RSS

Makalah Pertumbuhan dan Perkembangan



BAB I
PENDAHULUAN
1.1      Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang berurutan, proses yang dapat diprediksi mulai dari masa pembentukan dan berlanjut sampai kematian. Seluruh manusia mengalami kemajuan melalui fase pertumbuhan dan perkembangan yang akan dilalui secara bertahap (Potter & Perry, 2005).
Pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler, yang bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan mempergunakan satuan panjang atau satuan berat. Sedangkan perkembangan anak ialah bertambahnya kemampuan  struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dan bersifat kualitatif (Tanuwidjaya, 2002).
Pada setiap tahap usia, dari bayi, anak-anak,remaja, dewasa dan orang tua akan selalu ada perubahan pertumbuhan dan perkembangan. Ada yang masih dalam pertumbuhan yang perlahan, ada yang dalam pertumbuhan yang cepat dan ada pula dalam pertumbuhan menurun (Novella, 2001).
Pertumbuhan manusia dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain usia, jenis kelamin, nutrisi, faktor genetik, faktor lingkungan, hormon dan model bio psiko sosial yang berpengaruh pada kekuatan intrinsik dan ekstrinsik. Lingkar kepala misalnya adalah fungsi antara faktor genetik (biologik), kebiasaan makan (psikologik) dan terpenuhinya makanan bergizi (sosial)pada anak (Soetjiningsih, 1998).
Penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan dapat terjadi apabila terdapat hambatan atau gangguan dalam prosesnya sejak intrauterin hingga dewasa. Penyimpangan dapat memberikan manifestasi klinis baik kelainan dalam pertumbuhan dengan atau tanpa kelainan perkembangan (Narendra,2002).

1.2      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.       Bagaimanakah teori proses pertumbuhan dan perkembangan?
2.       Bagaimanakah tahapan pertumbuhan dan perkembangan manusia?

1.3      Tujuan Penulisan
1.3.1      Tujuan umum
Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa mampu menguraikan konsep dan teori pertumbuhan dan perkembangan manusia sepanjang rentang kehidupannya.
1.3.2      Tujuan khusus
Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa mampu menguraikan konsep dan teori pertumbuhan dan perkembangan manusia seperti:
1.       Teori pertumbuhan dan perkembangan
a.       Proses pertumbuhan dan perkembangan
b.       Teori pertumbuhan dan perkembangan biofisik
c.        Teori perkembangan psikoanalitik/psikososial
d.       Teori perkembangan kognitif
e.       Teori perkembangan moral

2.       Tahapan pertumbuhan dan perkembangan manusia
a.       Tahapan konsepsi (kehidupan intrauterin)
b.       Transisi kehidupan intrauterin ke ekstrauterin
c.        Bayi baru lahir
d.       Bayi dan toodler
e.       Pra sekolah
f.         Usia sekolah dan remaja
g.       Dewasa awal dan tengah
h.       Dewasa lanjut

1.4      Metode penulisan
Dalam penulisan laporan ini, penulis menggunakan metode colaborative learning dimana penulis melakukan diskusi di suatu kelompok kecil yang disebut focus group discussion. Sebelum diskusi dilakukan, setiap anggota dari kelompok mencari bahan yang sudah ditentukan sehingga pada waktu diskusi masing-masing anggota kelompok telah mempunyai bahan diskusi. Anggota kelompok memperoleh bahan diskusi dengan cara studi pustaka dan beberapa sumber dari internet.

























BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.    Teori Pertumbuhan dan Perkembangan
2.1.1      Proses Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan bentuk kompleks perpindahan yang mencakup perubahan dalam proses boilogis, kognitif, dan sosioemosional (Santrock, 2007). Penurunan sifat secara biologis dan faktor lingkungan memengaruhi proses ini. Perawat mempergunakan pengetahuan proses ini dalam memilih terapi untuk meningkatkan kemajuan pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
Proses biologis menghasilkan perubahan dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik individu. Perubahan ini merupakan hasil penurunan genetik dan pengaruh luar seperti makanan, olahraga, tekanan, budaya, dan iklim (Berger, 2005). Tinggi badan dan berat badan, perkembangan pergerakan motorik kasar dan halus, serta maturasi seksual yang merupakan hasil dari perubahan hormonal selama masa pubertas adalah contoh perubahan hasil proses biologi.
Proses kognitif terdiri atas perubahan intelegensi, kemampuan untuk mengerti dan menggunakan bahasa, perkembangan pikiran yang membentuk sikap, kepercayaan, dan tingkah laku individu (Berger; santrock, 2007). Gen yang diturunkan dari orang tua, pengalaman hidup, dan lingkungan memengaruhi perubahan yang terjadi dalam proses kognitif. Mempelajari bagaimana ikut serta dalam suatu pembicaraan, permainan, dan belajar saat akan menghadapi ujian, semuanya akan melibatkan proses kognitif.
Proses sosioemosional terdiri atas keberagaman dalam kepribadian individu, emosi, dan hubungannya dengan individu lain selama masa hidupnya (Santrock, 2007). Penurunan genetik dan lingkungan individu berperan dalam perubahan ini. Tempramen atau tabiat didefinisikan sebagai dasar biologis dari perkembangan kepribadian. Sebagian besar orang tua menyadari bahwa bayinya memiliki kepribadian berbeda dan segera bereaksi untuk mengubahnya (Hockenberry dan Wilson, 2008).

2.1.2      Teori Pertumbuhan dan Perkembangan Biofisik
Perkembangan biofisik adalah bagaimana tubuh kita secara fisik berkembang dan berubah. Penyelenggara pelayanan kesehatan dapat mengukur dan membandingkan perubahan yang terjadi sejak neonatus sampai dewasa dengan pertumbuhan normal. Teori perkembangan biofisik menggambarkan proses maturasi secara biologis.
Teori perkembangan Gesell melalui pengamatannya sejak tahun 1940-an, Gesell membuat teori tentang tingkah normal yang dijadikan sebagai sumber informasi untuk perkembangan anak. Versi terbaru dari uji Gesell terdiri atas empat kategori tingkah laku. Yaitu: motorik, bahasa, adaptasi, dan pribadi sosial.
Penyelenggara kesehatan menilai setiap subgroup dalam mencapai developmental quotient yang membedakan antara infant normal dan abnormal (Santrock, 2007). Dasar teori perkembangan Gesell adalah bahwa pola pertumbuhan (perkembangan) setiap anak mempunyai ciri khas yang diatur oleh aktivitas genetik. Faktor lingkungan dapat  mendukung, mengubah, dan memodifikasi pola tersebut, tetapi tidak menyebabkan kemajuan perkembangan (Gesell, 1948). Gesell menemukan pola maturasi sebagai suatu rangkaian perkembangan manusia. Rangkaian perkembanagan terjadi dalam janin, dimana ada urutan khusus perkembangan system organ (Crain, 1992).
Setelah lahir, anak-anak tumbuh sesuai cetakan genetiknya dan memperoleh keterampilan sesuai tahapannya, namun dengan kecepatannya masing-masing. Sebagai contoh dari adanya perkembangan biofisik, yaitu pada usia pra-sekolah (usia 3 sampai 5 tahun), terjadi peningkatan koordinasi otot besar dan halus sehingga mereka dapat beraktivitas, seperti melompat dengan berganti kaki, berlari, menaiki dan menuruni tangga dengan mudah, serta meniru gambar garis atau kotak.

2.1.3      Teori Perkembangan Psikoanalitik / Psikososial
Teori perkembangan psikososial menggambarkan pendiskripsian perkembangan seseorang yang dilihat dari kepribadian, temperamen, dan emosi. Perkembangan ini dipengaruhi oleh biologis seseorang dan lingkungan sekitarnya (Potter dan Perry 2009), terdapat beberapa teori perkembangan psikososial yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya Sigmund Freud, Erik Erikson, dan Robert Gould.
1.     Teori Perkembangan Psikososial Menurut Sigmund Freud (1856-1939)
Terdapat lima model tahapan perkembangan psikoseksual dan tiap tingkatan ditandai dengan kesenangan secara seksual pada beberapa bagian tubuh.Freud mempercayai bahwa kepribadian dewasa merupakan hasil dari seorang individu menyelesaikan konflik antara sumber kesenangan dan kenyataan (Berger, 2005; Santrock, 2007). Beberapa tahapan tersebut, antara lain oral, anal, phallic, laten, dan genital.
a.       Tahap 1: Oral (Lahir sampai usia 12-18 bulan)
Kesenangan berada pada mulut seperti menghisap jari, kepuasan oral merupakan hal yang sangat penting tetapi juga merupakan kesenangan yang aneh. Akhir dari tahapan ini, bayi mulai menyadari bahwa orangtuanya adalah sesuatu yang terpisah dari dirinya. Gangguan dalam kemampuan fisik dan emosional orang tua (misalnya ikatan yang tidak adekuat atau penyakit kronik) akan mempengaruhi perkembangan bayi.
b.       Tahap 2: Anal (Usia 12-18 bulan sampai 3 tahun)
Fokus kesenangan berubah ke area anal. Anak-anak semakin tertarik pada sensasi kesenangan pada area anal. Sehingga perlu dilakukan toilet training atau “pelatihan toilet” untuk menunda kesenangan tersebut. Pada masa ini anak sudah menjadi individu yang mampu bertanggung jawab atas beberapa kegiatan tertentu.
c.        Tahap 3: Phallic atau Oedipal (3-6 tahun)
Pada tahap ini organ genital menjadi focus kesenangan. Menurut Freud, anak lelaki menjadi tertarik dengan penis, anak wanita menyadari tidak memiliki penis, dikenal dengan istilah penis envy. Tahap ini merupakan periode dimana anak befantasi mencintai orang tua yang berbeda gender, dikenal dengan Oedipus atau Electra complex.
d.       Tahap 4: Laten (6-12 tahun)
Tahap yang ditandai dengan rangsangan seksual yang menimbulkan energi untuk membangun hubungan sosial yang produktif. Dalam dunia pendidikan dan sosial anak, banyak yang harus dipelajari dan dikerjakan, dimana anak membutuhkan energy dan usaha.


e.       Tahap 5: Genital (Masa puberitas-dewasa)
Ini merupakan tahap akhir Freud. Pada periode ini anak mengalami ketertarikan seksual denagn individu diluar dukungan keluarga. Konflik sebelumnya yang tidak terselesaikan timbul saat remaja. Saat individu menyelesakan konflik, individu tersebut akan mendapatkan kematangan hubungan seksual dewasa. Komponen kepribadian mausia terbentuk melalui tahapan perkembangan Freud. Freud percaya bahwa fungsi komponen tersebut adalah untuk mengatur tingkah laku. Komponen – komponen tersebut id, ego, dan superego.
Tujuan teori Freud adalah perkembangan keseimbangan antara keinginan mencari kesenanangan dan tekanan sosial. Orang dewasa memilik suara hati kuat yang akan membatasi perolehan kesenangan sesuai nilai – nilai sosial. Meskipun teori Freud banyak dikritik karena adanya bias gender dan budaya, tetapi Freud telah memberika dasar untuk observasi emosi dan tingkah laku bagi teoritikus lain.
2.     Teori Perkembangan Psikososial Menurut Erik Erickson (1902-1994)
Menurut Erickson perkembangan manusia terjadi seumur hidup dan lebih berfokus terhadap psikososial dibandingkan dengan psikoseksual. Ada delapan tahap perkembangan Erikson, yaitu:
a.       Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (lahir – usia 1 tahun)
Tahap ini merupakan tahap terjadinya pembangunan rasa kepercayaan terhadap bayi/balita. Pemberian pelayanan yang konsisten diperlukan agar mencapai keberhasilan pada tahap ini (Hockenbery dan Wilson, 2008). Pembentukan kepercayaan oleh perawat melalui dukungan orang tua dapat menciptakan rasa percaya dan optimis pada si anak, serta membantu orang tua dalam mengatasi tingkah laku anak ketika dipulangkan.
b.       Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu (1-3 tahun)
Pada tahap ini, pertumbuhan pada balita lebih disempurnakan pada aktivitas kesehariannya, seperti berjalan dan aktivitas di kamar mandi. Balita akan diberikan pilihan aktivitas yang berkaitan dengan hubungan, keinginan, dan alat bermain. Keterbatasan pilihan dan pemberian hukuman dapat menimbulkan perasaan malu dan ragu. Sehingga perawat harus memberikan dukungan dan pemahaman pada tahap ini agar balita dapat menciptakan rasa self-control atau pengendalian diri dan ketekunan pada diri.
c.         Inisiatif vs Rasa Bersalah (3-6 tahun)
Tahap dimana anak-anak mulai mencoba hal baru dan berfantasi. Keterbatasan dalam mencapai hal tersebut dapat menimbulkan frustasi dan rasa bersalah. Sehingga diperlukan kerjasama dengan anak-anak atas tingkah laku mereka agar tidak menghambat perkembangan anak dan dapat memberikan tujuan yang sesungguhnya kepada anak-anak.
d.       Industri vs inferioritas (6-11 tahun)
Anak-anak mulai mempelajari alat-alat produktif dan belajar bekerja sama dengan kelompok seusia mereka. Untuk menciptakan keterampilan terhadap hal-hal yang baru dipelajari, mereka membutuhkan dukungan agar terciptanya pencapaian yang nyata dari hasil kerja mereka. Sedangkan jika tidak adanya dukungan, anak-anak akan membangun rasa rendah diri. Mnurut Erickson sikap orang dewasa terhadap pekerjaan bergantung pada penyelesaian tugas tersebut dengan baik.

e.       Identitas vs Kebingungan Peran (Puberitas)
Pada tahap ini, para remaja akan mengubah cara hidupnya dalam masyarakat sebagai individu yang bebas. Sehingga dalam prosesnya akan menimbulkan tuntutan dan konflik dengan perkembangan identitas diri dan pemisahan diri dari keluarga. Perawat harus dapat memberikan informasi dan membantu mengarahkan remaja dalam keputusan rencana keperawatan yang dipilih. Erickson berpendapat bahwa keberhasilan dalam menyelesaikan tahap ini akan menghasilkan kepatuhan dan kesetiaan terhadap orang lain dan cita- citanya sendiri (Hockenberry dan Wilson, 2008)
f.         Keintiman vs Isolasi (Dewasa Muda)
Dewasa muda telah membangun identitas dirinya, memperdalam rasa kasih sayang dan perduli terhadap orang lain. Mereka mencari arti hubungan pertemanan dan mempererat hubungan dengan orang lain. Erickson menggambarkan keakraban sebagai penemuan diri dan selanjutnya kehilangan diri dalam orang lain (Santrock, 2007).
g.       Generatifitas vs Pemikiran Terhadap Pemikiran Diri Sendiri dan Stagnasi (Usia Pertengahan)
Tahap seseorang untuk terlibat dalam kemajuan lingkungannya. Keberhasilan akan tercapai apabila individu dapat berkonstribusi kepada generasi mendatang, dengan menjadi orang tua atau keterlibatan dalam suatu komunitas. Ketidakmampuan berperan serta dalam pengembangan generasi berikutnya akan menghasilkan stagnasi (Santrock, 2007)
h.       Integritas Versus Keputusasaan (Usia Tua)
Pada tahap ini terjadi penurunan fisik dan sosial, termasuk status, seperti pensiun dan adanya penyakit. Konflik dalam diri individu yang terjadi adalah pencarian makna hidup. Banyak orang tua mengingat kembali hidup mereka untuk mengevaluasi diri mereka sendiri. Kepuasan atau kebahagiaan diperoleh jika mereka mencapai apa yang diharapkan sedangkan rasa putus asa akan timbul jika mereka tidak dapat mencapai yang mereka inginkan (Berger, 2005).
3.     Teori Perkembangan Psikososial Menurut Robert Gould
Gould menemukan bahwa individu dewasa membuka pertahanannya yang terdapat pada masa anak-anak, hal ini menandakan terbentuknya kesadaran dewasa. Terdapat beberapa pokok perkembangan yaitu :
a.       Terjadi pada usia 20-an, dimana seseorang akan melepaskan diri dari orang tua dalam proses menuju kedewasaan.
b.       Pada usia 30-an awal, tahap ini merupakan tahap penerimaan diri sendiri dalam pencapaian tujuan hidup.
c.        Pada usia pertengahan 30-an sampai akhir usia 30 tahun, terjadi konflik pada diri sendiri tentang keputusan yang sudah diambil.
d.       Pada usia 40-an, adanya kemunduran kepercayaan diri dan keoptimisan diri
e.       Pada usia 50-an, terjadi penurunan perhatian terhadap kesejahteraan anak dan peningkatan rasa cinta terhadap pasangan. Perawat pada tahap ini berperan untuk membantu klien dalam perkembangan diri dan hubungan sosial klien.

Teori bertingkat menganggap bahwa semua individu akan mengalami kemajuan kehidupan dan berfokus pada pengembangan tugas pada batasan usia tertentu (Santrock, 2007). Pandangan ini mempertimbangkan keadaan kepribadaian individu (Kesehatan dan dukungan keluarga), bagaimana individu memandang dan menilai perubahan, serta konteks sejarah dan sosial dimana individu tinggal. Peneliti telah mengemukakan beberapa teori yang berhubungan dengan usia, budaya, gender, ethnic, stabilitas, dan perubahan untuk membantu kita menghargai perkembangan dinamis yang terjadi selama masa dewasa.

2.1.4      Teori Perkembangan Kognitif
Jika teori psikoanalitik atau psikososial berfokus pada pikiran bawah sadar dan emosi individu, kognitif lebih menekankan pada bagaimana individu belajar berfikir dan memahami dunianya. Sama seperti perkembangan kepribadian, teoritikus kognitif telah melakukan eksplorasi pada masa anak-anak dan masa dewasa.
Teori pengembangan kognitif Jean Piagert menyebutkan empat periode yang berhubungan dengan usia dan mengemukakan kategori khusus tentang pengenalan dan pemahaman (Santrock, 2007). Menurut Piagert inddividu berpindah dari satu tahap ketahap lainnya untuk mendapatkan keseimbangan kognitif atau keseimbangan mental yang stabil.
1.       Periode I: Motosensorik (Lahir Sampai Usia 2 Tahun)
Selama masa perkembangan, bayi membangun pola tindakan atau skema reaksi terhadap lingkungan (Berk, 2003). Skema ini termasuk memukul, melihat, menggenggam atau menendang.
2.       Periode II: Pra-operasional (2-7 Tahun).
Ini merupakan waktu ketika anak-anak belajar berfikir dengan menggunakan simbol-simbol dan gambaran mental. Pada masa ini anak masih egosentrik, anak anak melihat objek dan orang hanya dari sudut pandang mereka sendiri. Anak-anak percaya bahwa setiap orang menjalani dunianya sama seperti yang dialami mereka. Intervensi keperawatan selama periode ini akan memperkenalkan penggunaan permainan sebagai cara anak untuk mengerti peristiwa-peristiwa disekitarnya.
Perkembangan bahasa dapat memperluas kemampuan berfikir tentang masa lampau dan masa depan. Bahasa mulai menggambarkan logika, karna logika tersebut menggambarkan proses berfikir.
3.       Periode III:  Operasi Konkret (7-11 Tahun)
Anak –anak mulai mempunyai kemampuan untuk melakukan operasi mental. Sebagai contoh, anak akan memikirkan tindakannya terlebih dahulu sebelum melakukannya. Pada tahap awal anak dapat menghitung sampai angka sepuluh, tetepi sekarang anak dapat menghitung setiap angka yang ditampilkan. Reversibilitas merupakan karakteristik utama dari pemikiran operasi kongkret.
Anak-anak juga dapat mengelompokkan objek sesuai dengan dimensi kualitatif mereka, yang dikenal sebagai seriation. Pencapaian lain dalam tahap ini adalah konservasi, atau kemampuan untuk melihat objek atau jumlah sebagai sesuatu yang sama meskipun terjadi perubahan dalam penampilan fisiknya (Berk, 2003., Singer dan Revenson, 1996).

4.       Periode IV: Operasi formal (Usia 11 Tahun Sampai Dewasa)
Selama tahap ini pola pikir individu berpindah kepada hal yang bersifal abstrak dan teoritis. Remaja dan dewasa muda mulai berfikir tentang hal-hal seperti perdamaian dunia, mencari keadilan dan makna hidup. Peningkatan kemampuan kognitif memampukan remaja melakukan lebih jauh pencapaian penyelesaian masalah, termasuk masa depan mereka termasuk. Kematangan pola pikir, dan kedalaman pemahaman semakin meningkat seiring dengan pengalaman. Menurut Piagert, tahap ini merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif.
Penelitian tentang perkembangan kognitif pada masa dewasa dimulai sejak tahun 1970 dan terus berlanjut sampai sekarang. Piaget telah mengemukakan bahwa pemikiran operasi formal dimulai saat remaja dan pada dasarnya orang dewasa juga menggunakannya. Meskipun, penelitian menunjukkan bahwa beberapa individu tidak mencapai pemikiran operasi formal sampai dewasa, dan beberapa orang dewasa tidak pernah membangun periode operasi formal (Santrock, 2007). Orang dewasa mengikutsertakan  emosi, logika, praktik dan fleksibilitas dalam mengambil keputusan.
William Perry adalah salah satu orang pertama yang mengembangkan teori kognitif orang dewasa. Dia mempelajari mahasiswa-mahasiswa dan mendapatkan bahwa lanjutan perkembangan kognitif mengikutsertakan peningkatan fleksibilitas kognitif.
K. Warner Schaie, seorang professor ilmu perkembangan ilmu manusia di Pennsylvania State University, menyimpulkan bahwa kita tidak dapat membangun cara yang lebih kompleks untuk mendapatkan informasi, dibandingkan yang telah dikemukakan oleh Piaget, tetapi orang dewasa melakukan perubahan pada cara mereka menggunakan pengetahuan. Schaie percaya bahwa penekanan bergeser dari pencapaian pengetahuan atau keterampilan menjadi penggunaan pengetahuan untuk pencapaian tujuan.

2.1.5      Teori Perkembangan Moral
Perkembangan moral menunjukkan perubahan cara berpikir individu, emosi, dan tingkah laku yang mempengaruhi kepercayaan tentang mana yang benar dan mana yang salah. Hal ini mencakup komponen interpesonal dan intrapersonal yang menentukan bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain (Santrock, 2007).
1.       Teori Perkembangan Moral Jean Piaget
Piaget melakukan pengamatan dan wawancara anak-anak, dia mempelajari bagaimana cara mereka berpikir tentang aturan-aturan dan masalah-masalah moral. Teori perkembangan Piaget memasukkan dua tahap yang terjadi antara usia empat dan sepuluh tahun.
a.       Tahap moralitas heteronomous, terjadi antara usia empat sampai tujuh tahun dan ditandai dengan suatu keyakinan bahwa peraturan tidak bisa diubah dan jika melanggarnya akan segera diadili. Anak kecil sulit menerima kalau peratuaran dalam permainan dapat diubah atau hukuman tidak akan segera berlaku setelah ada pelanggaran (Santrock, 2007).
b.       Tahap moralitas otonom, anak mengerti bahwa individu yang membuat peraturan dan dapat merubahnya. Pada tahap ini anak-anak mengetahui bahwa tujuan memengaruhi tingkah laku. Menurut Piaget, melalui hubungan dengan teman sebayanya anak-anak dapat membangun pertimbangan moralnya. Dalam kelompoknya anak-anak dapat mengemukakan ketidak setujuannya dan kemudian mencapai penyelesaian. Hubungan orang tua anak yang tidak seimbang akan memengaruhi perkembangan moralitas anak (Santrock, 2007).
2.       Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg
Teori perkembangan ini merupakan pengembangan dari teori kognitif Piaget. Dia mewawancarai anak-anak, remaja, dan orang dewasa kemudian mendapatkan bahwa pertimbangan moral dibangun secara bertahap (Berger, 2005). Dari serangkaian dilema moral Kohlberg mengidentifikasi enam tahap perkembangan moral dalam tiga tingkat (Kohlberg, 1981).
a.       Tingkat I: Pertimbangan Prakonvensional
Pada tingkat satu, pertimbangan prakonvensional individu menunjukkan pertimbangan moralnya berdasarkan pengalaman pribadinya. Hal ini sangat berhubungan dengan tahap pertama teori Piaget, dimana alasan moral individu melakukan tindakan yang bekaitan dengan konsekuensi yang akan diterimanya. Konsekuensi ini bisa berupa hukuman atau penghargaan.
1)       Tahap 1: Orientasi terhadap Hukuman dan Kepatuhan
Pada tahap ini respon anak terhadap dilema moral adalah dalam bentuk kepatuhan mutlak terhadap orang yang berkuasa. Seorang anak pada tahap ini berpendapat, “Saya harus menaati peraturan: Jika tidak akan dihukam.” Menghindari hukuman atau meragukan rasa hormat kepada orang yang berkuasa merupakan karakteristik motivasi tingkah laku anak. Seorang anak akan tiba dirumah tepat waktu untuk makan malam karena menurut orang tua anak memerlukan hal itu.
2)       Tahap 2: Orientasi Relativitas Alat
Tahap dimana anak mengenali lebih dari satu pandangan yang benar, seorang guru memiliki satu pandangan yang berbeda dari orang tua anak. Anak menerima hukuman bukan karena melakukan kesalahan ( seperti pada Tahap 1),  tetapi karena menghindari sesuatu (Taffell, 2002).
Anak-anak pada tahap ini akan mematuhi peraturan yang dibuat orang tuanya tentang kapan waktunya berada di rumah untuk makan malam, mereka tidak ingin waktu istirahat mereka menjadi terbatas karena anak datang telat.
b.       Tingkat II: Pertimbangan Konvensional
Pada tingkat II pertimbangan konvensional, individu memandang pertimbangan moral berdasarkan kepribadian dan dengan harapan masyarakat atas dirinya. Individu ingin memenuhi harapan keluarga, kelompok, atau negara dan juga membangun royalitas dan mengelola secara aktif, mendukung serta menilai sesuatu.
Perawat mengamati saat anggota keluarga membuat keputusan kepada orang yang dicintainya. Individu sering bermasalah dengan dilema moral seperti ini. Dukungan saat berduka cita akan melibatkan pemahaman pada tingkat pengambilan keputusan moral tiap anggota keluarga.
1)       Tahap 3 : Orientasi menjadi Anak yang Baik
Individu ingin diterima dan menjaga kepercayaan dari kelompok seusianya.”Menjadi Baik “ beararti memiliki motivasi yang baik, menunjukan perhatian kepada sesama, dan menjaga hubungan melalui kepercayaan, loyalitas, penghargaan, dan rasa terima kasih. Pihak lain lebih menyukai dengan istilah “menjadi kesenangan”. Sebagai contoh, seseorang yang berada pada tahap ini tinggal disekolah sesudah pelajaran selesai dan melakukan pekerjaan untuk mendapatkan izin dari gurunya.
2)       Tahap 4: Orientasi Hubungan Masyarakat
Selama tahap 4 individu mengembangkan fokusnya dari suatu hubungan dengan sesamanya menjadi perhatian kepada masyarakat. Keputusan moral diperhitungkan dalam perspektif masyarakat. Tingkah laku yang benar adalah melakukan tugasnya, menunjukan rasa hormat terhadap orang yang berkuasa, dan menjaga nilai-nilai sosial. Remaja memilih untuk tidak menghadiri pesta yang menyediakan minuman keras bukan karena mereka takut ditangkap, tetapi karena mereka menyadari kalau itu salah.
c.        Tingkat III : Pertimbangan Pasca-konvensional
Individu menemukan keseimbangan antara hak dan kewajiban dasar manusia, kaidah-kaidah masyarakat, serta peraturan pada tingkat pertimbangan pasca-konvensional. Individu berpindah dari keputusan moral berdasarkan kewenangan atau sesuai dengan kelompok menjadi nilai-nilai dan prinsip moral mereka sendiri. Individu pada tahap ini mulai melihat apa yanga disukai oleh masyarakat. Prinsip dan idealisme moral menjadi yang lebih menonjol pada tingkat ini (Berger, 2005).
1)       Tahap 5 : Orientasi Kontrak Sosial
Setelah mencapai tahap 5 individu mematuhi hukum sosial tetapi juga mengenali kemungkinan perubahan hukum untuk memperbaiki masyarakat. Individu juga mengenali bahwa kelompok sosial yang berbeda memiliki nilai-nilai yang berbeda, tetapi memercayai bahwa semua individu mempunyai hak-hak dasar, seperti kemerdekaan dan kehidupan. Individu pada tahap ini lebih memikirkan apa yang dinilai masyarakat, bukan lagi apa yang dinilai kelompok, seperti yang terjadi pada tahap 4.
2)       Tahap 6 : Orientasi Prinsip Etika Universal
Tahap ini merupakan “Hak” keputusan kata hati sesuai prinsip etik pemilihan diri. Prinsip ini bersifat abstrak dan membandingkan dengan logika umum, universal, dan konsistensi (Kohlberg, 1981). Sebagai contoh, prinsip keadilan membutuhkan individu yang bersikap adil terhadap sesamanya, menghormati  martabat semua individu, dan membantu individu untuk menghargai keputusan semua orang. Tahap 5 menekankan  pada hak-hak dasar dan proses demokratis, sedangkan tahap 6 menekankan hanya pada prinsip-prinsip keadilan yang sesuai.
Penemuan ini memberi kesan bahwa desain penelitian Kohlberg tidak memperbolehkan cara untuk mengukur semua yang tumbuh dalam budaya yang berbeda. Kohlberg juga mendapat kritik tentang adanya bias usia atau gender. Carol Gilligan, teman sejawat mengkritik Kohlberg tentang bias gender (Santrock, 2007). Dia percaya bahwa Kohlberg membangun teorinya berdasarkan perspektif keadilan yang berfokus pada hak individu. Sebaliknya penelitian Gilligan melihat perkembangan moral dari sudut pandang pelayanan yang memandang individu dalam komunikasi interpersonal mereka, hubungan, dan perhatian terhadap orang lain (Santrock, 2007). Menurutnya, wanita bisa bersifat penuh kasih sayang sehingga sulit mengambil keputusan berdasarkan keadilan saja (Berger, 2005). Peneliti – peneliti lain telah menilai teori Gilligan dalam penelitian dengan anak-anak dan tidak menamukan bukti untuk mendukung perbedaan gender (Berger, 2005; Santrock, 2007).


2.2.    Tahapan Pertumbuhan Dan Perkembangan Manusia
2.2.1      Tahapan konsepsi (kehidupan intrauterine)
Selama periode prenatal (kehidupan intrauterin), embrio tumbuh dari sel tunggal menjadi fisiologis. Seluruh sistem organ utama berkembang dalam uterus, dengan beberapa fungsi sebelum lahir. Kondisi psikososial juga mulai terbentuk selama masa gestasi. Periode gestasi seringkali dibagi menjadi tiga periode yang disebut trimester. Karena perkembangan dari bayi atau fetus, berada dalam tahapan perkembangan yang berbeda dalam setiap trimester.
Waktu trimester pertama terjadi selama 3 bulan pertama kalender. Di trimester ini terjadi diferensiasi sel dan pembentukan atau perkembangan organ yang terjadi pada kecepatan dan waktu yang berbeda-beda, dan  setiap organ sangat rentan terhadap gangguan dari lingkungan. Kemudian organ-organ tersebut berkembang menjadi sistem organ yang terus berkembang pada trimester kedua pada bulan ke-3 sampai ke-6.
Pada akhir bulan keenam, kebanyakan sistem organ lengkap dan dapat berfungsi. Oleh karena itu janin dipertimbangkan dapat hidup jika diberikan dukungan lingkungan yang intensif. Jari-jari tangan dan kaki berkembang, dasar awal fungsi ginjal, dan jenis kelamin janin dapat ditentukan.
Janin terbungkus dengan substansi yang menutupi kulit dan rambut-rambut yang halus (lanugo) yang hampir menutupi seluruh tubuh. Denyut jantung janin dapat terdengar pada auskultasi dengan stetoskop, dan ibu menjadi waspada terhadap gerakan janin.
Pada trimester ketiga, kulit janin menebal dan lanugo mulai hilang, tubuh janin menjadi lebih bulat dan penuh. Otak pun mulai tumbuh dan sistem saraf pusat telah menetapkan jumlah total neuron dan menghubungkan antara neuron serta mielinasi serat saraf yang berlangsung dalam waktu yang cepat. Janin yang normal secara fisik mampu untuk membuat peralihan dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin.

2.2.2      Transisi kehidupan intrauterine ke ekstrauterine
Perubahan fisiologis pada bayi baru lahir merupakan suatu proses adaptasi dengan lingkungan luar atau di kenal dengan kehidupan ekstra uteri. Sebelum nya bayi cukup hanya beradaptasi dengan kehidupan intra uteri. Perubahan fisiologis bayi baru lahir, diantaranya sebagai berikut :
1.       Sistem pernapasan
Perubahan sisitem ini di awali dari perkembangan organ paru itu sendiri dengan perkembangan struktur bronkus, bronkiolus, serta alveolus yang terbentuk dalam proses kehamilan sehingga dapat menentukan proses pematangan dalam sistem pernapasan.
Proses perubahan bayi baru lahir adalah dalam hal pernapasan yang dapat di pengaruhi oleh keadaan hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik ( lingkungan) yang merangsang pusat pernapasan medula oblongata di otak. Selain itu juga jadi tekanan rongga dada karena kompresi paru selama persalinan,sehingga merangsang masuknya udara ke dalam paru,kemudian timbulnya pernapasan dapat terjadi akibat interaksi sistem pernapasan itu sendiri dengan sisitem kardiovaskuler dan susunan saraf pusat.
Selain itu adanya surfaktan dan upaya resfirasi dalam pernapasan dapat berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru serta mengembangkan jaringan alveolus paru agar dapat berfungsi. Surfaktan tersebut dapat mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu menstabilkan diding alveolus untuk mencegah kolaps ( Betz dan Sowden, 2002 ).
a.       Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus, proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8tahun, sampain jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan nafas selama trimester dua dan trimester tiga. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hudip BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini di sebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidak matangan sistem kaviler, paru-paru yang tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
b.       Awal adanya nafas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan napas  pertama bayi adalah :
1)       Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.
2)       Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara, ke dalam paru-paru secara mekanis.
3)       Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler, dan susunan saraf pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang di perlukan untuk kehidupan.
4)       Penimbunan karbondioksida ( CO2) Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi  gerakan nafas janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
5)       Perubahan suhu Keadaan dingin akan merangsang pernafasan.
c.        Surfaktan dan upaya resfirasi untuk bernafas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1)       Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
2)       Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan ( lemak lesitin/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru-paru. Produksi surfaktan di mulai pada 20 minggu kehamilan, yang jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang ( sekitar 30-34 minggu kehamilan).
Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasaan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernapas.  Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Bebagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi uyang sebelumnya sudah terganggu.
d.       Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat beyi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini di peras keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang di lahirkan secara SC kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu yang lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan nafas yang pertama udara memenuhi ruangan trakhea dan brokus BBL. Sisa cairan di paru-paru di keluarkan dari paru-paru dan di serap oleh pembuluh limpe dan darah.
e.       Fungsi sistem pernafasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan akan merangsang  perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
2.       Sistem peredaran darah
Pada sistem peredaran darah, terjadi perubahan fisiologis pada bayi baru lahir, yaitu setelah bayi itu lahir akan terjadi proses pengantaran oksigen ke seluruh jaringan tubuh, maka terdapat perubahan,yaitu penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan penutupan duktus ateriosus anatara arteri paru dan aorta.
Perubahan ini terjadi akibat adanya tekanan pada seluruh sistem pembuluh darah,dimana oksigen dapat menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tenaga dengan cara meningkatkan atau mengurangi resistensi. Perubahan tekanan sistem pembuluh darah dapat terjadi saat tali pusat di potong, resistensinya akan meningkat dan tekanan atrium kanan akan menurun karena suplai darah ke atrium kanan berkurang yang dapat menyebabkan volume dan tekanan atrium kanan juga menurun.
Proses tersebut membantu darah mengalami proses oksigenasi ualng, pada saat terjadi pernafasan pertama dapat menurunkan resistensi dan meningkatkan atrium kanan. Kemudian oksigen pada pernapasan pertama dapat menimbulkan relaksi dan terbukanya sistem pembuluh darah paru yang dapat menurunkan resistensi pembuluh darah paru. Terjadinya peningkatan sirkulasi paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan, dengan meningkatkan tekanan pada atrium kanan akan terjadi penurunan atrium kiri, foramen ovale akan menutup, atau dengan pernafasan kadar oksigen dalam darah akan meningkat yang dapat menyebabkan duktus arteriosus mengalami kontriksi dan menutup. Perubahan lain adalah menutupnya vena umbilikus, dutus venosus, dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah tali pusat di klem dan penutupan jaringan fibrosa membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan (Betz dan Sowden, 2002). Adapun perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi adalah sebagai berikut :
Sirkulasi darah fetus
a.       Struktur tambahan pada sirkulasi fetus
1)       Vena umbilikalis : membawa darah yang mengalami deoksigenasi darin plasenta ke permukaan dalam hepar.
2)       Ductus venosus : meninggalkan vena umbilikalis sebelum mencapai hepar dan mengalihkan sebagian besar darah baru yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
3)       Foramen ovale :  merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat atrium dextra  ke dalam vebtriculue sinistra.
4)       Ductus arteriosus: merupakan bypass yang terbentang dari ventriculuc dexter dan aorta desendens.
5)       Arteri hypogastrika: dua pembuluh darah yang mengembalikan darah dari vetus ke plasenta. Pada fenikulus umbilicalis, arteri ini di kenal sebagai arteri umbilikalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut di kenal sebagai arteri hypogastika.
b.       Sistem sirkulasi fetus
1)       Vena umbilikalis : membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena hepatika meninggalkan  hepar dan mengembalikan darah ke vena cava inferior.
2)       Ductus venosus : adalah cabang-cabang dari vena umbilikalis dan mengalirkan sejumlah besar darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
3)       Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang telah beredar dan ekstremitas inferior  dan badan fetus, menerima darah dari vena hepatica dan ductus venosus dan membawanya  ke atrium dextrum.
4)       Foramen ovale :  memungkinkan lewatnya sebagian besar darah yang mengalami oksigenasi dalam ventriculus dextra untuk menuju ke atrium sistra, dari sini darah melewati valvula mitralis ke ventriculuc sinister dan kemudian melalui aorta asuk ke dalam cabang ascendensnya untuk memasok darah bagi kepala dan ekstremitas superior. Dengan demikian hepar jantung dan cerebelum menerima darah baru yang mengalami oksigenasi.
5)       Vena cava superior : mengembalikan darah dari kepala dan ekstremitas superior ke atrium dextrum. Daerah ini bersama sisa cairan yang di bawa vena cava inferior melalui valvula tricuspidalis masuk ke dalam ventriculus.
6)       Arteria pulmonaris: mengalirkan darah campuran ke paru-paru yang non fungsional, yang hanya memerlukan nutrien sedikit .
7)       Ductus arteriosus: mengalirkan sebagian besar darah dari vena ventrikulus dexter ke dalam aorta desenden untuk memasok darah bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas interior.
8)       Arteria hipogastrika: merupkan lanjutan dari arteria iliaca interna, membawa darah kembali ke plasenta dengan mengandung lebih banyak oksigen dan nutrien yang di pasok dari peredaran darah maternal.
Perubahan pada saat lahir
1)       Penghentian pasokan darah dari plasenta
2)       Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru
3)       Penutupan poramen oval
4)       Fibrosis
5)       Vena umbilicalis
6)       Ductus venosus
7)       Arteriae hypogastrica
8)       Ductrus arteriosus

3.       Sistem Pengaturan tubuh, Metabolisme Glukosa, Gastrointestinal, dan Kekebalan Tubuh
a.       Sistem Pengaturan Tubuh
Ketika bayi lahir dan langsung berhubungan dunia luar ( lingkungan ) yang lebih dingin, maka dapat menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit yang dapat mendinginkan darah bayi.pada saat lingkungan dingin, terjadi pembentukan suhu tanpa melalui mekanisme menggigil yang merupakan cara untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya serta hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Adanya timbunan lemak tersebut menyebabkan panas tubuh meningkat, sehingga terjadilah proses adaptasi. Dalam pembakaran lemak, agar menjadi panas, bayi menggunakan kadar gluksa. Selanjutnya cadangan lemak tersebut akan habis dengan adanya stres dingin dan bila bayi kedinginan akan mengalami proses hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis.
b.       Metabolisme Glukosa
Setelah tali pusat di ikat atau di klem, maka kadar glukosa akan di pertahankan oleh si bayi itu sendiri serta mengalami penurunan waktu yang cepat 1-2 jam. Guna mengetahui atau memperbaiki kondisi tersebut, maka di lakukan dengan menggunakan air susu ibu ( ASI), penggunaan cadangan glikogen ( glikogenolisis), dan pembuataan glukosa dari sumber lain khususnya lemak (glukoneogenesis). Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen dalam hati.Koreksi penurunan kadar gula darah dapat di lakukan dengan 3 cara :
1)       Melalui penggunaan ASI
2)       Melalui penggunaan cadangan glikogen
3)       Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
4.       Sistem Gastrointestinal
Proses menghisap dan menelan sebelum lahir sudah di mulai. Refleks gumoh dan batuk sudah terbentuk ketika bayi lahir.kemampuan menelan dan mencerna makananmasih terbatas, mengikat hubungan esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang dapat menyebabkan gumoh dan kapasitasnya sangat terbatas kurang lebih 30cc.
5.       Sistem Kekebalan Tubuh
Perkembangan sistem imunitas pada bayi juga mengalami proses penyesuaian dengan perlindugan oleh kulit membran mukosa, fungsi saluran nafas, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus, serta perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung. Perkembangan kekebalan alami pada tingkat sel oleh sel darah akan membuat terjadinya sistem kekebalan melalui pemberian kolostrum dan lambat laun akan terjadi kekebalan sejalan dengan perkembangan usia ( Jane Ball, 1999).
Bayi dilahirkan dengan beberapa kemampuan melawan infeksi. Lini pertama dalam pertahanan adalah: kulit dan membran mukosa yang melindungi dari invasi mikro-organisme. Lini kedua adalah elemen sel pada sistem imunologi yang menghasilkan jenis-jenis sel yang mampu menyerang fatogen seperti neurofil, monosit, ensinofil. Lini ke tiga adalah susunan spesifik dari antibodi ke antigen, proses ini membutuhkan pemaparan dari agen asing sehingga anti body dapat di hasilkan. Bayi umumnya tidak dapat mengahsilkan Ig ( ImunoGlobin) sendiri samapai usia 2 bulan. Bayi menerima dari imun ibu yang berasal dari sirkulasi plasenta dan ASI. Bila ibu memiliki anti body terhadap penyakit menular tertentu, anti body tersebut mengalir ke bayi melalui plasenta. Diantara anti bodi tersebut mungkin adalah  anti body terhadap gondok,difteri, dan campak. Imunitas pasif ini berakhir  dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan.
5.       Sistem pencernaan
Kemampuan bayi untuk mencerna, menyerap dan metabolisme bahan makanan sudah adekuat tetapi terbatas pada fungsi-fungsi tertentu. Terdapat enzim untuk mengkatalisasi protein dan karbohidrat sederhana ( Monosakarida dan Disakarida ) tetapi untuk karbohidrat kompleks yang belum terdapat :
a.       Mulut
Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris. Lidah tidak boleh memanjang atau menjulur diantara bibir. Jaringan penunjang melekatkan ke sisi bawah lidah. Atap dari mulut (langit-langit keras) harus tertutup, dan harus terdapat uvula (langit-langit lunak). Kadang- kadang terdapat tonjolan putih kecil yang sepanjang langit-langit keras, yang di sebut “ Epsteins Pearls “, tempat menyatunya bagian langit-langit keras. Tonjolan tersebut akan hilang sendirinya. Beberapa kelenjar saliva berfungsi  pada saat lahir, kebanyakan belum mensekresi saliva samapi dengan umur 2-3 bulan.
b.       Lambung
Pada saat lahir, kapasitas lahir antara 30-60 ml dan meningkat dengan cepat sehingga pada hari ke tiga dan keempat, kapasitanya mencapai 90ml. Bayi membutuhkan makan yang jumlahnya sedikit tapi frekuensinya sering. Lambung bayi akan kosong dalam waktu 2-4 jam. Bayi di berikan susu formula dari botol atau dengan ASI payu dara ibunya. Pada bayi yang di beri ASI, karena di berikan ASI, maka bayi akan menghisap puting atau udara. Hal ini akan menimbulkan rasa kenyang yang palsu karena lambung penuh. Maka harus di sendawakan sehingga bayi akan minum susu elbih banyak
c.        Usus
Usus pada bayi jika di bandingkan dengan panjang tubuh bayi terlihat sangat panjang. Feses pertama bayi adalah hitam kehijauan, tidak berbau, substansi yang kental/lengket yang di sebut mekonium. Yang biasanya keluar dalam 24 jam pertama. Feses ini mengandung sejumlah cairan amnion, vernix, sekresi saluran pencernaan, empedu, lanugo, dan zat sisa dari jaringan tubuh. Feses transisi yang berwarna hijau kecoklatan keluar selama 2-3 hari. Feses pada bayi yang menyusu pada hari ke 4 adalah hijau kekuningan/kuning emas, berair atau encer, dan bereaksi terhadap asam. Feses dari bayi yang menyusu formula, biasanyau berwarna kuning terang/kuning pucat, berbau, berbentuk garing agak keras netral samapi sedikit alkali. Normalnya defekasi pertama  dalam waktu 24 jam.
6.       Sistem Ginjal dan Keseimbangan Cairan
Pengeluaran urine pada janin terjadi pada bulan ke empat. Sementara itu, pada saat lahir fungsi ginjal bayi sebanding dengan 30% sampai 50% dari kapasitas dewasa dan belum cukup matur untuk memekatkan urin. Artinya, pada semua bayi semua struktur ginjal sudah ada tetapi kemampuan ginjal untuk mengosentrasikan urine dan mengatur kondisi cairan setra fluktuasi elektrolit belum maksimal. Namun demikian, urin terkumpul dalam kandung kemih bayi biasanya dalam waktu 24 jam pertama kelahirannya. Volume pengeluaran urine total per 24 jam pada bayi baru lahir sampai dengan akhir minggu pertama adalah sekita 200-300 ml, dengan frekunsi 2-6 kali hingga 20 kali/hari. Penting untuk mencatat saat berkemih pertama kali bila terjadi anuria harus dilaporkan, karena hal ini mungin menandakan anomali kongenital dari sistem perkemihan. Berat badan bayi biasanya turun 5%-15% pada hari ke empat sampai ke lima. Hal ini salah satu peningkatan buang air besar, pemasukan  kurang dan metabolisme meningkat. Setelah hari kelima berat badab bayi biasanya meningkat kembali.
Mengenai keseimbangan cairan dan elektrolit, terjadi pada volume total pada tubuh, volume cairan ekstra sel pada masa transisi janin ke fase pasca lahir. Pada masa janin, cairan ekstraseluler lebih banyak daripada cairan intraseluler. Namun, hal ini segera berganti pada pasca natal. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena pertumbuhan yang membutuhakan cairan ekstraseluler
7.       Sistem Adaptasi Perubahan Kulit
Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk pada saat lahir, tetapi masih belum matang . epidermis dan Dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Verniks caseosa juga melapisi  epidermis dan berfungsi sebagai lapisan pelindung. Verniks caseosa berbentuk seperti keju yang di sekresi oleh kelenjar sebasea dan sel-sel epitel. Pada saat lahir beberapa bayi di lapisi oleh verniks caseosa yang tebal, sementara yang lainnya hanya tipis saja pada tubuhnya. Hilangnya pelindungnya yaitu verniks caseosa meningkatkan deskumasi kulit ( pengelupasan ), verniks biasanya menghilang dalam 2-3 hari. Pada bayi baru lahir seringkali terdapat bintik putih khas terlihat di hidung, dahi dan pipi bayi yang di sebut milia. Bintik ini menyumbat kelenjar sebasea yang belum berfungsi. Setelah sekitar 2 minggu, ketika kelenjar sebasea mulai bersekresi secara bertahap tersapu dan menghilang.
Rambut halus atau lanugo dapat terlihat pada wajah, bahu, dan punggung, dan biasanya cenderung menghilang selama minggu pertama kehidupan. Pelepasan kulit ( deskuamasi ) secara normal terjadi selama 2-4 minggu pertama kehidupan. Mungkin terlihat eritema toksikum ( ruam kemerahan ) pada saat lahir, yang bertahan sampai beberapa hari. Ruam ini tidak menular dan kebanyakan mengenai bayi yang sehat. Terdapat berbagai tanda lahir ( nevi ) yang bersifat sementara ( biasanya di sebabkan pada saat lahir) maupun permanen ( biasanya  karena kelainan struktur pikmen, pembuluh darah, rambut atau jaringan lainnya).
Pada kulit dan sklera mata bayi mungkin di temukan warna kekuningan yang di sebut ikteri. Ikteri di sebabkan karena billirubin bebas yang berlebihan dalam darah dan jaringan, sebagai akibatnya pada sekitar hari ek dua atau ke tiga, terjadi hampir 60% hari ke 7 biasanyamenghilang. Ikteri ini di sebabkan ikterik fisiologis atau ikterik neonatorum.
8.       Sistem pensyarafan
Sistem persyarapan bayi cukup berkembang untuk bertahan hidup tetapi belum terintegrasi secara sempurna. Pertumbuhan otak setelah lahir mengikuti pola pertumbuhan cepat, yang dapat di prediksi selama priode bayi samapi awal masa kanak-kanak. Pada akhir tahun pertama, pertumbuhan sereblum yang di mulai pada usia kehamilan pada sekitar 30 minggu, berakhir. Hal inilah yang mungkin jadi penyebab mengapa otak rentan terhadap trauma nutrisi dan trauma lain selama masa bayi. Fungsi tubuh dan respon-respon yang di berikan sebagian besar di lakukan oleh pusat yang lebih rendah dari otak dan refleks-refleks dalam midula spinalis.


2.2.3      Tahap Bayi baru lahir (Infancy): Sejak lahir hingga usia 18 bulan
Periode ini mencakup beberapa periode perkembangan yang pendek. Pertama adalah infancy (orok), yaitu selama 12 minggu sejak lahir. Dalam tahap ini terjadi dua fase yang sangat berbeda.
1.       Fase Partunal
Selama 30 menit setelah kelahiran, bayi tidak berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan. Ia masih merasa bersatu dan tergantung 100% pada ibunya.
2.       Fase Neonatal
Setelah plasenta dipotong, bayi secara otomatis berdiri sendiri sebagai individu dan mempunyai sedikit kebebasan dibanding saat-saat sebelumnya.
Periode ini merupakan periode terpenting bagi kehidupan manusia. Dalam masa ini individu mengalami masa-masa penyesuaian diri yang amat radikal karena dihadapkan seketika pada satu situasi dan kondisi yang amat berlainan dengan situasi dan kondisi dalam perut ibunya. Temperatur lingkungan berubah, demikian juga cara makan dan pembuangan sisa makanan.
Perilaku bayi pada periode ini masih bersifat sembarangan, hampir tanpa arti dan kurang terkendali. Perilaku seperti ini disebut masa activity. Akan tetapi bayi juga menunjukkan perilaku-perilaku spesifik, termasuk beberapa jenis refleks yang terjadi bila ada rangsangan dari luar. Gerak refleks bawaan lahir meliputi:
1.       Mengisap - segera setelah lahir, bayi anda akan mulai mencari dan melekat pada payudara atau dot untuk makan.
2.       Mengeluarkan makanan - refleks mengeluarkan objek dari kerongkongan untuk menghindarkan bayi dari tersedak.
3.       Genggaman yang kuat, taruh jari anda dalam telapak tangannya dan rasakan cengkeramannya.
4.       Refleks moro - pada saat terkejut bayi akan tersentak ditandai dengan merentangkan kedua tangannya dan membuka genggamannya (terutama jika tidak ada pegangan).
5.       Naluri untuk melangkah - jika anda meletakkan kaki bayi pada permukaan solid sambil menopang tubuhnya, akan kelihatan bayi anda melangkah.
Periode selanjutnya adalah babyhood (bayi). Inilah masa-masa pembentukan dasar-dasar kepribadian individu. Periode ini adalah usia terjadinya perubahan dan pertumbuhan yang amat cepat, sekaligus berkurangnya ketergantungan anak pada ibunya dan awal munculnya individualitas. Pada usia-usia awal ini individu mulai mengenal orang lain diluar dirinya dan ibunya dan harus menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan (sosialisasi).
Ciri menonjol lain dalam usia ini adalah keingintahuan yang besar sekali. meskipun koordinasi otot dan kekuatan fisik belum sempurna, tetapi bayi sudah sejak dini melakukan berbagai percobaan dengan lingkungan, baik dengan cara menggigit, meraba-raba, mencium, membanting, atau melempar sesuatu.
1.       Perkembangan indera penglihatan bayi 1 bulan
Pada beberapa hari pertamanya mata bayi akan lebih sering tertutup tapi segera matanya akan mulai lebih sering terbuka. Bayi baru lahir hanya bisa melihat dengan jelas pada jarak dekat sekitar 25cm. Yang berarti bayi anda bisa melihat wajah anda saat menyusui, bahkan akan lebih suka menatap wajah anda dibandingkan objek lainnya karena pada dasarnya bayi lebih tertarik dengan wajah manusia. Mereka juga lebih menyukai objek berbentuk bulat dengan gelap dan terang yang kontras serta memiliki garis luar yang tajam karena lebih mudah dilihat.
Matanya juga mungkin terlihat juling pada saat ia mencoba fokus pada objek. Ini merupakan hal yang normal karena syaraf pengontrol mata bayi belum sepenuhnya berkembang. Namun jika hal ini berlanjut sampai usia 3 atau 4 bulan segera berkonsultasi dengan dokter anak anda karena ini mungkin merupakan tanda mata juling dan harus ditangani dengan segera.
2.       Perkembangan indera pendengaran
Walaupun pendengaran bayi belum berfungsi sempurna namun bayi baru lahir sudah bisa mengenali suara terutama suara sang bunda yang didengarnya tiap hari dalam kandungan. Mereka terutama bereaksi pada suara lembut berirama tinggi dengan ritme yang lambat menenangkan. Bayi juga memiliki kemampuan untuk memblokir suara-suara yang mengganggunya agar bisa memperoleh istirahat yang cukup dan melindungi diri dari penggunaan panca indera yang berlebihan. Namun, jika bayi anda sepertinya tidak merespon pada suara apapun konsultasikan dengan dokter anak anda.
3.       Perkembangan indera perasa bayi usia 1 bulan
Seperti kebanyakan anak yang lebih besar, bayi lebih menyukai rasa manis. Tapi indera perasanya belum cukup matang untuk membedakan asam dan pahit. Sedangkan indera penciumannya sudah berkembang sempurna dan sudah bisa membedakan bau puting ibu dan bau asi dalam beberapa hari pertama kehidupannya.
Periode ini disebut juga dengan tahapan sensorik oral, karena orang biasa melihat bayi memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya. Sosok Ibu memainkan peranan terpenting untuk memberikan perhatian positif dan penuh kasih kepada anak, dengan penekanan pada kontak visual dan sentuhan. Jika periode ini dilalui dengan baik, bayi akan menumbuhkan perasaan trust (percaya) pada lingkungan dan melihat bahwa kehidupan ini pada dasarnya baik. Sebaliknya, bila gagal di periode ini, individu memiliki perasaan mistrust (tidak percaya) dan akan melihat bahwa dunia ini adalah tempat yang mengecewakan dan penuh frustrasi. Perkembangan fisik bayi mempunyai karakteristik seperti berikut :
1.       Perkembangan Fisik
a.       Pada tahun pertama pertumbuhan fisik sangat cepat sedangkan pada tahun kedua sudah mulai mengendur.
b.       Pola perkembangan bayi laki-laki dan bayi perempuan sama.
c.        Tinggi badan secara proporsional lebih lambat dari pertumbuhan berat badan pada tahun pertama dan lebih cepat pada tahun kedua.
d.       Pertumbuhan otak tampak dengan bertambah besarnya ukuran tengkorak kepala.
e.       Organ keindraan berkembang dengan cepat selama masa bayi dan sanggup berfungsi dengan memuaskan sejak bulan-bulan pertama dari kehidupan. Alat indra lainnya yang juga berkembang adalah  pendengaran dan penciuman.
f.         Fungsi-fungsi fisiologis. Masa bayi merupakan masa dasar pembinaan pola-pola seperti makan, tidur, dan buang air harus terbentuk.
g.       Perkembangan penguasaan otot-otot. Perkembangan penguasaan otot-otot mengikti pola yang jelas dan dapat diduga yang ditentukan oleh hukum arah perkembangan. Menurut hukum ini, penguasaan atau pengendalian otot-otot bergerak melalui tubuh dari arah kepala munuju kaki.
2.       Perkembangan Intelegensi
Sejak tahun pertama dari usia bayi, fungsi intelegensi sudah mulai tampak dalam bertingkah lakunya, umpamanya dalam bertingkah laku motorik dan berbicara. Anak yang cerdas menunjukan gerakan-gerakan lancar, serasi, dan berkoordinasi dan cepat dalam perkembangan bahasanya. Sedangkan anak yang kurang cerdas, gerakan-gerakannya kaku, dan kurang terkoordinasi.
Dilihat dari perkembangan kognitifnya, menurut Piaget, usia bayi (tahun pertama) ini berada pada periode sensorimotor. Bayi mengenal objek-objek yang berada disekelilingnya melalui system pengindraan (penglihatan dan pendengaran dan indra lainnya) serta gerakan motoriknya (refleks, seperti mengenyot dan menggerakkan kepala ke arah rangsangan). Meskipun ketika baru dilahirkan seorang bayi sangat bergantung dan tidak berdaya, tetapi sebagian alat-alat indranya sudah langsung bisa berfungsi seperti mengenyot dan menghisap susu ibu.
3.       Perkembangan Emosi
Pada usia 0-8 minggu kehidupan bayi sangat dikuasai oleh emosi (impulsif) dan emosinya  sangat bertalian dengan indrawinya (fisik) dengan kualitas perasaan; senang dan tidak senang. Misalnya bayi senyum atar tidur pulas kalau merasa kenyang, hangat, dan nyaman. Dan dia menangis kalau lapar, haus, dingin atau sakit.
Pada usia 8 minggu hingga 1 tahun, perasaan psikis sudah mulai berkembang. Anak tersenyum (senang) jika melihat mainan yang didapatinya, atau melihat orang yang telah dikenalnya.  Dan sebaliknya ia akan tidak senang jika melihat orang yang tidak dikenalnya atau menangis. Pada fase ini terjadi penguraian yaitu dari perasaan senang dan tidak senang jasmaniah menjadi perasaan-perasaan marah, jengkel, terkejut, dan takut.
Pada usia 1,0 tahun-3,0 tahun gejala-gejala perkembangan emosi bayi adalah sebagai berikut:
a.       Emosinya sudah mulai terarah pada sesuatu (orang, benda, dan lainnya)
b.       Sejajar dengan perkembangan bahasa yang sudah dimulai pada usia 2 tahun maka ia sudah dapat menyatakan perasaannya dengan bahasa.
c.        Sifat-sifat perasaan anak pada masa ini adalah labil (mudah berubah) terkadang menangis tetepi segera tertawa dan mudah terpengaruhi.
4.       Perkembangan Bahasa
Ada tiga bentuk pra-bahasa yang normal muncul dalam pola perkembangan bahasa, yakni menangis, mengoceh dan isyarat. Menangis adalah lebih penting karena merupakan dasar bagi perkembangan bahasa pada bayi. Isyarat dipakai bayi sebagai pengganti bahasa sedangkan pada orang dewasa isyarat sebagai pelengkap bahasa. Oleh karena bahasa dipelajari melalui proses meniru maka bayi perlu memperolah model atau contoh yang baik supaya dapat meniru kata-kata yang baik.
Bahasa bayi mengalami perkembangan dalam beberapa tahap seiring dengan berkembangnya intelegensinya, secara umum tahap-tahap bahasa itu antara lain; tahap permulaan, Stadium Purwoko (6-12 bulan) atau masa meraban yakni tahap mengeluarkan bermacam-macam suara yang tidak berarti, misalnya ba-ba, ma-ma.dsb. selanjutnya adalah tahap pertama Stadium Kalimat Satu Kata (12-16 bulan), pada masa ini anak sudah dapat mengucapkan mama, papa, mamam, dsb yang merupakan sebuah kalimat tetapi tidak lengkap atau single word sentence.
Selanjutnya adalah tahap Kedua Stadium Nama (16-24 bulan), yang mana anak sudah mulai timbul kesadaran bahwa setiap orang atau benda mempunyai nama sehingga disebut Stadium Nama.
5.       Perkembangan Bermain
Bermain atau setiap kegiatan yang menimbulkan kesenangan, dimulai dalam bentuk sederhana pada masa bayi. Bermain pada masa ini terutama terdiri dari gejala-gejala gerakan motorik yang tidak menentu dan perangsangan organ-organ keindraan. Permainan pada masa bayi bersifat bebas dan spontan yang ditandai dengan tidak adanya aturan-aturan dan lebih bersifat sendiri daripada dengan orang lain.
Piaget menjelaskan bahwa,” bermain terdiri atas tanggapan yang diulang sekedar untuk kesenangan fungsional. Pada masa bayi mencapai usia tiga bulan, umumnya penguasaan tangan telah sedemikian berkembang dan telah memungkinkan si bayi untuk bermain dengan boneka atau mainan lainnya. Pada usia dua tahun selanjutnya permainan sudah mulai teratur dan boneka atau mobil-mobilan dipakai untuk berbagai macam permainan. Cirri khas nya pada masa ini adalah permainannya banyak melibatkan berjalan, melempar mainan dan memungutnya kembali
6.       Perkembangan kepribadian
Pada masa ini masih berkembang sikap egosentris (keAkuan). Ini berarti bahwa anak memandang segala sesuatu dilihat dari sudut pandang sendiri, dan di tujukan untuk kepentingan dirinya sendiri, tidak menghiraukan kepentingan orang lain. Ia adalah raja (ratu) yang kebutuhannya harus terpenuhi. Sikap egosentris ini mempengaruhi sikap sosialnya, seperti, orang sekitarnya harus melayaninya, permintaannya harus dipenuhi.
Sikap-sikap yang tampaknya tidak baik ini merupakan pilaku wajar atau normal bagi perkembangan usia bayi karena masa ini masih sangat rentan dikuasai oleh nalurinya (bersifat inpulsif), dan kemampuan berpikirnya belum cukup berkembang.  Tugas perkembangan  pokok bagi bayi adalah memperoleh atau mengembangkan sikap percaya dan mengatasi atau menghindari diri dari sikat tidak percaya tersebut. Ketercapaian  sikap tersebut amat  dipengaruhi kondisi lingkungan sekitar. Lingkungan  pertama bagi anak adalah orang tuanya, terutama ibunya. Jika seorang bayi diberi perhatian, pemeliharaan, pemberian kasih sayang yang cukup seperti senyuman, belaian, maka cenderung anak akan mengembangkan sikap positif terhadap ibunya dan lingkungannya. Sikap ini menjadi dasar perkembangan kepribadian anak secara normal.
7.       Perkembangan moral
Seorang anak yang dilahirkan belum memiliki tentang apa yang baik atau tidak baik. Pada masa ini tingkah laku anak (bayi) hampir semuanya didominasi oleh dorongan naluriah belaka (impulsive). Oleh karena itu, tingkah laku anak belum bisa dinilai sebagai tingkah laku bermoral atau tidak bermoral. Pada masa ini anak cenderung mengulangi perbuatan yang menyenangkan, dan tidak mengulangi perbuatan yang tidak menyenangkan.
Dengan melihat kecenderungan prilaku anak tersebut maka untuk menanamkan konsep-konsep moral pada anak, ada baiknya dilakukan beberapa hal seperti memberi pujian, ganjaran, atau dicim, dipeluk, dan diberi kata-kata pujian apabila ia melakukan sesuatu yang baik. Sehingga menjadi faktor penguat agar tindakan baiknya dapat dilakukan kembali. Dan sebaliknya, memberi ia hukuman atau memberikan sesuatu yang mendatangkan perasaan yang tidak senang agar ia tidak mengulangi perbuatan itu lagi.
Jika perlakuan pada anak dilakukan secara teratur maka akan tertanam pada diri anak tentang pengertian atau konsep moral. Anak akan mengerti bahwa suatu perbuatan yang mendapat pujian adalah baik dan perbuatan yang mendapat hukuman adalah dilarang.
8.       Perkembangan kesadaran beragama
Menurut Arnold Gessel, anak pada usia bayi sudah mempunyai perasaan ketuhanan. Perasaan ini sangat memegang peranan penting dalam diri pribadi anak. Perasaan ketuhanan pada masa ini adalah fundamen bagi perkembangan perasaan ketuhanan pada periode selanjutnya. Seiring dengan perkembangan kognisi, emosi, dan bahasa anak maka untuk membantu perkembangan kesadaran beragamanya, orang tua sebagai lingkungan pertama seyogyanya melakukan hal-hal seperti, mengenalkan konsep-konsep atau nilai-nilai agama kepada anak melalui bahasa seperti membacakan bismillaahirrahmaanirrahim pada saat memulai memberi makan atau mandi dan membacakan alhamdulillah sesudahnya. Dan pada saat tidurnya hendaknya membiasakan mengucapkan kalimah-kalimah toyyibah (zikir).
Memperlakukan anak dengan kasih sayang karena pada usia ini belum berkembang pemahaman kasih sayang Tuhan. Melalui kasih sayang orang tua nya ia akan percaya pada apa yang disampaikan kepadanya dan ia akan yakin bahwa agama itu sesuatu yang menyenangkan. Kemudian memberikan contoh dalam mengerjakan ajaran agama secara baik dan kontinuitas seperti mengajak sholat berjama’ah berdo’a dan sebagainya.
Banyak studi tentang bunuh diri dan usaha bunuh diri yang menunjukkan betapa pentingnya pembentukan keyakinan di tahun-tahun awal kehidupan ini. Di awal kehidupan ini begitu penting meletakkan dasar perasaan percaya dan keyakinan bahwa tiap manusia memiliki hak untuk hidup di muka bumi, dan hal itu hanya bisa dilakukan oleh sosok Ibu, atau siapapun yang dianggap signifikan dalam memberikan kasih sayang secara tetap.

2.2.4      Tahap Bayi Dan Toodler: 12 Bulan Hingga 3 Tahun
Anak usia toddler adalah anak usia 12 – 36 bulan ( 1 – 3 tahun ) pada periode ini anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja dan bagaimana mengontrol orang lain melalui kemarahan, penolakan, dan tindakan keras kepala. Hal ini merupakan periode yang sangat penting untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan intelektual secara optimal ( Perry, 1998 ).
Selama tahapan ini individu mempelajari ketrampilan untuk diri sendiri. Bukan sekedar belajar berjalan, bicara, dan makan sendiri, melainkan juga mempelajari perkembangan motorik yang lebih halus, termasuk latihan yang sangat dihargai:  toilet training. Di masa ini, individu berkesempatan untuk belajar tentang harga diri dan otonomi, seiring dengan berkembangnya kemampuan mengendalikan bagian tubuh dan tumbuhnya pemahaman tentang benar dan salah. Salah satu ketrampilan yant muncul di periode adalah kemampuan berkata TIDAK. Sekalipun tidak menyenangkan orang tua, hal ini berguna untuk pengembangan semangat dan kemauan.
Di sisi lain, ada kerentanan yang bisa terjadi dalam periode ini, khususnya berkenaan dengan kegagalan dalam proses toilet training atau mempelajari skill lainnya, yang mengakibatkan munculnya rasa malu dan ragu-ragu. Lebih jauh, individu akan kehilangan rasa percaya dirinya.
1.       Pertumbuhan dan perkembangan fisik
Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu, yaitu secara bertahap, berat dan tinggi anak senakin bertambah dan secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial, maupun spiritual. ( Supartini, 2000 ).
Anak usia toddler memiliki karakteristik tersendiri dalam berbagai ranah pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan biologis. Secara umum pertumbuhan baik dari segi berat maupun tinggi badab berjalan cukup stabil atau lambat. Rata – rata bertambah sekitar 2,3 kg/ tahun, sedangkan tinggi badan bertambah sekitar 6 – 7 cm / tahun ( tungkai bawah lebih dominant untuk bertambah dibanding  anggota tubuh lainnya ). Hampir semua fungsi tubuh sudah matang dan stabil sehingga dapat beradaptasi dengan berbagai perubahan dan stress, sehingga saat inisudah bisa diajarkan toilet training.
2.       Motorik Kasar
Perkembangan kemampuan motorik kasar adalah kemampuan yang berhubungan dengan gerak-gerak kasar yang melibatkan sebagian besar organ tubuh seperti berlari, dan melompat. Perkembangan motorik kasar ini sangat dipengaruhi oleh proses kematangan anak juga bisa berbeda.
Pada fase ini perkembangan motorik sangat menonjol. Motorik kasar anak umur 15 bulan antara lain sudah bisa berjalan sendiri  tanpa bantuan orang lain. Anak usia 18 bulan sudah mulai berlari tapi masih sering jatuh, menarik-narik mainan, mulai senang naik tangga tetapi masih dengan bantuan. Pada anak usia 24 bulan berlari sudah baik, dapat naik tangga sendiri dengan kedua kaki tiap tahap. Sedangkan pada anak usia 36 bulan  sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan, memakai baju dengan bantuan, mulai bisa naik sepeda beroda tiga.
3.       Motorik Halus
Kemampuan motorik adalah kemampuan yang berhubungan ketrampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinue secara rutin. Seperti bermain puzzle, menyusuun balok, memasukkan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya, membuat garis, melipat kertas, dan sebagainya.
Motorik halus pada anak usia 15 bulan antara lain sudah bisa memegangi cangkir, memasukkan jari ke lubang, membuka kotak, melempar benda. Pada anak usia 18 bulan sudah bisa makan  dengan menggunakan sendok, bisa membuka halaman  buku, belajar menyususun balok-balok. Anak usia 24 bulan sudah bisa membuka pintu, membuka kunci, menggunting sederhana, minum dengan menggunakan gelas atau cangkir, sudah dapat menggunakan gelas atau cangkir, sudah dapat menggunakan sendok dengan baik. Sedangkan pada anak usia 36 tahun sudah  bisa menggambar lingkaran, mencuci tangan nya sendiri, menggosok gigi.
Anak pada usia 2 – 3 tahun memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan masa sebelumnya. Secara fisik anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat. Beberapa karakteristik khusus yang dilalui anak usia 2 – 3 tahun antara lain: anak sangat aktif mengeksplorasi benda – benda yang ada di sekitarnya. Ia memiliki kekuatan observasi yang tajam dan keinginan belajar yang luar biasa. Eksplorasi yang dilakukan oleh anak terhadap benda – benda apa saja yang ditemui merupakan proses belajar yang sangat efektif. Motivasi belajar anak pada usia tersebut menempati grafik tertinggi dibanding sepanjang usianya bila tidak ada hambatan dari lingkungan.
4.       Bahasa
Perkembangan bahasa anak usia toddler secara umum pemerolehan bahasa anak usia 1– 3 tahun merupakan proses yang bersifat fisik dan psikis. Secara fisik kemampuan anak dalam memproduksi kata-kata ditandai oleh perkembangan bibir, lidah, dan gigi mereka yang sedang tumbuh. Pada tahap tertentu pemerolehan bahasa (kemampuan mengucapkan dan memahami arti kata juga tidak lepas dari kemampuan mendengarkan, melihat dan mengartikan symbol – simbol bunyi dengan kematangan otaknya). Sedangkan secara psikis, kemampuan memproduksi kata – kata dan variasi ucapan sangat ditentukan oleh situasi emosional anak saat berlatih mengucapkan kata – kata.
Pada usia ini anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. Diawali dengan berceloteh, kemudian satu dua kata dan kalimat yang belum jelas maknanya. Anak terus belajar dan berkomunikasi, memahami pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan pikiran.
Pada anak usia 13 bulan, anak sudah mulai dapat mengucapkan kata – kata sederhana seperti “mama” atau “papa”. Pada usia 17 bulan, umumnya anak sudah dapat mengucapkan kata ganti diri dan merangkainya dengan beberapa kata sederhana dan mengutarakan pesan – pesan seperti, “ Adik mau susu.” . Pada anak usia 18 – 23 bulan, anak mengalami perkembangan yang pesat dalam mengucapkan kata – kata. Perbendaharaan kata anak – anak pada usia ini mencapai 50 kata. Selain itu anak sudah mulai sadar bahwa setiap benda memiliki nama sehingga hal ini mendorongnya untuk melancarkan kemampuan bahasanya dan belajar kata – kata baru lebih cepat.
5.       Pola Tidur
Total jumlah jam tidur dikurangi selama tahun kedua, menjadi ± 12 jam / hari. Sebagian toddler tidur siang setiap harinya berakhir sampai pada tahun kedua atau ketiga. Masalah tidur biasanya karena takut atau berpisah dengan orang tua.
6.       Kesehatan Gigi
Gigi primer sejumlah 20 lengkap pada usia 2,5 tahun. Kunjungan pemeriksan gigi yang pertama sebaiknya bukan karna traumatik dan dilakukan sebelum toddler berusia 2,5 tahun.
7.       Perkembangan Kognitif
Fase sensorik motorik antara usia 12-24 bulan meliputi dua tahap yaitu reaksi sirkular ketiga usia 12-18 bulan meliputi pengalaman tial dan error dan eksplorasi kekerasan hati. Kombinasi mentalusia 18-24 bulan , selam toddler mulai diberi perlengkapan baru untuk menyelesaikan tugas melalui kombinasi mental. Subtahap prekonseptual dari fase preoperasional, usia 2-4 tahun. Anak menggunakan pikirannya untuk mengingat kembali , menggambarkan keadaan sekarang , dan mengantisipasi keadaan yang akan datang. Selama fase ini toddler :
a.       Membentuk konsep yang lengkap atau berlogika sepeti orang dewasa.
b.       Membuat klasifikasi yang sederhana.
c.        Menggabungkan satu kejadian dengan kejadian yang bersamaan.
d.       Menunjukkan pemikiran yang egosentrik.
8.       Perkembangan Psikososial
Anatomi vs ragu dan malu. Istilahnya "to hold on , to let go ". Toddler telah dikembangkan rasa percaya dirinya dan siap untuk diberi kebebasan untuk menyatakan tentang dirinya atau mengontrol hubungan terhadap teman dekatnya, tergantung dan otonomi. Toddler mulai belajar ketrampilan sosial yaitu:
a.       Individual (membedakan dirinya dengan yang lainnya ).
b.       Berpisah dengan orang tuanya.
c.        Kontrol terhadap fungsi tubuhnya.
d.       Berkomunikasi dengan kata-kata.
e.       Berperilaku sosial yang pantas.
f.         Interaksi egosentrik dengan yang lain.
Toddler belajar menunda kesenangan yang diinginkan. Toddler sering mengatakan "tidak". Kata "ya" digunakan untuk menunjukkan ketergantungannya. Perasan ragu dan malu dapat berkembang jika ia tegantung pada saat–saat tertentu. Dimana ia dapat menggunakan ketrampilan barunya atau jika ia merasa tidak mampu ketika mencoba keterampilan yang baru. Umumnya ketakutan toddler meliputi :
a.       Kehilangan orang tua ( kecemasan untuk berpisah )
b.       Cemas terhadap orang-orang yang baru
c.        Suara yang keras, seperti vacum cleaner
d.       Pergi tidur
e.       Binatang yang besar
Dukungan emosi, kenyamanan, dan pemberian contoh yang sederhana dapat mengurangi ketakutan pada toddler.

2.2.5      Tahap Pra sekolah: 3 hingga 5 tahun
Pada periode ini, individu biasanya memasukkan gambaran tentang orang dewasa di sekitarnya dan secara inisiatif dibawa dalam situasi bermain. Anak laki-laki bermain dengan kuda-kudaan dan senapan kayu, anak perempuan main “pasar-pasaran” atau boneka yang mengimitasi kehidupan keluarga, mobil-mobilan, handphone mainan, tentara mainan untuk bermain peran, dsb.
Sesuai dengan konsep Freudian, di masa ini anak (khususnya laki-laki) juga sedang berjuang dalam identitas gender-nya yang disebut “oedipal struggle”. Kita sering melihat anak laki-laki yang bermain dengan alat kelaminnya, saling menunjukkan pada sesama anak laki-laki, atau bahkan menunjukkan pada anak perempuan sebaya. Kegagalan melalui fase ini menimbulkan perasaan bersalah. Hubungan yang signifikan di periode ini adalah dengan keluarga inti (ayah, ibu, dan saudara).
Masa kanak-kanak dini atau anak usia pra-sekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-6 tahun, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai perempuan atau laki-laki, dapat mengatur diriya sendiri dan mengenal bebrapa hal yang dianggap berbahaya. Secara umum, aspek-aspek perkembangan pada usia anak pra sekolah ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1.          Perkembangan fisik
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Seiring meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik menyangkut berat badan dan tinggi, maupun tenaganya, memungkinkan anak untuk lebih mengembangkan keterampilan fisiknya dan eksplorasi terhadap lingkungan tanpa bantuan orang tua. Pada usia ini banyak perubahan fisiologis seperti pernapasan yang menjadi lebih lambat dan dalam serta denyut jantung lebih lama dan menetap.
Proporsi tubuh juga berubah secara dramatis seperti pada usia 3 tahun, rata-rata tingginya sekitar 80-90 cm dan beratnya sekitar 10-13 kg, sedangkan pada usia 5 tahun tingginya dapat mencapai 100-110 cm. Tulang  kakinya tumbuh dengan cepat dan tulang-tulang semakin besar dan kuat, pertumbuhan gigi semakin komplit. Untuk perkembangan fisik anak sangat diperlukan gizi yang cukup seperti protein, vitamin, dan mineral dsb.
2.          Perkembangan intelektual
Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode preoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Periode ini juga ditandai dengan berkembangnya representasional atau symbolic function yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk mempresentasikan sesuatu yang lain menggunakan simbol-simbol seperti bahasa, gambar, isyarat, benda, untuk melambangkan sesuatu atau peristiwa.
Melalui kemampuan diatas, anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal. Ia dapat menggunakan kata-kata, benda untuk mengungkapkan lainnya atau suatu peristiwa.
3.          Perkembangan emosional
Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari akunya, bahwa akunya (dirinya) berbeda dengan Aku (orang lain atau benda). Kesadaran ini diperoleh dari pengalaman bahwa tidak semua keinginannya dapat dipenuhi orang lain. Bersamaan dengan itu berkembang pula perasaan harga diri. Jika lingkungannya tidak mengakui harga dirinya seperti memperlakukan anak dengan keras, atau kurang menyayanginya maka dalam diri anak akan berkembang sikap-sikap keras kepala, menentang, atau menyerah dengan terpaksa.
Beberapa emosi umum yang berkembang pada masa anak yaitu, takut (perasaan terancam), cemas (takut karena khayalan), marah (perasaan kecewa), cemburu (merasa tersisihkan), kegembiraan (kebutuhan terpenuhi), kasih sayang (menyenangi lingkungan), phobi (takut yang abnormal), ingin tahu (ingin mengenal).
4.          Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa anak pra-sekolah, dapat diklasifikasikan kedalam dua tahap (sebagai kelanjutan dari dua tahap sebelumnya).
a.       Masa Ketiga (2,0-2,6 tahun) bercirikan:
1)    Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna.
2)    Anak sudah mampu memahami memahami tetang perbandingan.
3)    Anak banyak menanyakan tempat dan nama; apa, dimana, darimana, dsb.
4)    Anak sudah mulai menggunakan kata-kata berawalan dan berakhiran.
b.       Tahap Keempat (2,6-6,0 tahun) bercirikan:
1)    Anak sudah menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya.
2)    Tingkat berpikir anak sudah lebih maju
3)    Anak banyak bertanya tentang waktu, sebab akibat melalui pertanyaan kapan, mengapa, bagaimana, dsb.
5.          Perkembangan sosial
Pada usia anak pra-sekolah (terutama mulai usia 4 tahun), perkembangan sosial anak sudah tampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya. Tanda-tanda perkembangan sosial pada tahap ini adalah:
a.       Anak mulai mengetahui aturan-aturan (lingkungan keluarga/lingkungan bermain).
b.       Sedikit-sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan.
c.        Anak makin menyadari akan kepentingan diri dan kepentingan orang lain.
d.       Anak sudah bisa bersosialisasi (bermain) dengan anak-anak yang lain (peer group)
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim sosio-psikologis keluarga. Anak akan mampu menyesuaikan diri dengan keharmonisan, kerjasama dan berkomunikasi serta konsisten pada aturan bila lingkungan keluarga bersuasana kondusif.
6.          Perkembangan bermain
Usia anak pra-sekolah dapat dikatakan sebagai masa bermain, karena setiap waktunya diisi dengan kegiatan bermain. Terdapat beberapa macam permainan anak seperti:
a.       Permainan fungsi (permainan gerak),ex: meloncat-loncat, berlarian dsb.
b.       Permainan fiksi, ex: kuda-kudaan, perang-perangan dsb
c.        Permainan reseptif atau apresiatif, ex: mendengar cerita, dongeng dsb
d.       Permainan konstruksi, ex: membuat kue dari tanah, membuat rumah-rumahan dsb
e.       Permainan prestasi, ex: sepak bola, basket, dsb.
Secara psikologis dan pedagogis, bermain mempunyai nilai-nilai yang sangat berharga bagi anak, diantaranya:
a.       Anak memperoleh perasaan senang, puas, bangga dsb
b.       Anak dapat mengembangkan rasa percaya diri, tanggung jawab.
c.        Anak dapat berimajinasi secara luas dan berkreatifitas.
d.       Anak dapat mengenal aturan bermain
e.       Anak dapat memahami bahwa dirinya dan orang lain sama-sama mempunyai kelebihan dan kekurangan.
f.         Anak dapat mengembangkan sikap sportif, tenggang rasa atau toleransi.
7.          Perkembangan kepribadian
Masa anak-anak awal ini lazim disebut masa Trotzalter atau periode perlawanan atau masa krisis pertama. Krisis ini terjadi karena ada perubahan yang signifikan dalam dirinya, yaitu dia mulai sadar akan Aku-nya, dia menyadari bahwa dirinya terpisah dari lingungannya atau orang lain, dia suka menyebut nama dirinya apabila bericara dengan orang lain. Dengan kesadaran ini anak menemukan bahwa ada dua pihak yang berhadapan yaitu Aku-nya dan orang lain (orang tua, saudara, teman). Dia sadar bahwa tidak semua keinginannya akan dipenuhi orang lain atau diperhatikan kepentingannya.
Pertentangan didalam diri anak ini dapat menyebabkan ketegangan sehingga tidak jarang anak meresponsnya dengan sikap membandel atau keras kepala. Bagi usia anak, sikap membandel ini merupakan suatu kewajaran, karena perkembangan pribadi mereka sedang bergerak dari sikap dependen (membutuhkan perawatan) ke independent (bebas). Oleh karena itu agar tida berkembang sikap membandel anak yang kurang terkontrol orang tua harus menghadapinya secara bijaksana dan penuh kasih sayang.
8.          Perkembangan moral
Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya (orang tua, saudara, dan teman  sebaya) melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain. Melalui proses berinteraksi ini anak belajar memahami tentang kegiatan atau prilaku yang baik, buruk, dilarang, disetujui, dsb. Maka berdasarkan pemahaman iti, anak harus senantiasa dilatih dan dibiasakan bagaimana seharusnya bertingkah laku yang baik.
Pada saat mengenalkan konsep-konsep baik buruk, benar salah, orang tua hendaknya memberikan penjelasan tentang alasannya, seperti; mengapa harus gosok gigi sebelum tidur, mengapa harus mencuci tangan sebelum makan, mengapa tidak boleh membuang sampah sembarangan. Hal ini diharapkan akan mengembangkan self-control  atau self discipline (kemampuan mengendalikan diri) pada anak. Pada usia pra-sekolah berkembang kesadaran sosial anak yang meliputi sikap simpati  atau sikap kepedulian terhadap sesama.
9.            Perkembangan kesadaran beragama
Secara umum, kesadaran beragama pada usia ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a.         Sikap keagamaannya masih bersifat reseptif (menerima) meski banyak bertanya.
b.         Pandangan keTuhanannya bersifat anthropormorph (dipersonifikasikan).
c.          Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belum mendalam) meski telah ikut berpartisipasi dalam beribadah.
d.         Hal keTuhanan dipandang secara khayalan sesuai taraf berpikirnya.
Pengetahuan anak tentang agama akan terus berkembang ketika mendengarkan ucapan-ucapan orang tuanya, melihat sikap dan prilaku orang tuanya saat beribadah, serta pengalaman dalam mengikuti ibadah dan meniru ucapan orang tuanya.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak Prasekolah:
1.         Faktor hereditas
Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang. Yang termasuk faktor herediter adalah bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas dan kecepatan alam pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan terhaap rangsangan, umur puberitas, dan berhentinya pertumbuhan tulang.
2.         Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan pranatal, lingkungan postnatal, dan faktor hormonal. Faktor pranatal merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai dari konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, posisi janin, pengunaan obat-obatan , alkohol atau kebiasaan merokok. Faktor lingkungan pasca lahir yang mempengaruhi tumbuh kembang anak meliputi budaya lingkungan, sosial ekonomi, keluarga. nutrisi, posisi anak dalam keluarga dan status kesehatan.
Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain. somatotrofin (growth Hormon) yang berperan alam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, dengan menstimulasi terjadinya poliferasi sel kartigo dan sistem skeletal. Hormon tiroid menstimulasi metabolisme tubuh, glukokartikoid menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk memproduksi testosteron dan ovarium untuk memproduksi esterogen selanjutnya hormon tersebut menstimulasi perkembangan seks baik pada anak laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan peran hormonnya.



2.2.6      Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Usia Sekolah dan Remaja
1.       Masa Usia Sekolah
a.       Tugas Perkembangan Anak Masa Sekolah 6-12 tahun
Pada masa ini anak memasuki masa belajar didalam dan diluar sekolah. Anak belajar di sekolah, tetapi membuat latihan di rumah yang mendukung hasil belajar di sekolah. Banyak aspek perilaku di bentuk melalui penguatan verbal, keteladanan, dan identifikasi. Anak-anak pada masa ini juga mempunyai tugas-tugas perkembangan (menurut Robert J. Hagvighurst) , yakni:
1)       Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan; bermain sepak bola, loncat tali, berenang.
2)       Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis
3)       Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya
4)       Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya
5)       Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, berhitung
6)       Belajar mengembangkan konsep sehari-hari
7)       Membentuk hati nurani, nilai moral, dan nilai social
8)       Memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi
9)       Membentuk sikap terhadap kelompok social dan lembaga – lembaga
Dalam perkembangan ini anak masih perlu mengembangkan pengetahuan melalui belajar. Belajar secara sistematis disekolah juga belajar mengembangkan sikap, kebiasaan di rumah ataupun lingkungan sekitarnya. Anak juga perlu di beri pujian atau penghargaan dalam prestasinya, namun pengawasan dari guru dan orang tua juga perlu untuk memunculkan sikap dan kebiasaan yang baik.
b.       Perkembangan fisik, kognitif, psikologi anak masa sekolah 6-12 tahun
1)       Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik anak pada usia SD cenderung lebih lambat dan konsisten bila dibandingkan dengan masa usia dini. Rata-rata anak usia SD mengalami penambahan berat badan sekitar 2,5-3,5 kg, dan penambahan tinggi badan 5-7 cm per tahun ( F.A Hadis 1996) Oleh Karena itu periode ini juga sering disebut periode tenang sebelum menjelang masa remaja. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti. Karena selama masa ini terjadi, terutama bertambahnya ukuran system rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ tubuh. Pada saat yang sama kekuatan otot-otot secara berangsur-angsur bertambah dan gemuk bayi (babyfat) berkurang. Pertambahan kekuatan otot ini adalah karena faktor keturunan dan latihan (olah raga). Karena factor perbedaan jumlah sel-sel otot, maka pada umumnya untuk anak laki-laki lebih kuat dari pada anak perempuan (Santrock, 1995).
2)       Perkembangan Kognitif
Seiring dengan masuknya anak kesekolah dasar, kemapuan kognitifnya urut mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas. Dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak.
Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Kalau pada masa sebelumnya daya fikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris maka pada masa ini daya pikir anak berkembang kearah berpikir kongkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat sehingga anak benar-benar berada dalam suatu stadium belajar.
Menurut teori piaget, pemikiran anak masa sekolah dasar disebut juga pemikiran operasional kongkrit (concrete operational thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek peristiwa nyata atau kongkrit.dalam upaya memahami alam sekitarnya mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indera, karena anak mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya (logikanya).
3)       Perkembangan Psikologi
Perkembangan seorang anak seperti yang telah banyak terurai di atas, tidak hanya terbatas pada perkembangan fisik saja tetapi juga pada perkembangan psikologisnya : mental, sosial dan emosional.
2.       Masa Remaja
Remaja   merupakan   masa   peralihan   dari   anak - anak   menuju   dewasa.  Remaja  pada  masa    ini  mengalami  masa  pubertas  yaitu  terjadinya  pertumbuhan yang  cepat, timbul  ciri - ciri  seks  sekunder, dan tercapai  fertilitas. Perubahan psikososial  yang  menyertai  pubertas  disebut  adolesen,  Adolesen  adalah  masa dalam  kehidupan  seseorang  dimana  masyarakat  tidak  lagi  memandang  individu sebagai  seorang  anak,  tetapi  juga  belum  diakui  sebagai  seorang  dewasa  dengan segala hak dan kewajibanya.
Tumbuh  kembang  adalah  peristiwa  yang  terjadi  sejak  masa  pembuahan sampai   masa   dewasa.   Pertumbuhan   merupakan   suatu   proses   biologis   yang menyebabkan  perkembangan  fisik  yang  dapat  diukur. Perkembangan  merupakan suatu   proses   seorang   individu   dalam   aspek   ketrampilan   dan   fungsi   yang kompleks.  Individu  berkembang  dalam  pengaturan  neuromuskuler,  ketrampilan menggunakan  anggota  tubuh,  serta  perkembangan  kepribadian,  mental,  serta emosi.
Perkembangan  remaja  dalam  perjalananya  dibagi  menjadi  tiga  fase,  yaitu fase remaja awal, fase pertengahan, dan fase akhir.
a.       Remaja awal (10 - 14 tahun)
Remaja  pada  masa  ini  mengalami  pertumbuhan  fisik  dan  seksual  dengan cepat. Pikiran difokuskan pada keberadaanya dan pada kelompok sebaya. Identitas terutama  difokuskan  pada  perubahan  fisik  dan  perhatian  pada  keadaan  normal. Perilaku  seksual  remaja  pada  masa  ini  lebih  bersifat  menyelidiki,  dan  tidak membedakan. Sehingga kontak fisik dengan teman sebaya adalah normal. Remaja pada  masa  ini  berusaha  untuk  tidak  bergantung  pada  orang  lain. Rasa  penasaran yang tinggi atas diri sendiri menyebabkan remaja membutuhkan privasi.
b.       Remaja pertengahan (15 - 17 tahun)
Remaja  pada  fase  ini  mengalami  masa  sukar  baik  untuk dirinya  sendiri maupun  orang  dewasa  yang  berinteraksi  dengan  dirinya.  Proses  kognitif  remaja pada   masa   ini   lebih   rumit.   Melalui   pemikiran   oprasional   formal,   remaja pertengahan mulai bereksperimen dengan ide, memikirkan apa yang dapat dibuat dengan  barang  barang  yang  ada,  mengembangkan  wawasan,  dan  merefleksikan perasaan kepada orang lain. Remaja pada fase ini  berfokus pada masalah identitas yang   tidak   terbatas   pada   aspek   fisik   tubuh.   Remaja   pada   fase   ini   mulai bereksperimen  secara  seksual,  ikut  serta  dalam perilaku  beresiko,  dan  mulai mengembangkan   pekerjaan   diluar   rumah.   Sebagai   akibat   dari   eksperimen beresiko, remaja pada fase ini dapat mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, kecanduan   obat,   dan   kecelakaan   kendaraan   bermotor.   Usaha   remaja   fase pertengahan  untuk  tidak  bergantung,  menguji  batas  kemampuan,  dan  keperluan otonomi mencapai maksimal mengakibatkan berbagai permasalahan yang dengan orang tua, guru, maupun figur yang lain.
c.        Remaja akhir (18 - 21 tahun )
Remaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran operasional formal penuh, termasuk  pemikiran  mengenai  masa  depan  baik  itu  pendidikan,  kejuruan,  dan seksual.     Remaja     akhir     biasanya     lebih     berkomitmen     pada     pasangan seksualnyadaripada remaja pertengahan. Kecemasan karena perpisahan yang tidak tuntas  dari  fase  sebelumnya  dapat  muncul  pada  fase  ini  ketika  mengalami perpisahan fisik dengan keluarganya. Dalam  perjalanan  kehidupanya,  remaja  tidak  akan  lepas  dari  berbagai macam  konflik  dalam  perkembanganya.  Setiap tingkatan  memiliki  konflik  sesuai dengan kondisi perkembangan remaja pada saat itu. Konflik yang sering dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan yang mereka alami pada berbagai  dimensi  kehidupan  dalam  diri mereka  yaitu  dimensi  biologis,  dimensi kognitif, dimensi moral dan dimensi psikologis.
1)       Masalah Mental Emosional
Perkembangan   mental   emosional   merupakan   proses   perkembangan individu dalam  usaha  menyesuaikan  diri  dengan  lingkungan dan  pengalaman - pengalamannya. Masalah  mental  emosional  dapat  timbul  jika  terdapat  suatu konflik dalam  proses  penyesuaian  diri  dengan  lingkungan dan  pengalaman - pengalamannya.
Masalah mental  emosional  pada  remaja menurut  Rae  G  N  dkk  (1989) dipengaruhi  oleh  interaksi  antara  faktor  risiko  dan  faktor  protektif.  Faktor  risiko merupakan faktor  yang  telah  diidentifikasi  dapat  meningkatkan  risiko  terjadinya masalah mental  emosional  pada  remaja,  antara  lain  faktor  individu, keluarga, sekolah, peristiwa hidup, dan sosial. Faktor protektif adalah faktor yang memberi penjelasan   bahwa   tidak   semua   remaja   yang   mempunyai   faktor   risiko   akan mempunyai masalah mental   emosional. Faktor   protektif   antara   lain,   yaitu  karakter  / watak  yang  positif, lingkungan  keluarga  yang  suportif,  lingkungan sosial   yang   berfungsi   sebagai   sistem   pendukung   untuk   memperkuat   upaya penyesuaian diri  remaja,  keterampilan  sosial  yang  baik,  serta  tingkat  intelektual yang   baik   masalah   mental   emosional   juga   dapat   diesbabkan   oleh   karena ketidakseimbangan   antara   faktor   resiko   dengan   faktor   protektif.
Menurut Erickson, dengan memperkuat faktor protektif dan menurunkan faktor risiko pada seorang remaja, maka akan tercapailah kematangan kepribadian dan kemandirian sosial yang ditandai oleh self awareness, role of anticipation, dan apprenticeship.
Seiring  dengan  berjalanya  waktu  dan  berkembangnya  zaman  serta  teknologi, faktor -faktor resiko yang menyebabkan masalah mental emosional dimungkinkan juga ikut berkembang. Sehingga dapat muncul faktor faktor lain yang berpengaruh terhadap perkembangan mental emosional individu. Masalah  mental  emosional  pada  anak  dibagi  menjadi  dua  kategori  yaitu internalisasi  dan  eksternalisasi. Masalah  emosional internalisasi  termasuk  gejala depresi,  kecemasan,  perilaku  menarik  diri,  dan digolongkan  sebagai  emosi  yang menghukum    diri    seperti    kesedihan,    perasaan    bersalah,    ketakutan dan kekhawatiran   berlebih.
Gejala   emosional   mempunyai   dampak   yang   serius, misalnya,     menghambat     kesuksesan     akademik     dan     hubungan     dengan lingkunganya. Gambaran  masalah  mental  emosional  eksternalisasi  antara  lain: temperamen sulit,  ketidakmampuan  memecahkan  masalah,  gangguan  perhatian,  hiperaktivitas,  perilaku  bertentangan  (tidak  suka  ditegur/diberi  masukan  positif, tidak  mau  ikut aturan)  dan  perilaku  agresif. Masalah mental emosional pada  usia muda  dimungkinkan  akan meningkatkan  risiko  kelainan  fisik  dan  mental  pada masa  perkembangan  selanjutnya.  Deteksi  dini  harus  segera  dilakukan  agar  dapat segera dapat ditindak lanjuti lebih awal.
2)       Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Mental Emosional Remaja
Perkembangan  mental  emosional  remaja  dipengaruhi  oleh  interaksi  dari berbagai  macam  faktor  yang  dapat  meningkatkan  maupun  menurunkan  resiko masalah psikiatri. Berdasarkan teori yang diungkapkan sebelumnya, maka dapat dilakukan  identifikasi  lanjut  mengenai  faktor  resiko  dan  faktor  protektif    yang berpengaruh    terhadap    perkembangan    mental    emosional    remaja    dengan menggunakan sudut pandang faktor intrinsik dan ekstrinsik dari individu. Faktor - faktor intrinsik merupakan hal - hal yang lebih mengacu pada apa yang ada dalam diri  seorang  anak  sedangkan  faktor  ekstrinsik  merupakan  faktor  dari  luar,  yaitu lingkungan.  Lingkungan  dalam  pertumbuhan  seorang  anak  dapat  dibagi  menjadi lingkungan mikro, mini, meso dan makro.
(a)     Faktor Intrinsik
Faktor biologis  yang  berpengaruh  terhadap  perkembengan  mental  adalah genetik, jenis kelamin, dan usia. Kemajuan dalam ilmu saraf membuktkan bahwa masalah  mental  dapat  tercipta  karena  interaksi  antara  faktor  genetik  dan  faktor lingkungan. Hampir  semua  gangguan  mental  dan  perilaku umum berhubungan dengan  komponen  genetik.  Studi  tentang  cara  penularan  gangguan  mental  dalam keluarga dan studi  yang  membandingkan  risiko  gangguan  mental  pada  anak kembar  menghasilkan  kesimpulan bahwa  risiko  gangguan  mental secara  genetik merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks.
Jenis  kelamin  berpengaruh  terhadap  perkembangan  masalah  mental.  Pada beberapa  penelitian  menunjukkan  bahwa  remaja  perempuan  cenderung  lebih menunjukkan   gejala   masalah   mental   daripada   laki - laki.
Penelitian   lain menunjukkan   bahwa   perempuan   menunjukkan   gejala   depresi   dan   keinginan bunuh  diri  yang  lebih  tinggi  sedangkan  laki  laki  cenderung  lebih  menunjukkan tindakan kekerasan.
Perkembangan  masalah  mental  emosional  juga  dipengaruhi  oleh  usia. Suatu penelitian menunjukkan bahwa masalah mental emosional pada usia remaja lebih  tinggi  dari  pada  masa  kanak - kanak. Masalah  mental  emosional  banyak terjadi  pada  usia  24 - 49  tahun,  awal  dari  munculnya  masalah  mental  emosional dimulai di usia sekitar tujuh tahun. Remaja  begitu  memperhatikan  penampilan  fisik,  komposisi  tubuh  ideal merupakan  dambaan  bagi  para  remaja,  budaya  untuk  mengurangi  menggunakan obat - obatan  dan  muntah  sering  dilakukan  oleh  para  remaja  untuk  mengurangi berat  badan.Ketidakpuasan  terhadap  komposisi  tubuh  dapat menyebabkan gangguan  emosional.  Beberapa  permasalahan  yang  umum  terjadi  pada  remaja diantaranya  adalah  obesitas,  anoreksia,  dan  bulemia  nervosa.
Sebuah  penelitian menunjukkan bahwa obesitas dapat menyebabkan status depresi dan depresi dapat menyebabkan obesitas. Masa  remaja  identik  dengan  masa  penentangan  atau  pemberontakan, terkait dengan berbagai perubahan yang harus dihadapi oleh remaja dibandingkan dengan   masa - masa   sebelumnya.   Tahapan perkembangan   yang   harus   remaja hadapi adalah   kemampuan   untuk   berpikir   lebih   dewasa   dan   rasional   serta memiliki pertimbangan   yang   lebih   matang   dalam   menyelesaikan   masalah. Kemampuan tersebut  disebut  kemampuan  kognitif. Dengan  kemampuan  tersebut sering   menimbulkan   konflik   antar   remaja dengan   orang   tua, sekolah   dan lingkungannya.
(b)     Faktor Ekstrinsik
Faktor eksternal merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan   remaja.   Lingkungan   dalam   tumbuh   kembang   dibagi   menjadi lingkungan mikro, mini, meso, dan makro.

2.2.7      Tahap Perkembangan Dewasa Awal dan Tengah
1.       Masa Dewasa Awal
Masa dewasa ini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kra umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertia berkurangnya kemampuan reproduktif.
Masa dewasa adalah periode yang paling penting dalam masa khidupan, masa ini dibagi dalam 3 periode yaitu: Masa dewasa awal dari umur 21,0 sampai umur 40,0. Masa dewasa pertengahan, dari umur 40,0 sampai umur 60,0. dan masa akhir atau usia lanjut, dari umur 60,0 sampai mati.
Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas san penyesuaian diri pada pola hidup yang baru.
Menurut Havighurst (1953) dalam Andi Mappiare, tugas-tugas perkembangan fase dewasa awal adalah sebagai berikut:
a.       Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau istri).
b.       Belajar hidup bersama dengan suami istri.
c.        Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga.
d.       Belajar mengasuh anak-anak.
e.       Mengelola rumah.
f.         Mulai bekerja dalam suatu jabatan.
g.       Mulai bertanggung jawab sebagai warga negara secara layak.
h.       Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya.
Menurut Anderson (dalam Mappiare : 17) terdapat 7 ciri kematangan psikologi, ringkasnya sebagai berikut:
a.       Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego; minat orang matang berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya,dan tidak condong pada perasaan-perasaan diri sendri atau untuk kepentingan pribadi.
b.       Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efesien; seseorang yang matang melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan tujuan-tujuan itu dapat didefenisikannya secara cermat dan tahu mana pantas dan tidak serta bekerja secara terbimbing menuju arahnya.
c.        Mengendalikan perasaan pribadi; seseorang yang matang dapat menyetir perasaan-perasaan sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaan-perasaannya dalam mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang lain. Dia tidak mementingkan dirinya sendiri, tetapi mempertimbangkan pula perasaan-perasaan orang lain.
d.       Keobjektifan; orang matang memiliki sikap objektif yaitu berusaha mencapai keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan.
e.       Menerima kritik dan saran; orang matang memiliki kemauan yang realistis, paham bahwa dirinya tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-saran orang lain demi peningkatan dirinya.
f.         Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi; orang yang matang mau memberi kesempatan pada orang lain membantu usahan-usahanya untuk mencapai tujuan. Secara realistis diakuinya bahwa beberapa hal tentang usahanya tidak selalu dapat dinilainya secara sungguh-sunguh, sehingga untuk itu dia bantuan orang lain, tetapi tetap dia brtanggungjawab secara pribadi terhadap usaha-usahanya.
g.       Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; orang matang memiliki cirri fleksibel dan dapat menempatkan diri dengan kenyataan-kenyataan yang dihadapinya dengan situasi-situasi baru.
2.       Masa Dewasa Tengah
Masa dewasa tengah ini berlangsung dari umur 40 sampai umur 60 tahun yakni saat menurunnya kemampuan fungsi baik fisik dan psikologis yang jelas dan nampak pada setiap orang. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan sosial pada masa ini antara lain: Masa dewasa tengah merupakan periode yang ditakuti dilihat dari seluruh kehidupan manusia.
Masa dewasa tengah merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru. Masa dewasa tengah adalah masa berprestasi. Menurut Erikson, selama usia ini orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (stagnasi).
Pada masa dewasa tengah ini perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial. Tugas perkembangan dewasa tengah, yaitu:
a.       Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologis
b.       Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu
c.        Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan berbahagia
d.       Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan
e.       Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang dewasa
f.         Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara penuh.

2.2.8      Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Masa Dewasa Lanjut
Masa dewasa lanjut – senescence, atau usia lanjut dimulai pad umur 60 tahun samapai kematian. Pada waktu ini baik kemampuan fisik maupun psikologsi cepaat menurun. Tetapi teknik pengobatan modern serta upaya dalam hal berpakaian dan dandanan, memungkinkan pria dan wanita berpenampilan, bertindak dan berperasaan seperti kala mereka masih muda.
Perlu diingat bahwa pembagian ini tidak mutlak dan ketat. Pembagian ini hanya menunjukkan umur rata-rata pria dan wanita mulai menunjukkan perubahan-perubahan dalam penampilan, minat, sikap dan perilaku yang karena tekanan-tekanan lingkungan tertentu dalam kebudayaan akan menimbulkan masalah-masalah penyesuaian diri dan tidak dapat tidak harus dihadapi setiap orang dewasa. Sebagaimana ditekankan oleh “gould” usia yang tepat saat perubahan-perubahan itu terjadi adalah produk dari kepribadian gaya hidup dan sub-budaya total seorang individu. Adapun ciri-ciri dewasa akhir adalah :
1.          Adanya periode penurunan atau kemunduran. Yang disebabkan oleh faktor fisik dan  psikologis.
2.          Perbedaan individu dalam efek penuaan. Ada yang menganggap periode ini sebagai waktunya untuk bersantai dan ada pula yang menganggapnya sebagai hukuman.
3.          Ada stereotip-stereotip mengenai usia lanjut. Yang menggambarkan masa tua tidaklah menyenangkan.
4.          Sikap sosial terhadap usia lanjut. Kebanyakan masyarakat menganggap orang  berusia lanjut tidak begit dibutuhkan katena energinya sudah melemah. Tetapi, ada  juga masyarakat yang masih menghormati orang yang berusia lanjut terutama yang dianggap berjasa bagi masyarakat sekitar.
5.          Mempunyai status kelompok minoritas. Adanya sikap sosial yang negatif tentang usia lanjut.
6.          Adanya perubahan peran. Karena tidak dapat bersaing lagi dengan kelompok yang lebih muda.
7.          Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya konsep diri yang negatif yang disebabkan oleh sikap sosial yang negatif.
8.          Ada keinginan untuk menjadi muda kembali. Mencari segala cara untuk memperlambat penuaan.
Serta adapun tugas perkembangan pada masa dewasa akhir ini, diantaranya:
1.       Menciptakan kepuasan dalam keluarga sebagai tempat tinggal di hari tua.
2.       Menyesuaikan hidup dengan penghasilan sebagai pensiunan
3.       Membina kehidupan rutin yang menyenangkan.
4.       Saling merawat sebagai suami-istri
5.       Mampu menghadapi kehilangan (kematian) pasanan dengan sikap yang positif (menjadi janda atau duda).
6.       Melakukan hubungan dengan anak-anak dan cucu-cucu.
7.       Menemukan arti hidup dengan nilai moral yang tinggi.
Proses erkembangan dewasa akhir, yaitu meliputi :
1.       Perkembangan Fisik
Pada masa lansia terlihat pada perubahan perubahan fisiologis yang bisa dikatakan mengalami kemunduran, perubahan perubahan biologis yang dialami pada masa lansia yang terlihat adanya kemunduran tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan terhadap kondisi psikologis. Menurut Hurlock (1980) terjadi perubahan fisik berupa penampilan pada usia dewasa akhir, diantanya adalah :
a.       Daerah kepala
b.       Daerah Tubuh
c.        Daerah persendian
2.       Perkembangan Kognitif
Kecepatan memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Ada beberapa bukti bahwa orang-orang dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya. Meskipun kecepatan tersebut  perlahan-lahan menurun, namun terdapat variasi individual di dalam kecakapan ini. Dan ketika penurunan itu terjadi hal ini tidak secara jelas menunjukkan perngaruhnya terhadap kehidupan kita dalam beberapa segi substansial.
3.       Perkembangan Psikis dan Intelektual
Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme sacara umum, hampir sebagian besar  penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini  juga berlaku pada seorang lansia. Kemerosotan intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatau yang tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit, kecemasan atau depresi. Tatapi kemampuan intelektual lansia tersebut pada dasarnya dapat dipertahankan. Salah satu faktor untuk dapat mempertahankan kondisi tersebut salah satunya adalah dengan menyediakan lingkungan yang dapat merangsang ataupun melatih ketrampilan intelektual mereka, serta dapat mengantisipasi terjadinya kepikunan.
4.       Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan  baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia. Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi dan ketakutan akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaiannsuatu masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya. Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan perubahan fisik, maupun sosial psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru.
5.       Perkembangan Spiritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia. Rasulullah SAW bersabda: “semua penyakit ada obatnya kecuali  penyakit tua”.
Sehingga religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental.
6.       Perkembangan Minat
a.       Minat dalam diri sendiri: orang menjadi semakin dikuasai oleh diri sendiri apabila semakin tua.
b.       Minat terhadap pakaian: minat terhadap pakaian tergantung pada sejauh mana orang berusia lanjut terlibat dalam kegiatan sosial.
c.        Minat terhadap uang: pensiun atau pengangguran mungkin akan menjalani masa tuanya dengan pendapatan yang kurang bahkan mungkin tanpa pendapatan sama sekali.
d.       Minat untuk rekreasi :beberapa perubahan dalam kegiatan sering dilakukan karena memang tidak dapat dielakkan
e.       Minat keagamaan, dalam hal ini beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang usia lanjut temyata tidak harus selalu semakin kuat kehidupan keagamaannya. Disimpulkan bahwa kehidupan beragama ini akan sangat ditentukan oleh  bagaimana individu tersebut menjalankan kehidupan beragama di masa sebelumnya
f.         Minat untuk mati, beberapa pertanyaan sering kali banyak menghinggapi pikiran  para lanjut usia ini antara lain, kapan saya akan mati ?, apa yang menyebabkan kematian saya nanti ?, apa yang bisa saya lakukan terhadap kematian seperti yang saya inginkan ?, atau apakah saya dibenarkan untuk bunuh diri ?, bagaimana saya dapat mati dengan cara yang baik?.
g.       Minat untuk makan sering kali sangat berkurang. Hal ini banyak disebabkan karena masalah gigi, gusi dan sistem pencemaan. Sehingga ini juga menyebabkan terjadinya ketegangan dengan mereka yang mengurus/menyediakan makanan tersebut.
Perkembangan dan perubahan yang terjadi ini mengakibatkan interaksi sosial para lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitasnya sehingga hal ini secara  perlahan mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam berbagai hal yaitu: kehilangan  peran ditengah masyarakat, hambatan kontak fisik dan berkurangnya komitmen.Menurut Erikson, perkembangan psikososial masa dewasa akhir ditandai dengan tiga gejala  penting, yaitu keintiman, generatif, dan integritas. Menurut Erikson, perkembangan  psikososial masa dewasa akhir ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif, dan integritas.
1.       Perkembangan Keintiman
Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memperhatikan orang lain dan membagi pengalaman dengan mereka. Orang-orang yang tidak dapat menjalin hubungan intim dengan orang lainakan terisolasi. Menurut Erikson,  pembentukan hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa akhir.
2.       Perkembangan Generatif
Generativitas adalah tahap perkembangan psikososial ketujuh yang dialami individu selama masa pertengahan masa dewasa. Ketika seseorang mendekati usia dewasa akhir, pandangan mereka mengenai jarak kehidupan cenderung  berubah. Mereka tidak lagi memandang kehidupan dalam pengertian waktu masa anak-anak, seperti cara anak muda memandang kehidupan, tetapi mereka mulai memikirkan mengenai tahun yang tersisa untuk hidup. Pada masa ini, banyak orang yang membangun kembali kehidupan mereka dalam pengertian prioritas, menentukan apa yang penting untuk dilakukan dalam waktu yang masih tersisa.
3.       Perkembangan Integritas
Integritas merupakan tahap perkembangan psikososial Erikson yang terakhir. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda, orang-orang, produk-produk dan ide-ide, serta setelah berhasil melakukan penyesuaian diri dengan bebrbagai keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupannya. Lawan dari integritas adalah keputusan tertentu dalam menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan individu, terhadap kondisi-kondisi sosial dan historis, ditambah dengan kefanaan hidup menjelang kematian.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Flame