BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Teori
sistem sangat penting dalam dunia keperawatan, karena dalam teori sistem ini
kita dapat mempelajari suatu kerangka kerja yang berhubungan dengan keseluruhan
aspek sosial manusia, struktur masalah-masalah organisasi, serta perubahan
hubungan internal dan lingkungan di sekitarnya.
Keberhasilan
sistem pelayanan kesehatan yang terjalin pada
perawat, dokter atau tim kesehatan lain akan berhasil secara sempurna
apabila ada sikap saling menunjang dalam melakukan praktek keperawatan. Sistem
ini akan memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang efektif dengan melihat
nilai-nilai yang ada di masyarakat. Dalam pelayanan kesehatan, keperawatan
merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan.
Para
perawat diharapkan juga dapat memberikan pelayanan secara berkualitas sehingga
masyarakat akan merasa di dukung dan di perhatikan dalam meningkatkan
kesehatan, sehingga tidak ada perbedaan pendapat yang akan terjalin antara
perawat dan pasien. Di samping itu dalam menerapkan prinsip-prinsip perubahan
perawat harus menerapkannya secara bersama-sama tidak membeda-bedakan, harus
menyeluruh (Holistik).
Secara
holistik dalam keperawatan diperlukan
adanya suatu perubahan dengan merubah cara pikir masyarakat tentang jenis-jenis
pelayanan kesehatan yang muncul di dalamnya. Karena perubahan itu merupakan
suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari status tetap
(statis) menjadi status yang bersifat dinamis. Artinya dapat menyesuaikan diri
dari lingkungan yang ada atau beranjak untuk mencapai kesehatan yang optimal.
Suatu
perubahan dan sistem pelayanan
kesehatan yang ada dalam masyarakat
sangat penting dan sangat berpengaruh dalam kehidupan mereka, apalagi bila
seorang perawat berhasil menerapkan praktek kesehatan yang baik dalam
masyarakat. Karena itu akan memudahkan seorang perawat dalam menyelesaikan
tugas sebagai seorang perawat, dan nantinya dalam pelayanan kesehatan di rumah
sakit, seorang perawat akan merasa bangga karena bisa melakukan praktek
kesehatan apapun jenisnya dan akan merasa bahwa inilah seorang perawat yang
profesional karena dapat memberikan pelayanan yang terbaik dari yang lainnya.
Kami
kelompok 6 sangat tertarik dengan materi ini karena, dalam materi ini kami
dapat mempelajari lebih luas mengenai bagaimana
seorang perawat berperan sebagai individu dan klien, dalam berinteraksi
di mana satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi terhadap tingkat kebutuhan
dan kepuasan yang merupakan fokus dari asuhan keperawatan.
1.2
Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi prinsip-prinsip
pendekatan secara holistik dalam bidang keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui penerapan teori sistem dalam keperawatan,
b. Untuk mengetahui Konsep Berubah yang ada
dalam pelayanan kesehatan
1.3
Manfaat Penulisan
1. Mahasiwa dapat mempelajari bagaimana
cara menerapkan prinsip-prinsip pendekatan secara holistik.
2. Mahasiswa dapat mempelajari
bagaimana cara menerapkan teori sistem dalam keperawatan.
3.
Mahasiswa dapat mempelajari bahkan dapat menerapkan konsep berubah serta
bagian-bagiannya dalam melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
1.4
Metode Penulisan
Adapun metode penulisan dari makalah ini
terdiri dari IV bab yaitu : Bab I menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan
penulisan yang terdiri dari tujuan umum dan khusus, manfaat penulisan dan
metode penulisan.
Bab II menjelaskan tentang prinsip
pendekatan secara holistic yang mendasari tindakan keperawatan yang meliputi 4
dimensi, menjelaskan tentang teori sistem dan konsep berubah yang meliputi
pengertian dan jenis perubahan, teori proses berubah, prinsip dan strategi
berubah serta reaksi-reaksi terhadap perubahan.
Bab III
menjelaskan tentang teori sistem yang meliputi tujuan sistem,
klasifikasi sistem serta pendekatan. Dan juga menjelaskan tentang konsep
berubah.
Bab IV meliputi, kesimpulan dari kami
selaku kelompok III serta saran dari kami sebagai pembuat makalah
prinsip-prinsip pendekatan secara holistic dalam konteks keperawatan.
Demikian metode penulisan makalah kami.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pendekatan Holistik
Holistik merupakan salah satu konsep
yang mendasari tindakan keperawatan yang meliputi dimensi fisiologis,
psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Dimensi tersebut merupakan suatu
kesatuan yang utuh. Apabila satu dimensi terganggu akan mempengaruhi dimensi
lainnya. Holistik terkait dengan kesejahteraan (Wellnes). Untuk mencapai
kesejahteraan terdapat lima dimensi yang saling mempengaruhi yaitu: fisik,
emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Untuk mencapai kesejahteraan
tersebut, salah satu aspek yang harus dimiliki individu adalah kemampuan
beradaptasi terhadap stimulus. Teori adaptasi Sister Callista Roy dapat
digunakan.
Teori ini menggunakan pendekatan yang
dinamis, di mana peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
memfasilitasi kemampuan klien untuk melakukan adaptasi dalam menghadapi
perubahan kebutuhan dasarnya. Tindakan direncanakan dengan tujuan mengubah
stimulus dan difokuskan pada kemampuan individu dalam beradaptasi terhadap
stimulus. Sedangkan evaluasi yang dilakukan dengan melihat kemampuan klien
dalam beradaptasi dan mencegah timbulnya kembali masalah yang pernah dialami.
Kemampuan adaptasi ini meliputi seluruh aspek baik biologis, psikologis maupun
sosial (holistik). Sebagai pemberi asuhan keperawatan, konsep holistik dan
adaptasi ini merupakan konsep yang harus di pahami oleh perawat agar dapat
memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas kepada klien.
2.2
Teori Sistem
Sistem berasal dari bahasa Latin
(systema) dan bahasa Yunani (sustema) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari
komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran
informasi, materi atau energi.
Sistem
merupakan suatu kerangka kerja yang berhubungan dengan keseluruhan aspek sosial
manusia, struktur, masalah-masalah organisasi, serta perubahan hubungan
internal dan lingkungan disekitarnya. Sistem tersebut terdiri atas tujuan,
proses dan isi. Tujuan adalah sesuatu yang harus dilaksanakan sehingga tujuan
dapat memberikan arah pada sistem. Proses berfungsi dalam memenuhi tujuan yang
hendak dicapai, dan Isi terdiri atas bagian yang membentuk suatu sistem.
Dalam mempelajari sistem, maka
terlebih dahulu harus memahami teori tentang sistem. Karena teori tentang
sistem akan memudahkan dalam memecahkan persoalan yang ada dalam sistem. Sistem
tersebut terdiri dari subsistem yang membentuk sebuah sistem yang antara satu
dengan yang lainnya harus saling mempengaruhi.
Dalam teori sistem disebutkan bahwa
sistem itu terbentuk dari subsistem yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Bagian tersebut terdiri dari input, proses, output, dampak, umpan
balik, dan lingkungan yang kesemuanya saling berhubungan dan saling
mempengaruhi.
1.
Input
Input merupakan subsistem yang akan
memberikan segala masukan untuk berfungsinya sebuah sistem, seperti pelayanan
kesehatan. Maka masukan dapat berupa potensi masyarakat, tenaga kesehatan,
sarana kesehatan dan lain-lain.
2. Proses
Proses merupakan suatu kegiatan yang
berfungsi untuk mengubah suatu masukan untuk menjadikan sebuah hasil yang
diharapkan dari sistem tersebut, sebagaimana contoh dalam sistem pelayanan
kesehatan, maka yang dimaksud proses adalah berbagai kegiatan dalam pelayanan
kesehatan.
3. Output
Output adalah hasil yang diperoleh dari
sebuah proses, dalam sistem pelayanan kesehatan hasilnya dapat berupa pelayanan
kesehatan yang berkualitas, efektif dan efisien serta dapat dijangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat sehingga pasien sembuh dan sehat optimal.
4. Dampak
Dampak merupakan akibat yang dihasilkan
dari sistem, yang terjadi relatif lama waktunya. Setelah hasil dicapai,
sebagaimana dalam sistem pelayanan kesehatan, maka dampaknya akan menjadikan
masyarakat sehat dan mengurangi angka kesakitan dan kematian karena pelayanan
terjangkau oleh masyarakat.
5. Umpan Balik
Umpan balik merupakan suatu hasil yang
sekaligus menjadikan masukan dan ini terjadi dari sebuah sistem yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan balik dalam sistem pelayanan dapat
berupa kualitas tenaga kesehatan yang juga dapat menjadikan input yang selalu
meningkat.
6. Lingkungan
Lingkungan disini adalah semua keadaan
diluar sistem, tetapi dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan sebagaimana dalam
sistem pelayanan kesehatan, lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan
geografis, atau situasi kondisi sosial yang ada dimasyarakat seperti institusi
diluar pelayanan kesehatan.
a. Tingkat Pelayanan Kesehatan
Tingkat pelayanan kesehatan merupakan
bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan pada masyarakat. Melalui
tingkat pelayanan kesehatan akan dapat diketahui kebutuhan dasar manusia
tentang kesehatan. Menurut Leavel dan Clark dalam memberikan pelayanan
kesehatan harus memandang pada tingkat pelayanan kesehatan yang akan diberikan,
diantara tingkat pelayanan kesehatan dalam sistem pelayanan kesehatan adalah
sebagai berikut:
1).
Health Promotion (Promosi Kesehatan)
Tingkat pelayanan kesehatan ini merupakan
tingkat pertama dalam memberikan pelayanan melalui peningkatan kesehatan.
Pelaksanaan ini bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan agar masyarakat
atau sasarannya tidak terjadi gangguan kesehatan.
2).
Specific Protection (Perlindungan Khusus)
Perlindungan khusus ini dilakukan dalam
melindungi masyarakat dari bahaya yang akan menyebabkan penurunan status
kesehatan, atau bentuk perlindungan terhadap penyakit-penyakit tertentu,
ancaman kesehatan, yang masuk dalam tingkat perlindungan pada penyakit tertentu
seperti imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) untuk mencegah TB
(Tuberculosis), DPT (Difteri Pertusis Tetanus), Hepatitis, campak, dan
lain-lain.
3).
Early Diagnosis and Prompt Treatment (Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera)
Tingkat pelayanan kesehatan ini sudah
masuk kedalam tingkat dimulainya atau timbulnya gejala dari suatu penyakit.
4).
Disability Limitation (Pembatasan Cacat)
Pembatasan kecacatan ini dilakukan
untuk mencegah agar pasien atau masyarakat tidak mengalami dampak kecacatan
akibat penyakit yang ditimbulkan.
5).
Rehabilitation (Rehabilitasi)
Tingkat pelayanan ini dilaksanakan setelah
pasien didiagnosis sembuh.
b.
Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan
Dalam sistem pelayanan kesehatan dapat
mencakup pelayanan dokter, pelayanan keperawatan dan pelayanan kesehatan
masyarakat. Dokter merupakan subsistem dari pelayanan kesehatan. Subsistem
pelayanan kesehatan tersebut memiliki tujuan masing-masing dengan tidak meninggalkan
tujuan umum dari pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang ada sekarang ini
dapat diselenggarakan oleh pihak pemerintah maupun swasta.
Dalam pelayanan kesehatan terdapat tiga
bentuk yaitu primary health care, (pelayanan kesehatan tingkat pertama),
secondary health care (pelayanan kesehatan tingkat kedua), dan tertiary health
services (pelayanan kesehatan tingkat ketiga). Ketiga bentuk pelayanan
kesehatan terbagi dalam pelayanan dasar yang dilakukan di puskesmas dan
pelayanan rujukan yang dilakukan di rumah sakit.
1).
Primary Health Care ( Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama )
Pelayanan kesehatan ini dibutuhkan
atau dilaksanakan pada masyarakat yang memilki masalah kesehatan yang ringan
atau masyarakat sehat, tetapi ingin mendapatkan peningkatan kesehatan agar
menjadi optimal dan sejahtera sehingga sifat pelayanan kesehatan adalah
kesehatan dasar.
2).
Secundary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua)
Bentuk pelayanan kesehatan ini
diperlukan baik masyarakat atau klien yang membutuhkan perawatan di rumah sakit
atau rawat inap dan tidak dilaksanakan di pelayanan kesehatan utama.
3).
Tertiary Health Services (Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga)
Pelayanan kesehatan ini merupakan
tingkat pelayanan yang tertinggi dimana tingkat pelayanan ini apabila tidak
lagi dibutuhkan pelayanan pada tingkat pertama dan kedua.
2.3
Konsep Berubah
1. Pengertian dan Jenis Perubahan
Berubah adalah bagian dari kehidupan
setiap orang; berubah adalah cara seseorang bertumbuh, berkembang, dan
beradaptasi. Perubahan dapat positif atau negatif terencana atau tidak terencana. Perubahan
adalah proses membuat sesuatu yang berbeda dari sebelumnya ( Sullivan dan
Decker,2001). Jadi Perubahan adalah suatu proses dimana terjadinya peralihan
atau perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat
dinamis. Artinya dapat menyesuaikan diri dari lingkungan yang ada. Perubahan
dapat mencakup keseimbangan personal, sosial maupun organisasi untuk dapat
menjadikan perbaikan atau penyempurnaan serta dapat menerapkan ide atau konsep
terbaru dalam mencapai tujuan tertentu.
Proses berubah bersifat integral dengan
banyak bidang keperawatan, seperti pendidikan kesehatan, perawatan klien, dan
promosi kesehatan. Proses berubah ini melibatkan klien individu, keluarga,
komunitas, organisasi, keperawatan sebagai profesi, dan seluruh sistem
pemberian perawatan kesehatan.
Perubahan dapat meliputi mendapatkan
pengetahuan, mendapatkan keterampilan baru, atau mengadaptasi pengetahuan saat
ini dari segi informasi baru. Perubahan ini terutama sulit saat muncul
tantangan terhadap nilai dan keyakinan seseorang, cara berpikir, atau cara
berhubungan. Misalnya, orang yang kecewa menjadi marah dan berbuat negatif
serta melakukan perilaku destruktif (Tomey,2000).
Perubahan akan mengganggu bagi mereka yang
mengalaminya, dan seringkali berkembang resistensi. Perubahan paling mengancam
apabila ada perasaan tidak aman. Penyebab resistensi terhadap perubahan adalah
ancaman terhadap kepentingan diri, keadaan memalukan, perasaan tidak aman,
kebiasaan, kepuasan dengan diri sendiri, kehilangan kekuasaan, dan ketidak
setujuan objektif.
Perubahan tidak selalu merupakan hasil
pengambilan keputusan rasional. Perubahan biasanya terjadi sebagai respons terhadap
tiga aktifitas yang berbeda yaitu :
a. Perubahan Spontan
Perubahan spontan juga disebut perubahan
yang reaktif atau tidak direncanakan, karena perubahan ini tidak benar-benar di
antisipasi, tidak dapat dihindari dan terdapat sedikit atau tidak ada waktu
untuk merencanakan strategi respons. Contoh perubahan spontan yang memengaruhi
individu adalah infeksi virus akut, cedera medula spinalis, dan tawaran
sukarela posisi baru.
b. Perubahan Perkembangan
Perubahan perkembangan mengacu pada perubahan
fisiopsikologis yang terjadi selama siklus kehidupan individu atau perkembangan
organisasi menjadi lebih kompleks.
Contoh perubahan perkembangan individu
adalah bertambahnya ukuran dan kompleksitas embrio manusia dan janin dan
berkurangnya kemampuan fisik pada lansia.
c. Perubahan Terencana
Menurut Lippitt (1973), perubahan
terencana adalah upaya yang disengaja dan bertujuan oleh individu, kelompok,
organisasi, atau sistem sosial yang lebih besar untuk memengaruhi status quo
(menetap) itu sendiri, organisme lain, atau suatu situasi. Keterampilan
memecahkan masalah, keterampilan mengambil keputusan, dan keterampilan
interpersonal adalah faktor-faktor penting dalam perubahan terencana.
Contoh perubahan terencana adalah individu
yang memutuskan untuk memperbaiki status kesehatannya dengan menghadiri program
berhenti merokok atau melakukan program olahraga.
2. Teori Proses Berubah
Perkembangan profesi keperawatan tidak
lepas dari konsep berubah yang dimiliki oleh para praktisi, akedemisi atau
seorang yang masih ingin mengembangkan keperawatan, yang memiliki keyakinan dan
teori perubahan yang dimilikinya. Sebagai gambaran dalam merubah profesi
keperawatan kearah yang lebih professional, ada beberapa teori perubahan yang
dapat diketahui seperti :
a. Kurt Lewin (1951)
Perubahan Menurut pandangan Kurt Lewin
1951, seseorang yang akan mengadakan suatu harus memiliki konsep tentang
perubahan yang tercantum dalam tahap proses perubahan agar proses perubahan
tersebut menjadi terarah dan mencapai tujuan yang ada. Tahap tersebut antara
lain:
1). Tahap Pencairan (Unfreezing)
Pada tahap awal
ini yang dapat dilakukan bagi seseorang yang mau mengadakan proses perubahan
adalah harus memiliki motivasi yang kuat untuk merubah dari keadaan semula
dengan merubah terhadap keseimbangan yang ada. Di samping itu juga perlu menyiapkan diri dan siap untuk
merubah atau melakukan perubahan.
2). Tahap Bergerak (Moving)
Pada tahap ini
sudah dimulai adanya suatu pergerakan kearah sesuatu yang baru atau
perkembangan terbaru. Proses perubahan tahap ini dapat terjadi apabila
seseorang telah memiliki informasi yang cukup serta sikap dan kemampuan untuk
berubah, Juga memiliki kemampuan dalam memahami masalah serta mengetahui
langkah-lanhkah dalam menyesuaikan masalah.
3). Tahap Pembekuan (Refreezing)
Tahap ini
merupakan tahap pembekuan dimana seseorang yang mengadakan perubahan kelak
mencapai tingkat atau tahapan yang baru dengan keseimbangan yang baru. Proses
pencapaian yang baru perlu dipertahankan dan selalu terdapat upaya mendapatkan
umpan balik, pembinaan tersebut dalam upaya mempertahankan perubahan yang telah
dicapai.
Berdasarkan
langkah-langkah menurut Kurt Lewin dalam proses perubahan ditemukan banyak
hambatan. Hambatan tersebut yang akan mempertahankan status quo (menetap) agar
tidak terjadi perubahan. Karena itu diperlukan kemampuan yang benar-benar ada
dalam konsep perubahan sesuai dengan tahapan berubah.
b. Rogers E (1962)
Menurut Rogers E untuk menandakan suatu
perubahan perlu ada beberapa langkah yang ditempuh sehingga harapan atau tujuan
akhir dari perubahan dapat tercapai. Langkah-langkah tersebut antara lain :
1).
Tahap Awareness
Tahap ini merupakan tahap awal
yang mempunyai arti bahwa dalam mengadakan perubahan diperlukan adanya
kesadaran untuk berubah apabila tidak ada kesadaran untuk berubah, maka tidak
mungkin tercipta suatu perubahan.
2).
Tahap Interest
Tahap yang kedua dalam mengadakan
perubahan harus timbul perasaan minat terhadap perubahan yang selalu
memperhatikan terhadap sesuatu yang baru dari perubahan yang dikenalkan.
Timbulnya minat akan mendorong dan menguatkan kesadaran untuk berubah.
3).
Tahap Evaluasi
Tahap ini terjadi penilaian tarhadap
sesuatu yang baru agar tidak terjadi hambatan yang akan ditemukan selama
mengadakan perubahan. Evaluasi ini dapat memudahkan tujuan dan langkah dalam
melakukan perubahan.
4).
Tahap Trial
Tahap ini merupakan tahap uji coba
terhadap sesuatu yang baru atau hasil perubahan dengan harapan sesuatu yang
baru dapat diketahui hasilnya sesaui dengan kondisi atau situasi yang ada, dan
memudahkan untuk diterima oleh lingkungan.
5).
Tahap Adoption
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari
perubahan yaitu proses penerimaan terhadap sesuatu yang baru setelah dilakukan
uji coba dan merasakan adanya manfaat dari sesuatu yang baru sehingga selalu
mempertahankan hasil perubahan.
c. Lippit (1973)
Lippit memandang teori perubahan dapat
dilaksanak dari tinjauan sebagai seorang pembaharu, dengan memperkenalkan
terjadinya perubahan, sehingga terdapat beberapa langkah yang ditempuh untuk
dapat mengadakan pembaharuan. Langkah yang dimaksud adalah :
1).
Menetukan diagnosis terlebih dahulu masalah yang ada
2).
Mengadakan pengkajian terhadap motivasi perubahan serta kemampuan perubahan.
3).
Melakukan pengkajian perubahan terhadap hasil atau manfaat dari suatu
perubahan.
4).
Menetapkan tujuan perubahan yang dilaksanakan berdasarkan langkah yang
ditempuhnya.
5).
Menetapkan peran dari pembaharuan sebagai pendidik, peneliti atau pemimpin
dalam pembaharuan.
6).
Mempertahankan dari hasil perubahan yang dicapainya.
7).
Melakukan penghentian bantuan secara bertahap dengan harapan peran dan tanggung
jawab dapat tercapai secara bertahap.
d. Teori Havelock
Teori ini merupakan modifikasi dari teori
Lewin dengan menekankan perencanaan yang akan mempengaruhi perubahan. Enam
tahap sebagai perubahan menurut Havelock.
1).
Membangun suatu hubungan,
2).
Mendiagnosis masalah,
3).
Mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan,
4).
Memilih jalan keluar,
5).
Meningkatkan penerimaan,
6).
Stabilisasi dan perbaikan diri sendiri.
e. Teori Spradley
Spradley menegaskan bahwa perubahan
terencana harus secara konstan dipantau untuk mengembangkan hubungan yang
bermanfaat antara agen berubah dan sistem berubah. Berikut adalah langkah dasar
dari model Spradley:
1).
Mengenali gejala
2).
Mendiagnosis masalah
3).
Menganalisa jalan keluar
4).
Memilih perubahan
5).
Merencanakan perubahan
6).
Melaksanakan perubahan
7).
Mengevaluasi perubahan
8).
Menstabilkan perubahan
3. Prinsip dan Strategi Berubah
Dalam perubahan dibutuhkan cara yang tepat
agar tujuan dalam perubahan dapat tercapai secara tepat, efektif dan efisien.
a. Strategi Rasional Empirik
Strategi ini didasarkan karena manusia
sebagai komponen dalam perubahan memiliki sifat rasional untuk kepentingan diri
dalam berperilaku. Untuk mengadakan suatu perubahan strategi rasional dan empirik yang didasarkan
dari hasil penemuan atau riset untuk diaplikasikan dalam perubahan manusia yang
memiliki sifat rasional akan menggunakan rasionalnya dalam menerima sebuah
perubahan.
Langkah dalam perubahan atau kegiatan yang
diinginkan dalam strategi rasional empirik
ini dapat melalui penelitian atau adanya desiminasi melalui pendidikan
secara umum sehingga melalui desiminasi akan diketahui secara rasional bahwa
perubahan yang akan dilakukan benar-benar sesuai dengan rasional.
Strategi ini juga dilakukan pada
penempatan sasaran yang sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki
sehingga semua perubahan akan menjadi efektif dan efisien, selain itu juga
menggunakan sistem analisis dalam pemecahan masalah yang ada.
b. Strategi Reedukatif Normatif
Strategi ini dilaksanakan berdasarkan
standar norma yang ada di masyarakat. Perubahan yang akan dilaksanakan melihat
nilai-nilai normatif yang ada di masyarakat sehingga tidak akan
menimbulkan permasalahan baru di
masyarakat.
Standar norma yang ada di masyarakat ini
di dukung dengan sikap dan sistem nilai individu yang ada di masyarakat.
Pendekatan ini dilaksanakan dengan mengadakan intervensi secara langsung dalam
penerapan teori-teori yang ada. Strategi ini dilaksanakan dengan cara
melibatkan individu, kelompok atau masyarakat dan proses penyusunan rancangan
untuk perubahan. Pelaku dalam perubahan harus memiliki kemampuan dalam
berkolaborasi dengan masyarakat. Kemampuan ilmu perilaku harus dimiliki dalam
pembaharu..
c. Strategi Paksaan- Kekuatan
Dikatakan strategi paksaan-kekuatan karena
adanya penggunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilaksanakan secara paksa dengan
menggunakan kekuatan moral dan kekuatan politik. Strategi ini dapat
dilaksanakan dalam perubahan sistem kenegaraan, penerapan sistem pendidikan dan
lain-lain.
Menurut Tiffany dan Lutjens (1989) telah mengidentifikasi
tujuh strategi berubah yang cocok dengan kontinum dari yang paling netral
sampai yang paling koersif.
1).Edukasi
Strategi ini memberikan suatu presentasi
fakta yang relatif tidak bisa yang dimaksudkan untuk berfungsi sebagai
justifikasi rasional atas tindakan yang terencana.
2).
Fasilitatif
Strategi ini memberikan sumber penting
untuk berubah. Strategi ini mengasumsikan bahwa orang ingin berubah, tetapi
membutuhkan sumber-sumber untuk membuat perubahan tersebut.
3).
Teknostruktural
Strategi ini mengubah teknologi untuk
mengakses struktur sosial dalam kelompok atau mengubah srtuktur sosial untuk
mendapatkan teknologi. Strategi ini memengaruhi hubungan antara teknologi,
ruang dan struktur. Penggunaan ruang dapat diubah untuk memengaruhi struktur
sosial.
4). Data-based
Strategi ini mengumpulkan dan menggunakan
data untuk membuat perubahan sosial. Data digunakan untuk menemukan inovasi
yang paling baik guna memecahkan masalah yang dihadapi.
5). Komunikasi
Strategi komunikasi menyebarkan informasi
sepanjang waktu melalui saluran dalam sistem sosial.
6).
Persuasif
Pemakaian penalaran, debat, dan bujukan
dilakukan untuk menyebabkan perubahan.
7).
Koersif
Terdapat hubungan wajib antara perencana
dan pengadopsi. Kekuasaan digunakan untuk menyebabkan perubahan.
4. Reaksi – Reaksi Terhadap Perubahan
a. Perubahan Dalam Keperawatan
Dalam perkembangannya keperawatan juga
mengalami proses perubahan seiring dengan kemajuan dan teknologi. Alasan
terjadinya perubahan dalam keperawatan antara lain:
1).
Keperawatan Sebagai Profesi
Keperawatan sebagai profesi yang diakui
oleh masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan melalui asuhan keperawatan
tentu akan dituntut untuk selalu berubah kearah kemandirian dalam profesi
keperawatan, sehingga sebagai profesi akan mengalami perubahan kearah
professional dengan menunjukan agar profesi keperawatan diakui oleh profesi
bidang kesehatan yang sejajar dalam pelayanan kesehatan.
2).
Keperawatan Sebagai Bentuk Pelayanan Asuhan Keperawatan
Keperawatan sebagai bentuk pelayanan
asuhan keperawatan professional yang
diberikan kepada masyarakat akan terus memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat
dengan mengadakan perubahan dalam penerapan model asuhan keperawatan yang
tepat, sesuai dengan lingkup praktek keperawatan.
3).
Keperawatan Sebagai Ilmu Pengetahuan
Keperawatan sebagai ilmu pengetahuan terus
selalu berubah dan berkembang sejalan dengan tuntutan zaman dan perubahan
teknologi, karena itu dituntut selalu mengadakan perubahan melalui penelitian
keperawatan sehingga ilmu keperawatan diakui secara bersama oleh disiplin ilmu
lain yang memiliki landasan yang kokoh dalam keilmuan.
4).
Keperawatan Sebagai Komunikasi
Keperawatan sebagai komunikasi dalam
masyarakat ilmiah harus selalu menunjukkan jiwa professional dalam tugas dan
tanggung jawabnya dan selalu mengadakan perubahan sehingga citra sebagai
profesi tetap bertahan dan berkembang.
b. Hambatan Dalam Perubahan
Perubahan tidak selalu mudah untuk
dilaksanakan akan tetapi banyak hambatan yang akan diterimanya baik hambatan
dari luar maupun dari dalam. Diantara hal yang menjadi hambatan dalam perubahan
adalah sebagai berikut:
1).
Ancaman Kepentingan Pribadi
Ancaman kepentingan pribadi ini merupakan
hambatan dalam perubahan karena adanya kekhawatiran adanya perubahan segala
kepentingan dan tujuan diri. Contohnya dalam pelaksanaan standarisasi perawat
profesional dimana yang diakui sebagai profesi perawat adalah minimal
pendidikan DIII keperawatan, sehingga bagi lulusan SPK yang dahulu dan tidak
ingin melanjutkan pendidikan akan terancam bagi kepentingan dirinya sehingga
hal tersebut dapat menjadikan hambatan dalam perubahan.
2).
Persepsi Yang Kurang Tepat
Persepsi yang kurang tepat atau informasi
yang belum jelas ini dapat menjadi kendala dalam proses perubahan. Berbagai
informasi yang akan dilakukan dalam sistem perubahan jika tidak dikomunikasikan
dengan jelas atau informasinya kurang lengkap, maka tempat yang akan dijadikan
perubahan akan sulit menerima sehingga timbul kekwatiran dari perubahan
tersebut.
3).
Reaksi Psikologis
Reaksi psikologis ini merupakan faktor
yang menjadi hambatan dalam perubahan, karena setiap orang memiliki reaksi
psikologis yang berbeda dalam merespons perbedaan sistem adaptasi. Pada setiap
orang juga dapat menimbulkan reaksi psikologis yang berbeda sehingga bisa
menjadi hambatan dalam perubahan.
Contohnya apabila akan dilakukan perubahan dalam sistem praktek keperawatan
mandiri bagi perawat. Jika perawat belum bisa menerima secara psikologis, akan
timbul kesulitan karena ada perasaan takut sebagai dampak dari perubahan.
4).
Toleransi Terhadap Perubahan Rendah
Toleransi terhadap perubahan ini
tergantung dari individu, kelompok atau masyarakat. Apabila individu, kelompok
atau masyarakat tersebut memiliki toleransi yang tinggi terhadap perubahan,
maka akan memudahkan proses perubahan tetapi apabila toleransi seseorang
terhadap perubahan sangat rendah, maka perubahan tersebut akan sulit
dilaksanakan.
5).
Kebiasaan
Pada dasarnya seseorang akan lebih senang
pada sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya atau bahkan sudah dilaksanakan
sebelumnya dibandingkan dengan sesuatu yang baru dikenalnya, karena keyakinan
yang dimiliki sangat kuat. Faktor kebiasaan ini yang menjadikan hambatan dalam
perubahan.
6).
Ketergantungan
Ketergantungan merupakan hambatan dalam
proses perubahan karena ketergantungan menyebabkan seseorang tidak dapat hidup
secara mandiri dalam mencapai tujuan tertentu. Suatu perubahan akan menjadi
masalah bagi seseorang yang selalu menggantungkan diri sehingga perubahan akan
sulit dilakukan.
7).
Perasaan Tidak Aman
Perasaan tidak aman juga merupakan faktor
penghambat dalam perubahan karena adanya ketakutan terhadap dampak dari
perubahan yang juga akan menambah ketidak amanan pada diri, kelompok atau
masyarakat.
8).
Norma
Norma merupakan segala aturan yang
didukung oleh anggota masyarakat yang tidak boleh dirubah. Apabila akan
melakukan proses perubahan namun perubahan tersebut bertentangan dengan norma
maka perubahan tersebut akan mengalami hambatan. Sebaliknya jika norma tersebut
sesuai dengan prinsip perubahan, maka akan sangat mudah dalam perubahan.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Teori Sistem
Sistem merupakan suatu komponen yang
didalamnya memiliki subsistem yang saling berhubungan untuk mencapai suatu
tujuan yang jelas. Dalam keperawatan, teori sistem merupakan suatu kesatuan
yang harus di pelajari oleh seorang perawat sehingga dapat diterapkan dalam
proses pelayanan kesehatan pada masyarakat.
Dalam sistem ada beberapa subsistem
yang saling mendukung. Dalam hal ini perawat harus mengetahui apa keluhan atau
masalah yang dialami pasien di dalam
kehidupan masyarakat, di sini seorang perawat harus tahu bagaimana mempelajari
masalah yang timbul dalam kehidupan masyarakat karena persepsi setiap orang
dalam menanggapi suatu masalah yang terjadi berbeda.
Proses tindakan yang akan di lakukan perawat untuk
mengubah masukan yang telah muncul dalam kehidupan masyarakat, perawat harus mengubah
cara pikir dari masyarakat terhadap berbagai masukan yang muncul. Setelah
memberikan pelayanan kesehatan perawat melihat dan memahami bagaimana cara dari
anggota masyarakat dalam menerima pelayanan kesehatan serta dampak atau apa
akibat yang timbul dalam masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang di
berikan.
Pasien akan memberikan Umpan balik
terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan perawat, dan pasien akan bertanya
atau memberikan kritik tentang suatu masalah yang di hadapi. Disamping itu
juga, Perawat harus mengetahui bagaimana
lingkungan kediaman dari pasien tersebut sehingga memudahkan perawat mengetahui
apa sebernarnya yang dialami pasien sampai menyebabkan penyakit.
Perlu di ketahui jika dalam suatu
sistem telah kehilangan satu komponen maka sistem tersebut tidak akan berjalan
sebagaimana mestinya. Suatu sistem akan berjalan dengan baik apabila di lakukan
secara bertahap dan tetap berdasarkan tujuan.
1. Tujuan Sistem
Suatu sistem
adalah untuk mencapai suatu tujuan (goal) atau mencapai suatu sasaran
(objectives). Goal meliputi ruang lingkup yang luas, sedangkan objectives
meliputi ruang lingkup yang sempit. Kalau suatu sistem tidak mempunyai sasaran,
maka operasi sistem tidak akan ada gunanya. Sasaran dari sistem sangat
menentukan sekali masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan
dihasilkan sistem. Karena suatu system dikatakan berhasil jika mencapai tujuan
dan dikatakan gagal jika tujuannya tersebut tidak tercapai.
2. Klasifikasi Sistem
a. Kesatuan atau Nonsumatisivitas
Suatu sistem yang dicirikan oleh
sifat-sifat kesatuan. Keseluruhan lebih besar dari pada jumlah
bagian-bagiannya, dan merupakan cara yang lazim untuk mendefinisikan konsep ini
(Wright dan Leahey, 18984, young, 1982)
b. Sistem Sosial
Sistem sosial ialah suatu model organisasi
sosial, sistem sosial merupakan suatu sistem yang hidup, yang memiliki suatu
sistem unit yang berbeda-beda dengan bagian-bagian komponennya dan dapat
dibedakan dari lingkungan oleh suatu batas yang didefinisikan secara jelas.
Parson dan Bales (1955), mendefinisikan suatu sistem sosial suatu sistem yang
terdiri dari peran-peran sosial yang dilihat oleh interaksi dan saling
ketergantungan satu sama lain. (Anderson & Carter, 1974).
c. Sistem Terbuka
Sistem yang dicirikan oleh tingkat
interaksi sistem tersebut dengan lingkungan sekitarnya. Sebuah sistem terbuka
adalah terdapat dalam suatu lingkungan yang dengannya sistem tersebut
berinteraksi, sistem terbuka tersebut memperoeh asupan dan terhadap lingkungan
sistem tersebut memberikan keluaran. Interaksi lingkungan sangat penting bagi
keberlangsungan hidup sistem tersebut ( Buckley, 1967). Berdasarkan definisi
ini suatu sistem yang hidup adalah sestem terbuka.
d. Sistem Tertutup
Secara teoritis, sebuah sistem tertutup
berbeda dengna sistem terbuka, sistem ini tidak berinteraksi dengan lingkungan.
Sebuah inti yang self complete, untuk kelangsungan hidupnya, sistem ini tidak
tergantung kepada pertukaran lingkungan yang berlangsung terus-menerus. Karena
belum ada sistem tertutup murni yang mendemonstrasikan dalam realita,
“tertutup” menyatakan suatu kurangnya pertukaran energi yang melewati
batas-batas suatu sistem(Parson & Bales, 1955).
3. Pendekatan Pendekatan Yang Dapat
digunakan untuk Menerangkan Dalam Sistem
a. Prosedur
Yaitu "suatu jaringan kerja dari
prosedur-prosedur yang berupa urutan kegiatan yang saling berhubungan,
berkumpul bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu". Prosedur adalah
"rangkaian operasi klerikal (tulis menulis), yang melibatkan beberapa
orang di dalam satu atau lebih departemen yang digunakan untuk menjamin
penanganan yang seragam.
b. Komponen/elemen
Yaitu "kumpulan komponen yang saling
berkaitan dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu". Suatu
sistem dapat terdiri dari beberapa sub sistem, dan sub-sub sistem tersebut
dapat pula terdiri dari beberapa sub-sub sistem yang lebih kecil.
3.2 Konsep Berubah
Bagi sebagian individu, perubahan
dapat dipandang sebagai suatu motivator dalam meningkatkan prestasi atau
penghargaan. Tapi kadang-kadang perubahan juga dipandang sebagai sesuatu yang
mengancam keberhasilan seseorang dan hilangnya penghargaan yang selama ini
didapat.
Perubahan
muncul dalam beberapa macam, ada yang bersifat positif dan yang bersifat
negatif. Perubahan positif dapat membawa pandangan individu menjadi lebih
berkembang, menjadi lebih luas cara berpikirnya. Perubahan negatif dapat
menyebabkan individu menjadi menurun atau terfokus pada hal-hal yang dapat
merugikan dirinya sendiri.
Perawat harus mengetahui sampai
sejauh mana pengetahuan dari individu sehingga memudahkannya untuk mengetahui
apakah perubahan yang terjadi pada pasien sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya. Disamping itu perubahan yang terjadi pada seorang pasien
bergantung pada bagaimana sikap seorang perawat melakukan pelayanan kesehatan.
Contohnya, dalam memberikan pelayanan
kepada seorang pasien yang sedang sakit parah. Peran seorang perawat disini
sangat penting, karena seorang pasien yang sakit parah sangat membutuhkan
banyak dukungan bahkan perhatian baik dari keluarganya maupun dari perawat itu
sendiri. Tapi jika sikap seorang perawat itu tidak memperhatikan apa yang
sedang dibutuhkan pasien tersebut maka dalam hal ini, seorang perawat di anggap
gagal dalam melakukan pelayanan terhadap pasien. Karena salah satu bagian yang
sangat penting, ketika menjadi seorang perawat adalah bagian dari melayani.
Ketika kita melayani dengan
sungguh-sungguh kepada seseorang (pasien), tanpa melihat latar belakang dari
orang (pasien) tersebut, itu dapat di ibaratkan kita sedang melayani Tuhan.
Karena jika kita bekerja dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati, maka dampak
yang akan kita peroleh juga terutama kita sebagai seorang perawat, lebih besar dan akan sangat bermanfaat bagi
kehidupan kita.
1.
Kecepatan Perubahan
Kecepatan
suatu perubahan akan meliputi berbagai aspek di antaranya :
a. Jenis dan kecepatan suatu perubahan akan
mempengaruhi sistem respon terhadap perubahan itu sendiri,
b. Perubahan yang terjadi dengan cepat
memungkinkan seseorang resisten terhadap perubahan,
c. Perubahan yang sangat lambat, biasanya
diasumsikan sebagai yang mudah untuk diimplementasikan.
2. Pola
Perubahan
Pola
perubahan meliputi :
a. Perubahan dapat berlangsung terus menerus ,
kadang-kadang, atau jarang,
b. Perubahan yang dapat diprediksi menungkinkan
adanya persiapan, tetapi yang bersifat tiba-tiba atau tidak dapat diperkirakan
akan sulit merespon secara efektif,
c. Perubahan yg tiba-tiba akan sulit untuk
ditangani.
3. Karakteristik Perubahan
Karakteristik
perubahan yaitu :
a. Tidak semua perubahan itu sama,
b. Tidak dapat dianalisis bersama-sama,
c. Berbeda : jenis, intensitas, pola,dan
kecepatan.
4.
Alasan Perubahan diperlukan
Alasan
mengapa perubahan itu diperlukan dalam praktek keperawatan yaitu:
a.
Meningkatkan kesejahteraan dan kenyamanan bagi perawat dan klien,
b.
Meningkatkan profitability,
c.
Meningkatkan kinerja ,
d.
Memberikan kepuasan bagi individu dan kehidupan sosialnya.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan teori diatas kami
kelompok dapat menyimpulkan bahwa prinsip-prinsip keperawatan secara holistik
yang di dalamnya memiliki teori sistem dan konsep berubah merupakan bahan ajar
yang memudahkan kami sebagai seorang perawat dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.
Sistem akan berjalan lancar apabila
di gerakkan secara bersama- sama tanpa mengesampingkan yang lainnya. Begitu
juga dengan konsep perubahan. Perubahan
dapat membawa individu menjadi lebih berkembang sesuai dengan kemampuan
masing-masing.
4.2
Saran
1.
Sebaiknya sebagai seorang perawat, apabila akan melakukan pelayanan kesehatan,
perawat harus mempelajari dahulu apa-apa yang menjadi prioritas dalam
memberikan pelayanan kesehatan sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang
merugikan pasien.
2.
Perawat harus mempelajari sistem dan perubahan yang ada dalam diri seorang
pasien tanpa membandingkan status ekonomi dari pasien tersebut sehingga tidak
menimbulkan perbedaan pendapat.
3.
Hadapi setiap perubahan dengan tenang dan penuh humor (yakinlah bahwa perubahan
adalah hal yg sulit, dan menjadi agen pembaharuan akan lebih sulit).
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2008. Perubahan Dalam Keperawatan. Wikipedia. Jakarta. Dalam
http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/05/07/perubahan-dalam-keperawatan/.
Diakses pada 31 Agustus 2010 Pukul 13:05 wita
Anonim.
2010. Aplikasi Teori Adaptasi Dalam Kasus Discectomi. Wikipedia. Jakarta.
Dalam http:///F:/aplikasi-teori-adaptasi-dalam-kasus.html.
Diakses pada 31 Agustus 2010 Pukul 14:01
wita
Arifiyanto,
Dafid. 2008. Konsep Berubah. Wikipedia. Jakarta. Dalam http://dafid-pekajangan.blogspot.com/2008/03/konsep-berubah.html.
Diakses pada 31 Agustus 2010 Pukul 12:40 wita
Barbara,
Kozier dkk. 2006. Praktek Keperawatan Profesional. Edisi 4. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta.
Hidayat,
Alimul Aziz A. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Penerbit Salemba
Medika. Surabaya
Nursalam,
Dr. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Penerbit salimba medika.
Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar