pada anak. Pada usia
pra-sekolah berkembang kesadaran sosial anak yang meliputi sikap simpati
atau sikap kepedulian terhadap sesama.
9.
Perkembangan kesadaran beragama
Secara
umum, kesadaran beragama pada usia ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
a.
Sikap keagamaannya
masih bersifat reseptif (menerima) meski banyak bertanya.
b.
Pandangan
keTuhanannya bersifat anthropormorph
(dipersonifikasikan).
c.
Penghayatan secara
rohaniah masih superficial
(belum mendalam) meski telah ikut berpartisipasi dalam beribadah.
d.
Hal keTuhanan
dipandang secara khayalan sesuai taraf berpikirnya.
Pengetahuan
anak tentang agama akan terus berkembang ketika mendengarkan ucapan-ucapan
orang tuanya, melihat sikap dan prilaku orang tuanya saat beribadah, serta
pengalaman dalam mengikuti ibadah dan meniru ucapan orang tuanya.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak Prasekolah:
1.
Faktor hereditas
Faktor
herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai
tumbuh kembang. Yang termasuk faktor herediter adalah bawaan, jenis kelamin,
ras, suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas dan kecepatan
alam pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan terhaap rangsangan,
umur puberitas, dan berhentinya pertumbuhan tulang.
2.
Faktor Lingkungan
Faktor
lingkungan ini dapat meliputi lingkungan pranatal, lingkungan postnatal, dan
faktor hormonal. Faktor pranatal merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai
dari konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, posisi
janin, pengunaan obat-obatan , alkohol atau kebiasaan merokok. Faktor
lingkungan pasca lahir yang mempengaruhi tumbuh kembang anak meliputi budaya
lingkungan, sosial ekonomi, keluarga. nutrisi, posisi anak dalam keluarga dan
status kesehatan.
Faktor
hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain. somatotrofin
(growth Hormon) yang berperan alam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan,
dengan menstimulasi terjadinya poliferasi sel kartigo dan sistem skeletal.
Hormon tiroid menstimulasi metabolisme tubuh, glukokartikoid menstimulasi
pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk memproduksi testosteron dan
ovarium untuk memproduksi esterogen selanjutnya hormon tersebut menstimulasi
perkembangan seks baik pada anak laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan
peran hormonnya.
2.2.6
Tahap Pertumbuhan dan
Perkembangan Usia Sekolah dan Remaja
1. Masa Usia Sekolah
a. Tugas Perkembangan Anak Masa
Sekolah 6-12 tahun
Pada masa ini anak memasuki
masa belajar didalam dan diluar sekolah. Anak belajar di sekolah, tetapi
membuat latihan di rumah yang mendukung hasil belajar di sekolah. Banyak aspek
perilaku di bentuk melalui penguatan verbal, keteladanan, dan identifikasi.
Anak-anak pada masa ini juga mempunyai tugas-tugas perkembangan (menurut Robert
J. Hagvighurst) , yakni:
1) Belajar memperoleh keterampilan
fisik untuk melakukan permainan; bermain sepak bola, loncat tali, berenang.
2) Belajar membentuk sikap yang
sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis
3) Belajar bergaul dengan
teman-teman sebaya
4) Belajar memainkan peranan
sesuai dengan jenis kelaminnya
5) Belajar keterampilan dasar
dalam membaca, menulis, berhitung
6) Belajar mengembangkan konsep
sehari-hari
7) Membentuk hati nurani, nilai
moral, dan nilai social
8) Memperoleh kebebasan yang
bersifat pribadi
9) Membentuk sikap terhadap
kelompok social dan lembaga – lembaga
Dalam
perkembangan ini anak masih perlu mengembangkan pengetahuan melalui belajar.
Belajar secara sistematis disekolah juga belajar mengembangkan sikap, kebiasaan
di rumah ataupun lingkungan sekitarnya. Anak juga perlu di beri pujian atau
penghargaan dalam prestasinya, namun pengawasan dari guru dan orang tua juga
perlu untuk memunculkan sikap dan kebiasaan yang baik.
b. Perkembangan fisik, kognitif,
psikologi anak masa sekolah 6-12 tahun
1) Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik anak pada
usia SD cenderung lebih lambat dan konsisten bila dibandingkan dengan masa usia
dini. Rata-rata anak usia SD mengalami penambahan berat badan sekitar 2,5-3,5
kg, dan penambahan tinggi badan 5-7 cm per tahun ( F.A Hadis 1996) Oleh Karena
itu periode ini juga sering disebut periode tenang sebelum menjelang masa
remaja. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses
pertumbuhan fisik yang berarti. Karena selama masa ini terjadi, terutama
bertambahnya ukuran system rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ tubuh.
Pada saat yang sama kekuatan otot-otot secara berangsur-angsur bertambah dan
gemuk bayi (babyfat) berkurang. Pertambahan kekuatan otot ini adalah karena
faktor keturunan dan latihan (olah raga). Karena factor perbedaan jumlah
sel-sel otot, maka pada umumnya untuk anak laki-laki lebih kuat dari pada anak
perempuan (Santrock, 1995).
2) Perkembangan Kognitif
Seiring dengan masuknya anak
kesekolah dasar, kemapuan kognitifnya urut mengalami perkembangan yang pesat.
Karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas.
Dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan
objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak.
Dalam keadaan normal, pikiran
anak usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Kalau pada masa
sebelumnya daya fikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris maka pada
masa ini daya pikir anak berkembang kearah berpikir kongkrit, rasional dan
objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat sehingga anak benar-benar berada
dalam suatu stadium belajar.
Menurut teori piaget, pemikiran
anak masa sekolah dasar disebut juga pemikiran operasional kongkrit (concrete
operational thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek
peristiwa nyata atau kongkrit.dalam upaya memahami alam sekitarnya mereka tidak
lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indera, karena
anak mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata
dengan kenyataan sesungguhnya (logikanya).
3) Perkembangan Psikologi
Perkembangan seorang anak
seperti yang telah banyak terurai di atas, tidak hanya terbatas pada
perkembangan fisik saja tetapi juga pada perkembangan psikologisnya : mental,
sosial dan emosional.
2. Masa Remaja
Remaja merupakan
masa peralihan dari
anak - anak menuju dewasa.
Remaja pada masa
ini mengalami masa
pubertas yaitu terjadinya
pertumbuhan yang cepat,
timbul ciri - ciri seks
sekunder, dan tercapai
fertilitas. Perubahan psikososial
yang menyertai pubertas
disebut adolesen, Adolesen
adalah masa dalam kehidupan
seseorang dimana masyarakat
tidak lagi memandang
individu sebagai seorang anak,
tetapi juga belum
diakui sebagai seorang
dewasa dengan segala hak dan
kewajibanya.
Tumbuh kembang
adalah peristiwa yang
terjadi sejak masa
pembuahan sampai masa dewasa.
Pertumbuhan merupakan suatu
proses biologis yang menyebabkan perkembangan
fisik yang dapat
diukur. Perkembangan merupakan
suatu proses seorang
individu dalam aspek
ketrampilan dan fungsi
yang kompleks. Individu berkembang
dalam pengaturan neuromuskuler, ketrampilan menggunakan anggota
tubuh, serta perkembangan
kepribadian, mental, serta emosi.
Perkembangan remaja
dalam perjalananya dibagi
menjadi tiga fase,
yaitu fase remaja awal, fase pertengahan, dan fase akhir.
a. Remaja awal (10 - 14 tahun)
Remaja pada
masa ini mengalami
pertumbuhan fisik dan
seksual dengan cepat. Pikiran
difokuskan pada keberadaanya dan pada kelompok sebaya. Identitas terutama difokuskan
pada perubahan fisik
dan perhatian pada
keadaan normal. Perilaku seksual
remaja pada masa
ini lebih bersifat
menyelidiki, dan tidak membedakan. Sehingga kontak fisik
dengan teman sebaya adalah normal. Remaja pada
masa ini berusaha
untuk tidak bergantung
pada orang lain. Rasa
penasaran yang tinggi atas diri sendiri menyebabkan remaja membutuhkan
privasi.
b. Remaja pertengahan (15 - 17
tahun)
Remaja pada
fase ini mengalami
masa sukar baik
untuk dirinya sendiri maupun orang
dewasa yang berinteraksi
dengan dirinya. Proses
kognitif remaja pada masa
ini lebih rumit.
Melalui pemikiran oprasional
formal, remaja pertengahan mulai
bereksperimen dengan ide, memikirkan apa yang dapat dibuat dengan barang
barang yang ada,
mengembangkan wawasan, dan
merefleksikan perasaan kepada orang lain. Remaja pada fase ini berfokus pada masalah identitas yang tidak
terbatas pada aspek
fisik tubuh. Remaja
pada fase ini
mulai bereksperimen secara seksual,
ikut serta dalam perilaku beresiko,
dan mulai mengembangkan pekerjaan
diluar rumah. Sebagai
akibat dari eksperimen beresiko, remaja pada fase ini
dapat mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, kecanduan obat,
dan kecelakaan kendaraan
bermotor. Usaha remaja
fase pertengahan untuk tidak
bergantung, menguji batas
kemampuan, dan keperluan otonomi mencapai maksimal
mengakibatkan berbagai permasalahan yang dengan orang tua, guru, maupun figur
yang lain.
c.
Remaja
akhir (18 - 21 tahun )
Remaja pada fase ini ditandai
dengan pemikiran operasional formal penuh, termasuk pemikiran
mengenai masa depan
baik itu pendidikan,
kejuruan, dan seksual. Remaja
akhir biasanya lebih
berkomitmen pada pasangan seksualnyadaripada remaja pertengahan.
Kecemasan karena perpisahan yang tidak tuntas
dari fase sebelumnya
dapat muncul pada
fase ini ketika
mengalami perpisahan fisik dengan keluarganya. Dalam perjalanan
kehidupanya, remaja tidak
akan lepas dari
berbagai macam konflik dalam
perkembanganya. Setiap
tingkatan memiliki konflik
sesuai dengan kondisi perkembangan remaja pada saat itu. Konflik yang
sering dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan yang
mereka alami pada berbagai dimensi kehidupan dalam
diri mereka yaitu dimensi
biologis, dimensi kognitif,
dimensi moral dan dimensi psikologis.
1) Masalah Mental Emosional
Perkembangan mental
emosional merupakan proses
perkembangan individu dalam
usaha menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan pengalaman - pengalamannya. Masalah mental
emosional dapat timbul
jika terdapat suatu konflik dalam proses
penyesuaian diri dengan
lingkungan dan pengalaman -
pengalamannya.
Masalah mental emosional
pada remaja menurut Rae G N dkk
(1989) dipengaruhi oleh interaksi
antara faktor risiko
dan faktor protektif.
Faktor risiko merupakan
faktor yang telah
diidentifikasi dapat meningkatkan
risiko terjadinya masalah
mental emosional pada
remaja, antara lain
faktor individu, keluarga,
sekolah, peristiwa hidup, dan sosial. Faktor protektif adalah faktor yang
memberi penjelasan bahwa tidak
semua remaja yang
mempunyai faktor risiko
akan mempunyai masalah mental
emosional. Faktor protektif antara
lain, yaitu karakter
/ watak yang positif, lingkungan keluarga
yang suportif, lingkungan sosial yang
berfungsi sebagai sistem
pendukung untuk memperkuat
upaya penyesuaian diri
remaja, keterampilan sosial
yang baik, serta
tingkat intelektual yang baik
masalah mental emosional
juga dapat diesbabkan
oleh karena
ketidakseimbangan antara faktor
resiko dengan faktor
protektif.
Menurut Erickson, dengan
memperkuat faktor protektif dan menurunkan faktor risiko pada seorang remaja,
maka akan tercapailah kematangan kepribadian dan kemandirian sosial yang
ditandai oleh self awareness, role of
anticipation, dan apprenticeship.
Seiring dengan
berjalanya waktu dan
berkembangnya zaman serta
teknologi, faktor -faktor resiko yang menyebabkan masalah mental
emosional dimungkinkan juga ikut berkembang. Sehingga dapat muncul faktor
faktor lain yang berpengaruh terhadap perkembangan mental emosional individu.
Masalah mental emosional
pada anak dibagi menjadi
dua kategori yaitu internalisasi dan
eksternalisasi. Masalah emosional
internalisasi termasuk gejala depresi, kecemasan,
perilaku menarik diri,
dan digolongkan sebagai emosi
yang menghukum diri seperti
kesedihan, perasaan bersalah,
ketakutan dan kekhawatiran
berlebih.
Gejala emosional
mempunyai dampak yang
serius, misalnya,
menghambat kesuksesan akademik dan
hubungan dengan lingkunganya.
Gambaran masalah mental
emosional eksternalisasi antara
lain: temperamen sulit,
ketidakmampuan memecahkan masalah,
gangguan perhatian, hiperaktivitas, perilaku
bertentangan (tidak suka
ditegur/diberi masukan positif, tidak mau
ikut aturan) dan perilaku
agresif. Masalah mental emosional pada
usia muda dimungkinkan akan meningkatkan risiko
kelainan fisik dan
mental pada masa perkembangan
selanjutnya. Deteksi dini
harus segera dilakukan
agar dapat segera dapat ditindak
lanjuti lebih awal.
2) Faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Mental Emosional Remaja
Perkembangan mental
emosional remaja dipengaruhi
oleh interaksi dari berbagai
macam faktor yang
dapat meningkatkan maupun
menurunkan resiko masalah psikiatri.
Berdasarkan teori yang diungkapkan sebelumnya, maka dapat dilakukan identifikasi
lanjut mengenai faktor
resiko dan faktor
protektif yang berpengaruh terhadap
perkembangan mental emosional
remaja dengan menggunakan sudut
pandang faktor intrinsik dan ekstrinsik dari individu. Faktor - faktor
intrinsik merupakan hal - hal yang lebih mengacu pada apa yang ada dalam
diri seorang anak
sedangkan faktor ekstrinsik
merupakan faktor dari
luar, yaitu lingkungan. Lingkungan
dalam pertumbuhan seorang
anak dapat dibagi
menjadi lingkungan mikro, mini, meso dan makro.
(a) Faktor Intrinsik
Faktor biologis yang
berpengaruh terhadap perkembengan
mental adalah genetik, jenis
kelamin, dan usia. Kemajuan dalam ilmu saraf membuktkan bahwa masalah mental
dapat tercipta karena
interaksi antara faktor
genetik dan faktor lingkungan. Hampir semua
gangguan mental dan
perilaku umum berhubungan dengan
komponen genetik. Studi
tentang cara penularan
gangguan mental dalam keluarga dan studi yang
membandingkan risiko gangguan
mental pada anak kembar
menghasilkan kesimpulan
bahwa risiko gangguan
mental secara genetik merupakan
suatu interaksi yang sangat kompleks.
Jenis kelamin
berpengaruh terhadap perkembangan
masalah mental. Pada beberapa
penelitian menunjukkan bahwa
remaja perempuan cenderung
lebih menunjukkan gejala masalah
mental daripada laki - laki.
Penelitian lain menunjukkan bahwa
perempuan menunjukkan gejala
depresi dan keinginan bunuh diri
yang lebih tinggi
sedangkan laki laki
cenderung lebih menunjukkan tindakan kekerasan.
Perkembangan masalah
mental emosional juga
dipengaruhi oleh usia. Suatu penelitian menunjukkan bahwa
masalah mental emosional pada usia remaja lebih
tinggi dari pada
masa kanak - kanak. Masalah mental
emosional banyak terjadi pada
usia 24 - 49 tahun,
awal dari munculnya
masalah mental emosional dimulai di usia sekitar tujuh
tahun. Remaja begitu memperhatikan
penampilan fisik, komposisi
tubuh ideal merupakan dambaan
bagi para remaja,
budaya untuk mengurangi
menggunakan obat - obatan dan muntah
sering dilakukan oleh
para remaja untuk
mengurangi berat
badan.Ketidakpuasan terhadap komposisi
tubuh dapat menyebabkan
gangguan emosional. Beberapa
permasalahan yang umum
terjadi pada remaja diantaranya adalah
obesitas, anoreksia, dan
bulemia nervosa.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa obesitas dapat
menyebabkan status depresi dan depresi dapat menyebabkan obesitas. Masa remaja
identik dengan masa
penentangan atau pemberontakan, terkait dengan berbagai
perubahan yang harus dihadapi oleh remaja dibandingkan dengan masa - masa
sebelumnya. Tahapan
perkembangan yang harus
remaja hadapi adalah kemampuan untuk
berpikir lebih dewasa
dan rasional serta memiliki pertimbangan yang
lebih matang dalam
menyelesaikan masalah. Kemampuan
tersebut disebut kemampuan
kognitif. Dengan kemampuan tersebut sering menimbulkan
konflik antar remaja dengan orang
tua, sekolah dan lingkungannya.
(b) Faktor Ekstrinsik
Faktor eksternal merupakan
faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan remaja.
Lingkungan dalam tumbuh
kembang dibagi menjadi lingkungan mikro, mini, meso, dan
makro.
2.2.7
Tahap Perkembangan Dewasa Awal
dan Tengah
1. Masa Dewasa Awal
Masa dewasa ini dimulai pada
umur 18 tahun sampai kira-kra umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan
psikologis yang menyertia berkurangnya kemampuan reproduktif.
Masa dewasa adalah periode yang
paling penting dalam masa khidupan, masa ini dibagi dalam 3 periode yaitu: Masa
dewasa awal dari umur 21,0 sampai umur 40,0. Masa dewasa pertengahan, dari umur
40,0 sampai umur 60,0. dan masa akhir atau usia lanjut, dari umur 60,0 sampai
mati.
Masa dewasa awal adalah masa
pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan
masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan
masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas san penyesuaian diri
pada pola hidup yang baru.
Menurut Havighurst (1953) dalam
Andi Mappiare, tugas-tugas perkembangan fase dewasa awal adalah sebagai
berikut:
a. Memilih teman bergaul (sebagai
calon suami atau istri).
b. Belajar hidup bersama dengan
suami istri.
c.
Mulai
hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga.
d. Belajar mengasuh anak-anak.
e. Mengelola rumah.
f.
Mulai
bekerja dalam suatu jabatan.
g. Mulai bertanggung jawab sebagai
warga negara secara layak.
h. Memperoleh kelompok sosial yang
seirama dengan nilai-nilai pahamnya.
Menurut
Anderson (dalam Mappiare : 17) terdapat 7 ciri kematangan psikologi, ringkasnya
sebagai berikut:
a. Berorientasi pada tugas, bukan
pada diri atau ego; minat orang matang berorientasi pada tugas-tugas yang
dikerjakannya,dan tidak condong pada perasaan-perasaan diri sendri atau untuk
kepentingan pribadi.
b. Tujuan-tujuan yang jelas dan
kebiasaan-kebiasaan kerja yang efesien; seseorang yang matang melihat
tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan tujuan-tujuan itu dapat
didefenisikannya secara cermat dan tahu mana pantas dan tidak serta bekerja
secara terbimbing menuju arahnya.
c.
Mengendalikan
perasaan pribadi; seseorang yang matang dapat menyetir perasaan-perasaan
sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaan-perasaannya dalam mengerjakan sesuatu
atau berhadapan dengan orang lain. Dia tidak mementingkan dirinya sendiri,
tetapi mempertimbangkan pula perasaan-perasaan orang lain.
d. Keobjektifan; orang matang
memiliki sikap objektif yaitu berusaha mencapai keputusan dalam keadaan yang
bersesuaian dengan kenyataan.
e. Menerima kritik dan saran;
orang matang memiliki kemauan yang realistis, paham bahwa dirinya tidak selalu
benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-saran orang lain demi
peningkatan dirinya.
f.
Pertanggungjawaban
terhadap usaha-usaha pribadi; orang yang matang mau memberi kesempatan pada
orang lain membantu usahan-usahanya untuk mencapai tujuan. Secara realistis
diakuinya bahwa beberapa hal tentang usahanya tidak selalu dapat dinilainya
secara sungguh-sunguh, sehingga untuk itu dia bantuan orang lain, tetapi tetap
dia brtanggungjawab secara pribadi terhadap usaha-usahanya.
g. Penyesuaian yang realistis
terhadap situasi-situasi baru; orang matang memiliki cirri fleksibel dan dapat
menempatkan diri dengan kenyataan-kenyataan yang dihadapinya dengan
situasi-situasi baru.
2. Masa Dewasa Tengah
Masa dewasa tengah ini
berlangsung dari umur 40 sampai umur 60 tahun yakni saat menurunnya kemampuan
fungsi baik fisik dan psikologis yang jelas dan nampak pada setiap orang.
Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan sosial pada masa ini antara lain: Masa
dewasa tengah merupakan periode yang ditakuti dilihat dari seluruh kehidupan
manusia.
Masa dewasa tengah merupakan
masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan
prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan
ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru. Masa dewasa tengah adalah masa
berprestasi. Menurut Erikson, selama usia ini orang akan menjadi lebih sukses
atau sebaliknya mereka berhenti (stagnasi).
Pada masa dewasa tengah ini
perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan
kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan
pribadi dan sosial. Tugas perkembangan dewasa tengah, yaitu:
a. Menerima dan
menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologis
b. Menghubungkan
diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu
c.
Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa
yang bertanggung jawab dan berbahagia
d. Mencapai dan
mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan
e. Mengembangkan
kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang dewasa
f.
Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara
penuh.
2.2.8
Tahap Pertumbuhan dan
Perkembangan Masa Dewasa Lanjut
Masa dewasa
lanjut – senescence, atau usia lanjut
dimulai pad umur 60 tahun samapai kematian. Pada waktu ini baik kemampuan fisik
maupun psikologsi cepaat menurun. Tetapi teknik pengobatan modern serta upaya
dalam hal berpakaian dan dandanan, memungkinkan pria dan wanita berpenampilan,
bertindak dan berperasaan seperti kala mereka masih muda.
Perlu diingat
bahwa pembagian ini tidak mutlak dan ketat. Pembagian ini hanya menunjukkan
umur rata-rata pria dan wanita mulai menunjukkan perubahan-perubahan dalam
penampilan, minat, sikap dan perilaku yang karena tekanan-tekanan lingkungan
tertentu dalam kebudayaan akan menimbulkan masalah-masalah penyesuaian diri dan
tidak dapat tidak harus dihadapi setiap orang dewasa. Sebagaimana ditekankan
oleh “gould” usia yang tepat saat perubahan-perubahan itu terjadi adalah produk
dari kepribadian gaya hidup dan sub-budaya total seorang individu. Adapun
ciri-ciri dewasa akhir adalah :
1.
Adanya periode penurunan atau kemunduran. Yang
disebabkan oleh faktor fisik dan
psikologis.
2.
Perbedaan individu dalam efek penuaan. Ada yang
menganggap periode ini sebagai waktunya untuk bersantai dan ada pula yang
menganggapnya sebagai hukuman.
3.
Ada stereotip-stereotip mengenai usia lanjut. Yang
menggambarkan masa tua tidaklah menyenangkan.
4.
Sikap sosial terhadap usia lanjut. Kebanyakan
masyarakat menganggap orang berusia
lanjut tidak begit dibutuhkan katena energinya sudah melemah. Tetapi, ada juga masyarakat yang masih menghormati orang
yang berusia lanjut terutama yang dianggap berjasa bagi masyarakat sekitar.
5.
Mempunyai status kelompok minoritas. Adanya sikap
sosial yang negatif tentang usia lanjut.
6.
Adanya perubahan peran. Karena tidak dapat bersaing
lagi dengan kelompok yang lebih muda.
7.
Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya
konsep diri yang negatif yang disebabkan oleh sikap sosial yang negatif.
8.
Ada keinginan untuk menjadi muda kembali. Mencari
segala cara untuk memperlambat penuaan.
Serta adapun tugas perkembangan pada masa dewasa akhir ini, diantaranya:
1.
Menciptakan kepuasan dalam keluarga sebagai tempat
tinggal di hari tua.
2.
Menyesuaikan hidup dengan penghasilan sebagai
pensiunan
3.
Membina kehidupan rutin yang menyenangkan.
4.
Saling merawat sebagai suami-istri
5.
Mampu menghadapi kehilangan (kematian) pasanan dengan
sikap yang positif (menjadi janda atau duda).
6.
Melakukan hubungan dengan anak-anak dan cucu-cucu.
7.
Menemukan arti hidup dengan nilai moral yang tinggi.
Proses erkembangan
dewasa akhir, yaitu meliputi :
1.
Perkembangan Fisik
Pada masa
lansia terlihat pada perubahan perubahan fisiologis yang bisa dikatakan
mengalami kemunduran, perubahan perubahan biologis yang dialami pada masa
lansia yang terlihat adanya kemunduran tersebut sangat berpengaruh terhadap
kondisi kesehatan dan terhadap kondisi psikologis. Menurut Hurlock (1980)
terjadi perubahan fisik berupa penampilan pada usia dewasa akhir, diantanya
adalah :
a.
Daerah kepala
b.
Daerah Tubuh
c.
Daerah persendian
2.
Perkembangan Kognitif
Kecepatan
memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Ada beberapa
bukti bahwa orang-orang dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali
informasi yang telah disimpan dalam ingatannya. Meskipun kecepatan tersebut perlahan-lahan menurun, namun terdapat
variasi individual di dalam kecakapan ini. Dan ketika penurunan itu terjadi hal
ini tidak secara jelas menunjukkan perngaruhnya terhadap kehidupan kita dalam
beberapa segi substansial.
3.
Perkembangan Psikis dan Intelektual
Menurut david
Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran kemampuan mental merupakan bagian dari
proses penuaan organisme sacara umum, hampir sebagian besar penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai
puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan seseorang secara
terus menerus mengalami penurunan, hal ini
juga berlaku pada seorang lansia. Kemerosotan intelektual lansia ini
pada umumnya merupakan sesuatau yang tidak dapat dihindarkan, disebabkan
berbagai faktor, seperti penyakit, kecemasan atau depresi. Tatapi kemampuan
intelektual lansia tersebut pada dasarnya dapat dipertahankan. Salah satu
faktor untuk dapat mempertahankan kondisi tersebut salah satunya adalah dengan
menyediakan lingkungan yang dapat merangsang ataupun melatih ketrampilan
intelektual mereka, serta dapat mengantisipasi terjadinya kepikunan.
4.
Perkembangan Emosional
Memasuki masa
tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua
tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri
dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa
tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung
sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang
tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia. Sejalan dengan bertambahnya usia,
terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi dan ketakutan akan
mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaiannsuatu masalah.
Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung
menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya. Yang
dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang yang
berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan perubahan fisik,
maupun sosial psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai
keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan,
yang disertai dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat
sehingga dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah
baru.
5.
Perkembangan Spiritual
Sebuah
penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama menunjukkan
tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme. Kebutuhan
spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan ketenangan batiniah, khususnya
bagi para Lansia. Rasulullah SAW bersabda: “semua penyakit ada obatnya
kecuali penyakit tua”.
Sehingga
religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf
kesehatan fisik maupun kesehatan mental.
6.
Perkembangan Minat
a.
Minat dalam diri sendiri: orang menjadi semakin
dikuasai oleh diri sendiri apabila semakin tua.
b.
Minat terhadap pakaian: minat terhadap pakaian
tergantung pada sejauh mana orang berusia lanjut terlibat dalam kegiatan sosial.
c.
Minat terhadap uang: pensiun atau pengangguran mungkin
akan menjalani masa tuanya dengan pendapatan yang kurang bahkan mungkin tanpa
pendapatan sama sekali.
d.
Minat untuk rekreasi :beberapa perubahan dalam
kegiatan sering dilakukan karena memang tidak dapat dielakkan
e.
Minat keagamaan, dalam hal ini beberapa penelitian
menunjukkan bahwa orang usia lanjut temyata tidak harus selalu semakin kuat
kehidupan keagamaannya. Disimpulkan bahwa kehidupan beragama ini akan sangat
ditentukan oleh bagaimana individu
tersebut menjalankan kehidupan beragama di masa sebelumnya
f.
Minat untuk mati, beberapa pertanyaan sering kali
banyak menghinggapi pikiran para lanjut
usia ini antara lain, kapan saya akan mati ?, apa yang menyebabkan kematian
saya nanti ?, apa yang bisa saya lakukan terhadap kematian seperti yang saya
inginkan ?, atau apakah saya dibenarkan untuk bunuh diri ?, bagaimana saya
dapat mati dengan cara yang baik?.
g.
Minat untuk makan sering kali sangat berkurang. Hal
ini banyak disebabkan karena masalah gigi, gusi dan sistem pencemaan. Sehingga
ini juga menyebabkan terjadinya ketegangan dengan mereka yang
mengurus/menyediakan makanan tersebut.
Perkembangan dan perubahan yang terjadi ini
mengakibatkan interaksi sosial para lansia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitasnya sehingga hal ini secara
perlahan mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam berbagai hal yaitu:
kehilangan peran ditengah masyarakat,
hambatan kontak fisik dan berkurangnya komitmen.Menurut Erikson, perkembangan
psikososial masa dewasa akhir ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif, dan
integritas. Menurut Erikson, perkembangan
psikososial masa dewasa akhir ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu
keintiman, generatif, dan integritas.
1.
Perkembangan Keintiman
Keintiman dapat
diartikan sebagai suatu kemampuan memperhatikan orang lain dan membagi
pengalaman dengan mereka. Orang-orang yang tidak dapat menjalin hubungan intim
dengan orang lainakan terisolasi. Menurut Erikson, pembentukan hubungan intim ini merupakan
tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa akhir.
2.
Perkembangan Generatif
Generativitas
adalah tahap perkembangan psikososial ketujuh yang dialami individu selama masa
pertengahan masa dewasa. Ketika seseorang mendekati usia dewasa akhir,
pandangan mereka mengenai jarak kehidupan cenderung berubah. Mereka tidak lagi memandang
kehidupan dalam pengertian waktu masa anak-anak, seperti cara anak muda
memandang kehidupan, tetapi mereka mulai memikirkan mengenai tahun yang tersisa
untuk hidup. Pada masa ini, banyak orang yang membangun kembali kehidupan
mereka dalam pengertian prioritas, menentukan apa yang penting untuk dilakukan dalam
waktu yang masih tersisa.
3.
Perkembangan Integritas
Integritas
merupakan tahap perkembangan psikososial Erikson yang terakhir. Integritas
paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah
memelihara benda-benda, orang-orang, produk-produk dan ide-ide, serta setelah
berhasil melakukan penyesuaian diri dengan bebrbagai keberhasilan dan kegagalan
dalam kehidupannya. Lawan dari integritas adalah keputusan tertentu dalam
menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan individu, terhadap
kondisi-kondisi sosial dan historis, ditambah dengan kefanaan hidup menjelang
kematian.
0 komentar:
Posting Komentar